webnovel

Kemurnian Cinta Hyuna

Pernikahan adalah ikatan yang suci dan sakral. Setiap orang pasti mendambakan pernikahan yang bahagia, saqinah, mawadah dan warohmah. Tidak satupun orang yang bercita-cita pernikahannya harus kandas dan hancur di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya diharapkan akan berakhir bahagia harus berakhir dengan duka dan air mata. Menjalin tali pernikahan walaupun awalnya tanpa ada rasa cinta di antara mereka, tapi Hyuna menjalaninya setulus hati dan sepenuh jiwanya. Hingga seiring berjalannya waktu, pernikahan yang diimpikan penuh kebahagian oleh Hyuna harus berakhir dengan rasa kecewa dan luka yang mendalam. Suami yang sudah dia cintai dengan setulus hatinya harus mengkhianatinya di belakangnya dengan kakak sepupunya sendiri. Pernikahan yang sudah berjalan hingga hampir setahun itu, Hyuna tidak pernah sekalipun disentuh oleh suaminya Bagaskara Maheswara. Sedikit pun tidak pernah dilirik, jangankan untuk dilirik di sentuh pun tidak pernah seakan-akan tubuh Hyuna adalah sarang penyakit. Hanya sekedar untuk berbasa-basi saja pun Bagas tidak pernah Dia lakukan pada Hyuna Adinda Prawija. Hingga mata Hyuna melihat dengan kedua matanya, hubungan terlarang antara Suaminya Bagas dan Deandra sepupunya sendiri. Dan naasnya di hari perjalanannya ke Bali, yang digadang oleh ke dua mertuanya yang awalnya perjalanan itu bertajuk honey moon untuk Hyuna dan Bagas, tapi kenyataannya adalah Bulan madu itu untuk Deandra dan Bagas semata. Di malam itu juga, kehormatan yang selama ini Dia jaga hanya untuk suaminya tercinta harus terenggut dengan paksa atas dasar kesalah pahaman. Hyuna tidak tahu jika malam itu bukanlah Bagas yang bersamanya melainkan orang lain. Suatu hari Hyuna dengan berat hati harus meninggalkan suaminya dalam keadaan berbadan dua. Yang penasaran dengan kisah kelanjutan kisah mereka, yuk dibaca saja.

Kasma_Sayang · Teen
Not enough ratings
25 Chs

Rencana Pernikahan

Takdir tak pernah bertanya sedalam apa kau mencinta seseorang. Maka jika dia milikmu, Ia tak akan memilih orang lain selain dirimu.

Rumah yang bercat kuning itu, dengan desain interior yang minimalis tapi tidak meninggalkan kesan moderennya sudah berdiri kokoh hingga 30 tahun lebih.

Hyuna baru saja sampai di depan rumahnya, Rumah yang tempat Dia dibesarkan dan langsung memasukkan mobil kesayangannya ke dalam garasi rumahnya. Hyuna merasa hari ini cukup melelahkan karena harus menyelesaikan banyaknya tumpukan dokumen yang harus dia selesaikan.

Hyuna mematikan mesin mobilnya dan turun dari mobilnya tersebut. Di rumah itu lah Hyuna dibesarkan dengan penuh kasih sayang yang tulus yang dia dapatkan dari ke dua orang tuanya terutama dari Kakeknya, Tuan Brawijaya.

Tuan Brawijaya sangat menyayangi Hyuna dengan setulus hatinya bahkan sangat memanjakan cucunya itu. Hyuna sejak kecil tidak pernah menentang atau pun melanggar aturan atau keputusan yang dibuat oleh Kakeknya. Karena itu lah dirinya sangat disayangi oleh Pak Brawijaya.

Pak Brawijaya adalah pensiunan tentara sehingga didikan yang diterima oleh Hyuna pun sangat lah disiplin dan mandiri. Hyuna bangga dibesarkan dan diasuh oleh Kakeknya tersebut. Tanpa Kakeknya lah Hyuna tidak akan seperti sekarang ini.

Karena itu lah saat dirinya mendengar berita tentang perjodohannya tanpa banyak pikir Hyuna menyetujui hal tersebut walaupun Dia belum pernah melihat sosok calon suaminya itu

Hyuna sedikit pun tidak membantah permintaan dan keputusan yang telah dipilihkan untuknya jodoh yang sudah diatur oleh mereka.

Dengan bismillah Hyuna memantapkan hati dan perasaannya untuk menerima perjodohan itu. Kakeknya pun sangat bahagia disaat Hyuna mengiyakan dan setuju dengan pernikahannya yang hanya tersisa dua minggu dari sekarang.

"Ya Allah jika ini yang terbaik untuk kehidupanku maka ikhlaskan hati ini untuk menerima dan menjalankan amanah dari Kakek."

Hyuna sudah terduduk di ujung ranjangnya sambil memikirkan keputusan bulat yang sudah dia ambil.

Hyuna tidak ingin menghancurkan kebahagiaan yang terpancar dari ke dua orang tuanya dan juga Kakeknya. Walau pun sebenarnya Hyuna hanya lah anak angkat di dalam keluarga besar Tuan Besar Brawijaya.

Tok... Tok..

Suara ketukan pintunya membuyarkan lamunannya. Hyuna bergegas berdiri dan beranjak dari duduknya. Hyuna terlebih dahulu merapikan pakaiannya bercermin sekilas untuk melihat wajahnya yang sembab itu setelah menangis.

"Hyuna apa Kamu sudah tidur nak?" tanya Kakeknya yang ternyata beliau yang telah mengetuk pintu kamarnya Hyuna sedari tadi.

"Belum kek, tunggu Hyuna bukakan pintunya," jawab Hyuna dari arah dalam kamarnya.

Hyuna memegang gagang pintu dan bersiap untuk memutar kenop pintunya. Wajah tua dan beberapa guratan keriput di wajahnya pertanda jika usia beliau sudah memasuki usia senja.

Hyuna langsung tersenyum manis ke arah Kakeknya agar Kakeknya tidak mengetahui jika dirinya barusan menangis tersedu-sedu.

"Masuk Kek," titahnya.

Pak Brawijaya masuk ke dalam kamarnya Hyuna, lalu berjalan ke sudut ruangan kamar yang ada kursinya pas di dekat jendela. Pak Brawijaya menatap lekat wajah cucu angkatnya.

Beliau merasa bangga dan tidak sia-sia beliau didik dengan sangat keras dan disiplin, karena selama ini Hyuna tidak pernah membantah sedikit pun perkataannya.

"Kakek baik-baik saja kan?" tanya Hyuna yang melihat ke arah wajah Kakeknya seperti ada sesuatu beban fikiran yang dipikirkan oleh Kakeknya tersebut. Hyuna memegang dengan lembut dan penuh kasih sayang tangan yang mulai keriput itu.

"Kakek apa baik-baik saja? sepertinya ada yang mengganjal dipikiran Kakek," ujarnya sambil menatap ke arah dalam ke dua bola matanya.

Pak Brawijaya hanya tersenyum menanggapinya pertanyaan dari cucu kesayangannya itu. perhatian lebih terhadap sering dicurahkan oleh Pak Brawijaya menimbulkan kecemburuan dari Diandra.

"Maafkan Kakek jika, harus memaksakan kehendak Kakek nak, Kakek ingin melihat Kamu bahagia di sisa waktu dan Hidupnya Kakek, apa Kamu keberatan jika Kakek jodohkan kamu dengan anak dari temannya Kakek?" tanya kakeknya sambil memegang tongkatnya yang selalu setia menemaninya.

"Hyuna sama sekali tidak keberatan Kakek, insya Allah, Hyuna siap menikah dengan pria pilihan Kakek," jawabnya dengan suara yang lemah lembut.

"Tapi, nak ini adalah hidup Kamu, Kamu bisa Kok menolak pernikahan kalian sebelum akad nikahnya, Kakek ridho dengan keputusan Kamu," terang Kakeknya.

Hyuna memandang penuh rasa kasih sayang dan cinta kasih kepada Kakeknya. dengan tatapan mata yang teduh menyejukkan hati. Hyuna menggelengkan kepalanya tanda dia tidak setuju dengan permintaan dari Kakeknya.

"Kakek Hyuna tidak ingin membatalkan pernikahan ini, Hyuna siap menikah dengan pria manapun yang kakek kehendaki, Hyuna sama sekali tidak pernah merasa terbebani sedikit pun jadi Kakek, Hyuna minta tolong jangan sesekali mengatakan perkataan itu lagi," jelasnya lagi.

Pak Brawijaya memeluk tubuh cucunya dan tubuhnya bergetar menahan tangisnya sehingga Hyuna mengeratkan pelukannya.

Aku tak bahagia

Melihat kau bahagia dengannya

Aku terluka

Tak bisa dapatkan kau sepenuhnya

Aku terluka

Melihat kau bermesraan dengannya

Aku tak bahagia

Melihat kau bahagia

Harusnya aku yang di sana

Dampingimu dan bukan dia

Harusnya aku yang kau cintai dan bukan dia Harusnya kau tahu bahwa

Cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan bukan dia

Ku tak bahagia melihat kebahagiaan kau dengannya

Aku tak bahagia melihat kau bahagia

Diandra yang mengetahui jika ke dua orang tua kekasihnya datang melamar, awalnya sangat bahagia, tapi setelah mendengar langsung dari mulut pak Handoko Ayahnya Bagas Diandra sangat marah dan kecewa. Diandra langsung berlari ke arah luar dan membawa mobilnya menuju apartemen milik Bagas.

"Mas!! kenapa sih Mas tidak menolak keinginan orang tuanya Mas? Mas bisa kan mengatakan sama mereka jika kita sedari dulu kita saling mencintai" ucap Diandra.

"Maafkan Mas sayang, Mas tidak mungkin menentang keputusan ke dua orang tuaku, Aku tidak ingin dicap anak durhaka," jawabnya.

"Oohh jadi Mas lebih memilih ke dua orang tua Mas dari pada Saya?" tanya Diandra dengan emosi yang sudah menggebu.

Diandra yang berdiri di hadapan Bagas bagaikan seorang Nyonya besar yang sedang memarahi ajudannya saja.

"Tapi!!! sampai kapan Mas hubungan kita seperti ini? setiap kali bertemu harus sembunyi-sembunyi seperti anak kecil yang main petak umpet saja," jelasnya sambil menghempaskan tangannya Bagas dari pinggangnya.

Diandra pun memalingkan wajahnya ke arah lain, Diandra tidak ingin menatap wajah kekasihnya itu. Dia sengaja berbuat seperti itu,agar Bagas menuruti keinginannya.

"Mas mohon untuk kali ini dengarkan Mas sayang, Mas lakukan semua ini demi masa depan kita berdua nantinya, Mas janji Mas pasti akan nikahi Kamu," terangnya yang meraih ke dua tangannya Dyandra lalu menciumnya.

"Baiklah kali ini, Saya akan mengalah, tapi tidak untuk lain kali," ujar Diandra yang sebenarnya sangat marah tapi mau tidak mau harus pura-pura menurut permintaan dari pacarnya.

Diandra menumpahkan segala gunda gulananya di hadapan Bagas, tapi yah seperti itu lah kegiatan mereka setiap bertemu, selalu saja melakukan hubungan intim layaknya sepasang suami istri.

Setelah pergulatan mereka selesai, barulah Bagas bisa menenangkan kekasih dan pujaan hatinya yang tentunya dengan kata-kata dan rayuan maut khas Bagas.

Bagas membelai rambut panjang Diandra lalu berkata," Sayang, Kamu tak perlu merisaukan apa pun itu, pernikahanku dengan perempuan bodoh itu hanya sebatas hitam di atas putih saja, secuil pun aku tidak akan menyentuhnya, bahkan mencintainya pun tidak akan pernah, jadi please yah, jangan pernah Kamu merasakan cemburu atau marah."

Bagas kembali mencium bibir seksi Diandra, dan mereka kembali bergulat dengan begitu panas dan hotnya. Berulang kali mereka lakukan dengan berbagai gaya dan pose yang berbeda-beda hingga mereka tak mampu lagi untuk melanjutkannya. Mereka sama-sama tetkulai lemas saat mereka mencapai puncak kenikmatan surga dunia yang tiada kira.

Pernikahan pun sudah hampir dilaksanakan hanya menunggu dua hari saja dari waktu yang ditentukan, segala persiapan mereka pun sudah di persiapkan.

Hingga pernikahan mereka digadang-gadang akan sukses dan terlaksana dengan baik. Mesjid yang didapuk sebagai tempat pelaksanaan acara akad nikah pun sudah di bukim dengan harga yang lumayan mahal. Maklumlah Mesjid tersebut sudah sering dipakai oleh Masyarakat sebagai tempat acara akad nikah.

Kebahagiaan terpancar dari ke dua keluarga besar Pak Handoko dan Tuan Brawijaya, walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi di belakang mereka dan ke depannya nanti.

Hidup penuh misteri tidak ada yang tahu ke depannya akan gimana jadinya. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan lah yang menjadi penentu final dari kehidupan umat manusia.