webnovel

Wanita Bernama Fila

Kening Naura sepenuhnya mengeryit sekarang dan kembali mengingat nama 'Fila' di kehidupannya selama ini.

"Fila, siapa Mawar?" tanya Naura karena seingat Naura tidak mempunyai teman bernama Fila.

"Kurang tahu mbak, tapi katanya ingin bertemu dengan mbak Nuara. Ada hal yang ingin dibahas," jawab Mawar panjang kali lebar dan membuat Naura semakin penasaran.

Siapa yang menjadi tamu dibutiknya hari ini? semoga hari ini menjadi hari baik untuk Naura dan juga butik kecilnya ini. Butik kecil yang sangat berharga untuk Naura dan juga beberapa karyawan yang bekerja disana.

"Baiklah, terima kasih Mawar."

Mawar mengangguk lalu melangkah keluar dari ruangan Naura yang juga diikuti Naura dari belakang.

Langkah kaki Naura terhenti ketika ada sosok wanita dengan pakaian yang teramat seksi sehingga menampilkan bentuk tubuh yang teramat indah dengan rambut sebahu yang menampilkan kesan elegan serta dress diatas lutut berwarna pink yang membalut ditubuhnya.

Meski sudah dibelakang sosok misterius yang telah menjadi tamu dibutiknya itu, Naura belum dapat menebak siapa orang yang bernama Fila ini. Sangat asing dan rasanya memang baru kali ini Naura bertemu dengan wanita yang sedang berdiri membelakanginya ini.

Langsung saja Naura melangkahkan kakinya kembali untuk menyapa wanita berpenampilan modis tersebut.

"Ada yang saya bisa bantu?"

Suara Naura mampuh memalingkan perhatian sosok wanita yang berada satu jengkal dihadapan Naura tersebut. Membalikkan tubuhnya terlebih dahulu lalu melepaskan kaca mata dan kini kedua mata wanita tersebut saling bertatapan.

Benar ternyata, jika Naura memang tidak mengenal sosok wanita yang ada dihadapannya.

Tanpa adanya aba-aba seorang laki-laki dengan berseragam hitam yang memang berdiri tidak jauh dari mereka berdua berdiri sekarang. Mendekat lalu memberikan tas kepada wanita tersebut dan tanpa mengucap kata wanita tersebut memasukkan kaca mata yang tadi dipakainya ke dalam sana lalu setelah itu pengawal tadi kembali lagi ke tempatnya dengan membawa tasnya itu.

Naura hanya terdiam dan mencoba bersikap seramah mungkin, pelanggan adalah raja. Raja selalu ingin mendapatkan pelayanan baik oleh pelayannya. Kiasan yang dibuat Naura untuk memaksimalkan cara kerja dibutiknya, semakin banyak para pengunjung mendapat pelayanan yang baik semakin tertarik pula dengan butik yang Naura dirikan dengan keringatnya sendiri. Akan tetapi, tetap menjaga harga diri masing-masing setiap orang.

Naura mulai tidak nyaman dengan wanita yang kini justru sedang memutarinya dengan pandangan yang seperti meneliti penampilannya tersebut.

"Naura."

Naura menangguk mendengar namanya dipanggil dan wanita dengan dress berwarna pink itu kembali berdiri dihadapannya dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.

"Sudah berapa lama kamu menjalankan usaha ini?"

"Lima tahun," jawab Nuara yang meski sedikit bingung tetap menjawab pertanyaan wanita tersebut.

"Dengan penampilan kamu yang seperti ini, butik kamu tidak akan pernah bisa maju. Wanita biasa sepertimu hanya cocok berada didalam rumah dengan memegang alat kebersihan," ucap wanita itu lalu diiringi dengan senyuman tipis yang bisa melukai lawan bicaranya.

Sungguh kejutan yang sangat membuat Naura terkejut, wanita yang pertama kali bertemu langsung memberikan penilaian mengenai cara berpenampilannya. Semua orang mempunyai gaya berpenampilan sendiri-sendiri dan Naura sangat nyaman dengan penampilannya sekarang. Gaya berpakaian Naura sama sekali tidak berhubungan dengan butik ini, maksudnya meski Naura mempunyai gaya berpenampilan sendiri tidak mengharuskan butik yang dia kelolah memasarkan fashion yang Naura sendiri senangi. Naura selalu update mengenai fashion yang sedang digemari semua orang, mencari dan memadukan adalah cara kerja Naura. Serta karyawan yang berkeja dibidang pemasaran tidak kalah ahlinya yang selalu bisa menarik perhatian para pengunjung melalui berbagai akun sosial media.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Naura mengulang pertanyaan yang tadi tidak dijawab oleh wanita yang justru sekarang sedang menilai penampilannya.

Sungguh Naura sedikit risih berhadapan dengan wanita ini. tidak bisakah untuk pertemuan mereka pertama kali bersikap sopan dan ramah, setidaknya dengan begitu kesan pertama dalam pertemuan bisa diingat sebagai kenangan yang tidak terlalu buruk.

Wanita yang ada dihadapan Naura seakan memang datang ke butik ini hanya ingin menilai penampilan Naura.

"Ada berapa banyak karyawan yang bekerja disini?"

Pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan. Naura lagi-lagi terdiam serta memandang lawan bicaranya.

"Maaf jika tidak nyaman dengan pelayanan di Butik ini anda bisa pergi." Naura lebih baik kehilangan satu pengunjung baru dan belum juga bisa dikatakan sebagai pelanggan. Seperti wanita yang ada dihadapannya sekarang ini.

Cara bicara wanita yang ada dihadapannya membuat Naura jengah dan lebih baik memang mengusir wanita ini dengan lembut. Semoga saja wanita modis yang cantik ini bisa memahami keadaan sekarang.

"Sepertinya memang benar, Aldi salah menjatuhkan pilihan. Aldi pastinya sangat tidak bahagia menikah dengan wanita tidak tahu etika seperti kamu Naura. Bagaimana bisa mengusir pengunjung yang ingin bertanya-tanya."

Sekali lagi wanita itu menampilkan senyuman tipis dan kedua matanya yang sejak awal tidak berpindah untuk menatap Naura. Naura seperti layaknya mangsa untuk wanita tersebut yang sewaktu-waktu akan diterkamnya.

Keterkejutan Naura sekarang bertambah ketika mendengar nama suaminya disebut oleh wanita yang ada dihadapannya dan kini Naura mulai mencermati serta memutar memorinya. Mengingat siapa sebenarnya wanita yang ada dihadapannya ini.

Wanita yang benar-benar asing dalam kehidupan Naura.

"Saya dan suami saya hidup dengan sangat bahagia. Menilai seseorang dengan cara melihat atau bertemu satu kali sangat tidak dibenarkan. Penilaian anda sangat salah."

"Waw, seberapa bahagia Aldi bersama dengan wanita sepertimu. Wanita biasa yang ingin menumpang kehidupan dengan Aldi."

Kebingungan sepenuhnya menyelimuti Naura, apakah wanita ini gila? Kenapa dia berkata seolah-olah sudah mengenal baik suaminya. Selama ini Naura dan Aldi memang hidup dengan bahagia, setiap hari senyuman selalu merekah dibibir mereka. Moment sederhana selalu bisa membuat mereka bahagia, Aldi adalah anugrah untuk Naura dan juga sebaliknya.

Laki-laki yang dengan sabar ada disamping Naura meski ksebenarnya bisa saja meninggalkan.

Pernikahan sudah berlangsung selama tiga tahun adalah ketakutan yang sangat luar biasa ketika Naura belum juga melahirkan seorang anak. Anak yang telah dinantinya sejak tahun pertama mereka menikah. Waktu itu Naura masih berumur 20 tahun dan Aldi sudah berumur 25 tahun, jarak usia yang tidak bisa membendung perasaan cinta mereka sampai akhirnya berakhir dipelaminan.

Seorang wanita muda yang sudah bergelar istri dan Naura sangat bahagia dengan gelar barunya juga sangat bersyukur dipertemukan dengan laki-laki seperti Aldi.

"Maaf, butik saya bukan tempat untuk penilaian kehidupan pribadi saya dan jika anda ingin sekali menilai kehidupan pribadi saya serta ingin didengar waktunya bukan sekarang. Saya sangat sibuk, tapi jika anda sangat ingin melakukannya saya akan membuatkan janji temu dengan anda."

"Wanita sepertimu tidak layak menjadi istri Aldi, tapi syukurlah sebentar lagi pernikahanmu dengan Aldi akan segera berakhir. Bersenang-senanglah selagi bisa bersama dengan Aldi dan bersiaplah untuk melepaskannya."

Setelah mengucapkan kalimat tadi wanita itu melangkah pergi akan tetapi kesadaran Naura kembali lalu dengan cepat menarik lengan wanita itu dan dengan paksa membuat wanita itu kembali berhadapan dengannya.

"Apa maksud perkataan anda?"

Wanita itu dengan gerakan kasar menghentakkan lengannya sehingga Naura tidak lagi mencekal lengannya.

Sebelum menjawab pertanyaan Naura terlebih dahalu wanita tersebut mengusap kasar lengan yang tadi ditarik oleh Naura. Wanita tersebut seperti menepatkan Naura seperti benda yang kotor.

Ingin sekali Naura lebih bersikap kasar lagi, bagaimanapun juga semua perlakuan wanita ini sangat membuat Naura sakit hati.

Naura masih terdiam dan menatap wanita yang berada dihadapannya yang masih belum juga menjawab pertanyaan. Tentu saja Naura snagat penasaran dengan wanita ini, seolah-olah wanita yang sangat mengenal suaminya itu sedangkan Naura sendiri merasa belum pernah bertemu dengan wanita tersebut.

Rasa penasaran yang tidak dapat dibendung dan sangat ingin mendapat jawaban.

Wanita tersebut sernyum tipis dengan maksud yang belum bisa ditangkap oleh Naura.

"Jika ingin tahu tanyakan saja kepada Aldi suamimu, aku terlalu sibuk menjawab pertanyaan yang keluar dari mulutmu."