"Mau gue kenalin?" tanya An sambil menaik turunkan alis nya.
"AK!!" Nara langsung membungkam mulut An. "Jangan gitu dong... Saya gamau cari masalah," pinta Nara, melemparkan tatapan memohon.
"Makanya lepasin dulu tangan lo," Nara melepaskan nya, sedangkan An tertawa pelan melihat raut wajah Nara yang mendadak merah padam.
"Ra, coba lo cium tangan lo." ujar Pelita dan diangguki oleh Nara. Dengan lugu nya cewe berkepang Itu mencium tangan nya. "Kenapa Ta?" tanya nya saat bingung dengan reaksi Pelita.
"Lo ga nyium bau bau gitu?"
Sontak An memukul kepala Pelita sedikit kuat. "Bangke, bangke.. Lo pikir mulut gue bauk?"
Pelita tersenyum sinis lalu menyeruput lemon tea nya. "Yakan lo minum nya comberan, siapa tau aja yekan Ra."
"Gak boleh gitu Pelita, ga baik." Ucap Nara membuat Pelita mengganguk. "Iya iya, emang orang baik beda ya."
"Tuh dengerin si Nara, baik orang nya. Gak kek lo, dasar jomblo!"
"Bukan nya lo? Yang ditinggal lagi sayang-sayangnya?"
Jleb
"PELITA!!!"
Nara meminum kembali teh nya mencoba menenangkan kepala nya yang hampir saja panas. "Uda uda, katanya mau ngenalin,"
Seketika wajah merah An berubah menjadi serigala, eh bukan bukan. Ia berubah menjadi gila sambil senyum-senyum sendiri.
An menarik napas nya dalam, lalu tidak membuang nya, besok nya ia meninggal.
"Mulai dari yang mana dulu nih?" tanya An. Mereka bertiga lalu menunduk berbisik bak agen mata-mata.
"Terserah,"
An tersenyum senang. Kalau membahas soal cogan, ia juara nya. "Oke, kita mulai dari yang paling ujung."
"Lo liat kan cowok yang makan nya banyak itu?"
Nara mengganguk. Mengatakan bahwa ia melihat nya. Nara bergidik ngeri melihat betapa banyak nya piring kecil disekeliling nya. Pasti itu cukup menghabiskan banyak uang.
"Dia namanya Zikri Adipati. Si banyak makan, tapi sayang nya dia gak gendut,makanya itu banyak yang suka sama dia. Porsi makan dia yang uda kayak makan berempat itu uda biasa. Bahkan 2 minggu yang lalu gue liat dia bawa 5 mangkuk gado-gado. Tapi itu, kebanyakan di buang."
"Sayang banget... Kan itu makanan,"
An terkekeh geli. "Bagi Zikri, uang itu gapenting. Yang penting itu makan, dia itu tajir njir!! Makanya kalau sekali makan bisa merogoh kocek untuk lo 2 hari makan. Serem banget kan, untung ganteng!"
Nara hanya mengganguk.
"Nah.. Kalo yang disebelah nya itu.. Baraka Wijaya! Lo gausa heran kalo dari pintu kantin sampe ke meja mereka dia selalu diliatin ciwi-ciwi. Lo liat kan tampang nya? Uda ngalah ngalahin Justin Bieber? Nah itu, alasan dia kenapa tiap 2 hari sekali gonta ganti pacar. Sadis banget kan! Tapi gitu gitu mantan dia uda kesebar sampe sekolah lain. Lo bayangin! Semua yang dikedipin langsung meleleh sama dia. Bapak nya juga yang punya SMA WIJAYA ini!! Kaya banget kan.. Dan yang buat kesemsem itu, matanyaa... Gue aja sampek mau mati liat nya,"jelas An tidak memberhentikan senyum dari wajah putih nya.
"Kalau lo mati lo gabakal disini sambil minum eek kambing lo itu," cetus Pelita membuat senyum An perlahan memudar.
"Ini bukan eek kambing Ta, ini bubble tea! bubble tea!Makanya Jangan minum teh doang."
Pelita mengangkat bahu nya cuek. "Ah bomat namanya apa. Sama aja kan itu item item apaan uda kayak eek kambing!"
"Gue bilang ini bukan eek kambing!"
"Gue bilang iya lo mau apa?"
"NGGAK TA NGGAK!"
"IYA IYA IYA!"
"Uda uda!" Nara memberhentikan perdebatan yang sebentar lagi menjelma menjadi perang berdarah.
"Skip!" perintah Pelita.
Senyum An kembali terbit. Sangat mudah membuat Anisa Fatila tersenyum.
"Dan yang main hp itu...." An menggantungkan ucapan nya, lalu mengamati Nara dengan sangat serius. "Dia Alaska Park!"
Nara mengangguk mengerti.
"Nama nya Alaska utusan Albert Einstein, cowo yang terkenal karena kemisteriusan nya. Tapi siapa sangka dibalik sipat diem nya kek polisi tidur,Cowo itu juara 2 paralel di sekolah ini. Lo bayangin kan! Betapa pinter nya dia!" Jeda sejenak." Dan yang lo perlu tau, dia itu keturunan Korea! Kampung tuh anak di Korea! Tempat suami gue berkumpul."
"Mata nya yang sipit dan tajam itu, bisa meleleh kan semua hati manusia, mau yang batu sekali pun kek Pelita."
Pelita memukul lengan An pelan. "KOK JADI BAWA GUE?"
"Yeh.. Gausa nyangkal kalo lo itu pernah kesemsem juga kan sama Cakrabirawa?"
Pelita menggeleng jijik. "Seumur-umur gue gapernah suka sama Cakrabirawa, menurut gue mereka tuh cuman buang uang orang tua aja. Kesekolah tujuan nya cuman buat berantem. Ga guna banget, mending kalo gitu gausa aja sekalian, sana gabung sama preman tol."
An mengatup mulut Pelita yang akan terus berbicara dengan jari telunjuk nya." Eh , lo bisa abis di bully kalau ketauan ngejelenkin orang ganteng!"
"Ah bomat!"
An kembali serius. "Lo tau Ra, tu cowo gabakal ngomong kalau gak penting. Gue saranin lo jangan pernah ngajak dia ngomong, yang ada lo jatuh nya malu, lo bakal dikacangin abis-abisan."
Nara menggangkuk lagi. Ia sempat terkagum pada Alaska yang menjadi juara paraler. Semoga saja dia bisa seperti itu, batin nya.
"Dan yang diujung itu... Namanya Aksa."
Nara mendadak deg-degan sekaligus takut mendengar nama itu disebutkan. Mendengarkan namanya saja ia sudah ingin mati seperti ini. Kejadian dimana Nara yang mengira bahwa Aksa akan menghampiri nya, membuat Nara canggung.
An seketika mengecilkan suara nya. "Dia, lo jangan bilang kalau gatau namanya dia siapa. Lo tanya sama seluruh orang bahkan ibuk kantin sekalipun, dia itu siapa? Semua pasti uda tau dan bakal ngertawain lo karena lo gatau."
"Dan gue kasi tau sama lo. Jangan pernah buat dia tau akan keberadaan lo, kalo gak.... gue pastikan lo bakal abis ditangan fans nya. Lo gatau aja kalau fans nya Aksa itu lebih serem daripada kepsek!"
Nara mengernyit. "Emang segitu bahaya nya ya dia?"
"Banget! Aksa itu orang paling beringas di sekolah ini. Apalagi jabatan dia sebagai ketua geng Cakrabirawa! Lo tau, Cakrabirawa kemarin berantem, bahkan korban nya hampir mau mati kalau gak ditolongin saat itu juga! Rumor nya uda sebar kemana-mana Ra."
Nara memegang lengan nya. Bulu kuduk nya pun sudah berdiri tegak.
"Aksa itu orang nya gabisa dibuat bercanda. Kalau katanya itu, berarti semua harus itu. Egois. Gue juga heran kenapa banyak banget kaum hawa disekolah ini suka sama dia. Apanya coba yang disukai?" tanya Pelita membuka suara.
An tersenyum lebar. "Aksa itu beda dari yang lain. Dia gapernah main-main orang nya."
"Pala lo ga main-main. Buktinya minggu ini dia uda 2 kali ganti pacar."
"Yekan cogan bebas, siapa tau kalo jumpa sama gue dia bakal tobat." jelas An percaya diri.
Pelita memutar kan bola matanya. Malas meladeni An jika sudah menghalu. "Puser lu muter!"
An kembali melanjutkan penjelasan nya, namun kali ini ada reaksi kecewa diwajah nya. "Satu lagi ga dateng, lagi ikut olimpiade. Nanti gue kenalin ke lo, kek nya pulang sekolah nanti dia bakal kesini. Lo ikut kan liat mereka tanding sama Bisma si songong itu?"
Nara menggelng. Sepulang sekolah ini dia akan mencari Kenan. Lagi pun, tidak ada gunanya menonton pertandingan itu. Toh akan ada yang menang dan yang kalah.
"Nggak,"
"Loh?! Ikut dong Ra. Masa lo mau ninggalin gue, kalo sama Pelita nonton nya gaenak. Paling dia cuman berkutik sama laptop nya . Ikut ya Ra!!"
"Tapi An.."
"Gaada tapi-tapian! Lo Ikut!"
"Iya deh, iya."
***
Setelah pulang sekolah Nara menepati janji nya untuk menemani An menonton pertandingan. Diikuti Pelita yang berada dibelakang, cewe itu sibuk fokus dengan handphone.
"Rame banget ni!" An celingak-celinguk mencari tempat duduk ditengah keramaian lapangan basket di belakang sekolah. SMA Wijaya sendiri memiliki lapangan basket dan lapangan biasa yang berbeda.
Nara juga ikut dibuat bingung dengan keadaan sekitar. Banyak sekali para murid berebut bangku penonton. Apa sebegitu penting kah ini, sampai-sampai lapangan sebesar ini saja ramai dibuatnya?
"Uda gausa jadi aja ya An," pinta Nara pada An yang tidak berhenti mencari tempat duduk.
"Gabisa Ra, oh itu ada tempat duduk!" An langsung menarik lengan Nara dan Pelita. Dengan susah payah mereka melewati beberapa siswa yang sibuk memegang ponsel siap untuk memotret jagoan nya.
"Yah.. Dibelakang..." hela An setelah duduk ditengah yang digapit oleh Pelita dan Nara. Gadis itu menarik rok seorang cewe yang berada didepan nya untuk duduk. "Lo bisa gak sih duduk?uda tau gue dibelakang."
Cewe itu pun tak tinggal diam. "Siapa suruh lo dibelakang!" sentak nya.
"Yah lo ganampak apa, uda rame. Kalo. Gak lo aja yang disini!"
"Enak aja lo! Gue cape ngedapetin tempat duduk ini."
"Ya makanya lo duduk! Biar yang dibelakang nampak!"
"Yaudah sabar lah! Kok lo sewot!"
"Gue gak sewot! Gue cuman nyuruh lo duduk! Apa Lo bisulan?"
"Kok lo jadi bilangin gue bisul! Lo tuh bisul!"
"Ya elo! Gabisa duduk abisnya!"
"WUUUUUUUUUU!!!!"
"AHHHHHHHHHHHHHH!!"
"CAKRABIRAWA!!!!!!"
"WAHH AKSA AKSAA.... AKU PADAMUUU!!"
"GILEE BARA CAKEP PISAN!!"
"ALASKA!! BAWA GUE KE KOREA!!"
"ZIKRI, PERGI MAKAN YUK!!!"
Nara menutup telinga nya. Ia menoleh kearah An yang sekarang siap untuk berteriak. Bahkan cewe yang tadi berdebat dengan nya pun sekarang telah duduk dan tak henti meneriaki Aksa. Aksa lagi Aksa lagi!
"CAKRABIRAWA!!!!!"
"CAKRABIRAWA YES YES YES!!"
"GUE BERANI TARUHAN SAMA LO KALO CAKRABIRAWA MENANG."
Apasih, belom juga main, uda taruhan menang aja. Kalau kalah kan nanti sayang taruhan nya! Ucap Nara dalam hati.
Ia menggerutu dalam hati, mengapa banyak sekali ciwi-ciwi meneriaki keempat cowo yang sekarang sedang memasuki lapangan tersebut. Mereka tidak memakai baju basket, hanya memakai kaus dalam yang rata-rata berwarna hitam, dipadukan dengan celana SMA pada umum nya. Terus? Apanya yang istimewa.
"Aduhhh.. Ini kapan abis nya sih? Terus kapan aku cari Kenan nya. Ini baru mulai aja uda jam 2." Nara gelisah sendiri.ia menoleh kearah Pelita yang sama sekali tak menonton pertandingan. Cewe itu sedang sibuk dengan laptop dipangkuan nya. Entah apa yang dikerjakan nya, Nara pun tak tau.
Nara juga bosan dengan keadaan ini. Hanya ada suara teriakan yang sangat mengusik gendang telinga. Nara memutuskan mengambil headset dan mencolokkan ke hp yang tak seberapa itu. Lantunan lagu mulai menghias pendengaran Nara. Memori saat dia bermain bersama Kenan terulang lagi.
"Kenan sih, main nya jangan lasak. Tuh kan jatuh!"
"Iya Ra, maap. Kenan ga sengaja."
"Kenan ini, ceroboh banget!"
"Kan Kenan uda minta maap."
"Sama aja!"
"Terus Kenan harus apa?"
"Kenan harus janji gak ninggalin Nara!"
"Oke, itu mah kecil."
"KENAN!"
"KENAN!!!!!"
"KENAN!!!!"
"KENAN!!!!"
Nara tersentak kecil saat nama itu disebutkan. Ia tersenyum simpul, sebegitu lemah dirinya sampai-sampai mengharapkan Kenan ada disini.
"Tuh kan apa gue bilang. Kenan dateng. Gamungkin dia gadatang kalo CAKRABIRAWA tanding!"
Kenan?!!
Nara menajamkan pendengaran nya. Ia tidak salah. Jelas-jelas Nara mendengar suara dari teman disebelah. Ia menoleh pada An, gadis itu sibuk merekam kelima cowo berbadan besar yang siap bertanding.
Nara terlonjak kaget Saat An menatap nya. "ITU SATU LAGI! KENAN! SALAH SATU ANGGOTA INTI CAKRABIRAWA! COWO JUARA 1 PARALEL YANG BARU AJA PULANG DARI OLIMPIADE. MAKIN CAKEP YAAMPUN!!!"histerin An ketika melihat cowo itu membuka seragam sekolah nya.
Nara mengrutkan kening. "Kenan?" tanya nya pada An yang masih sibuk dengan benda pipih ditangan nya.
"IYA! KENAN ADITAMA!!!"
KENAN ADITAMA? APA DIA TIDAK SALAH DENGAR?! APA KENAN ADITAMA DI DUNIA INI BANYAK?! APA DIA KENAN YANG LAIN? ATAU KENAN NYA NARA? KENAN?!
Nara refleks berdiri. Dia menajamkan indra penglihatan nya menatap lapangan yang sudah dipenuhi dengan kedua tim yang siap bertanding. Tidak!! Salah. CAKRABIRAWA disitu ada 5 orang. Dan itu bukan Kenan.
Dan!!
Pandangan Nara jatuh pada seorang cowo yang berlari memasuki lapangan setelah meletakkan botol minum nya. Refleks Nara membulatkan matanya. Dia KENAN! KENAN ADITAMA!
TBC..
Next? Komen
VOTE, KOMEN AND SHARE❗
Jangan lupa juga kunjungi work aku, ada beberapa cerita yang telah aku publish, dan jangan lupa juga untuk membaca nya💕💕
Follow bilaaapr, bilang jika ingin di follback.
Jika ada masukan? Bisa kasih saran. Chat saja. Karena aku juga butuh saran dari kalian untuk membuat cerita ini lebih baik lagiii💕💕
Tetap support KENAN atau AKSA ya...
Aku tunggu loh masukan nya... Juga jejak kalian.. Jangan lupa tinggalkan...
Maaf jika ini kurang nyambung, soalnya masih amatiran... Oke,...
SALAM CANTIK
-bilaaapr
#AntaraKenan&Aksa
#KenantauAksa