webnovel

Ngambek

Tidak peduli seberapa marah dan geramnya Stella, dirinya kini sudah berada di pesawat, dan dia kalah berdebat dengan Saga. Akhirnya, Stella hanya bisa diam karena tidak ingin bertambah emosi.

Saga yang juga tahu Stella masih marah dan merajuk, hanya mendiamkannya sepanjang perjalanan karena tidak ingin membuat wanita yang duduk di sampingnya bertambah marah.

"Pak Saga, pesawat akan segera mendarat." Suara Dirga terdengar dari belakang.

Saga yang mendengar itu, menganggukkan kepalanya, melirik Stella yang ada di samping, dan berkata dengan lembut, "Stella ..."

Stella menoleh, memelototinya, dan membalas dengan ketus, "Diam. aku tidak ingin mendengar suaramu sekarang."

Saga yang melihat Stella cemberut, mencubit hidung kecilnya dengan gemas. Menurutnya, saat marah, Stella terlihat semakin menggemaskan.

Sedangkan, Dirga yang melihat interaksi di antara Saga dan Stella, dia tidak bisa tidak terkejut. Dirinya juga telah menjadi asisten Saga untuk waktu yang cukup lama, dan belum pernah melihat direkturnya memperlakukan seorang wanita seperti dia memperlakukan Stella.

Setelah pesawat mendarat, Stella mendahului mereka turun dari pesawat dan dengan marah bersiap pergi ke loket tiket untuk membeli tiket kembali ke Kota Jakarta.

Namun, saat melihat isi dalam tasnya, dia menemukan isi tas itu kosong, tidak ada uang juga tidak ada KTP-nya. Itu berarti, dirinya tidak bisa membeli tiket pulang ke Jakarta.

Stella menjadi lebih marah saat memikirkannya, dia benar-benar marah sekarang. Kedamaian, dengan cepat dia berbalik dan berjalan menuju Saga yang terlihat tenang.

Saat sudah berada di depan pria itu, Stella menatapnya dengan ekspresi marah, "Dimana KTP-ku?"

"Kau tidak membawa KTP-mu" ujar Saga singkat.

Saat mendengar itu, Stella mendengus, dan kembali berkata, "Aku tidak membawanya? Yang benar saja, Saga?! Lalu bagaimana bisa aku lolos naik pesawat tanpa memiliki tiket? Apa itu sengaja kau lakukan?!"

Saga menunjukkan ekspresi sedih dan pura-pura tidak tahu, kemudian berkata dengan tenang, "Stella, kita datang ke sini naik jet pribadi tadi. Apa kau tidak memperhatikannya?"

Apa kita tadi naik Jet pribadi? batin Stella.

Stella tercengang saat mendengar ucapan Saga, karena dirinya sibuk marah dan merajuk tadi. Jadi, dia tidak memperhatikan jika mereka naik pesawat jet pribadi Saga.

Dirinya menjadi berpikir, jika pria itu sengaja melakukan itu padanya. Akhirnya, tanpa uang dan KTP, Stella menyerah dan mengikuti Saga ke hotel.

Saat mereka sudah sampai di depan resepsionis hotel, Stella menatap si resepsionis wanita dan berkata dengan tegas, "Aku ingin memesan dua kamar."

"Satu kamar saja" ujar Saga tiba-tiba yang membuat Stella langsung menoleh dan menatap pria itu dengan kesal.

Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi kesal Stella, menghela nafasnya. Kemudian membujuk Stella, "Stella, kau tidak memiliki KTP dan uang. Oleh karena itu, kau tidak bisa memesan kamar. Jadi, aku bisa berbagi kamar denganmu."

Saga tidak tahu jika si resepsionis memandang wajah tampan Saga dengan ekspresi penuh kekaguman. Wanita itu kemudian menoleh ke arah Stella yang sedang merajuk, merasa sangat iri, dan berpikir jika Stella tidak tahu dirinya sangat beruntung memiliki seorang-yang menurutnya mereka adalah pasangan-kekasih seperti Saga.

Sedangkan, Stella menyadari tatapan wanita itu dan merasa bertambah kesal saat dia merasa tidak bisa memesan kamar untuk dirinya sendiri.

Saat sudah berada di kamar suit room, Stella duduk di sofa di ruang tamu sepanjang hari, dan tidak mau berbicara dengan Saga, juga mengabaikan pria itu.

Saga yang berada di kamar, sesekali menoleh ke arah ruang tamu, saat mengerjakan urusan bisnisnya di laptopnya.

Dia berpikir jika Stella masih merajuk, sehingga wanita itu tidak mau berbicara padanya, dan mengabaikan dirinya.

Hal itu berlangsung hingga malam hari. Saat menyadari itu, Saga berhenti melakukan pekerjaannya, bangkit dan berjalan menuju Stella yang berada di ruang tamu.

"Stella, sudah malam. Apa kau tidak ingin ke kamar untuk istirahat? Kau tidak capek?" ujar Saga dengan lembut saat sudah berada di depan Stella.

Sedangkan, Stella mendongak sebentar ke arahnya, kemudian mendengus. Dia juga tidak ingin berbicara dengan Saga saat ini.

"Stella, kau sudah ngambek padaku seharian. Ya, aku mengaku salah, jadi jangan marah lagi, oke?" Kata Saga dengan suara rendah.

Namun, Stella tidak menatap ke arah Saga dan menjawab dengan nada kaku, "Aku tidak ingin melihatmu sekarang."

Saga yang mendengar itu, menghela napasnya, tidak berkata apa-apa lagi, dan berbalik, lalu masuk ke dalam kamar.

Saat Stella mendengar suara pintu ditutup, dia menoleh ke arah kamar.

Sebenarnya, Stella sudah tidak marah lagi pada Saga, namun dia hanya ingin memberikan pelajaran kepada Saga karena pria itu membawanya pergi tanpa seizinnya.

Dia berpikir jika Saga berbohong padanya soal tidak memaksakan kehendak kepada seseorang yang dicintai. Jika Saga tidak memaksanya, Stella tidak akan semarah ini pada pria itu.

Stella kemudian berbaring di sofa, memikirkan banyak hal yang membuatnya bingung. Hingga dia tidak tahu kapan dirinya tertidur. Saat merasakan tubuhnya dingin, Stella tana sadar meringkuk untuk menghangatkan tubuhnya sendiri.

Dalam tidurnya, Stella merasakan seperti melayang, kemudian dibaringkan di benda yang nyaman dan empuk. Setelah itu, tubuhnya terasa sangat hangat dan nyaman.

Sebenarnya, Saga yang menggendong Stella dan memindahkan wanita itu ke ranjang yang ada di kamar.

Saat sudah membaringkannya, Saga menunduk, kemudian mencium dahi Stella dengan lembut, dan berkata pada dirinya sendiri: "Kau sangat keras kepala."

Segera setelah itu, Saga membuka selimutnya, dan ikut berbaring di sebelah Stella, dan memeluknya. Saat merasakan sebuah perasaan hangat ketika dia memeluk Stella, Saga langsung tertidur.

_______

Keesokan harinya, Stella yang baru saja bangun, terkejut saat melihat sebuah dada bidang di depan dirinya.

Dia kemudian mendongakkan kepalanya dan dapat dirinya lihat dagu Saga yang berjenggot tipis.

Setelah merasa kebingungan dengan kondisi mereka, Stella segera teringat apa yang terjadi dengannya kemarin yang membuatnya kembali merasa marah.

Oleh karena itu, Stella segera mendorong tubuh Saga hingga pria itu jatuh dari ranjang dengan keras.

Bukk

Saga yang berada di lantai, mengerang kesakitan. Dia membuka matanya dan melihat langit-langit hotel, kemudian menatap ke arah Stella yang duduk di ranjang atasnya.

"Aw .." erang Saga sambil mengelus-ngelus pantatnya yang terasa sakit.

Dia berpikir jika Stella yang sengaja menendangnya dari ranjang saat melihat seringai wanita itu.

Kemudian, Saga segera duduk dan berkata, "Stella, kenapa kau menendangku?"

"Kenapa katamu?" Stella menatapnya dengan pandangan tidak percaya, kemudian melanjutkan dengan marah, "Aku jelas tidur di sofa tadi malam. Bagaimana aku tidur di sini bersamamu?!"

Saat mendengar itu, Saga pura-pura terkejut dan menatap Stella dengan ekspresi lud=gu, lalu berkata, "Stella, apakah kau lupa? Tadi malam kau tidur sambil berjalan. Kau datang ke kamar ini, lalu tidur di sebelahku, kemudian memelukku sepanjang malam sampai lengan sakit. Lihat!"

"Tidak mungkin aku begitu! Aku tidak pernah tidur sambil berjalan! Kau pasti berbohong padaku, kan?!" ujar Stella yang tidak mempercayai kata-kata Saga barusan.

Mendengar itu, Saga segera berdiri, kemudian menunjuk ke arah tangan kirinya yang diperban dengan ekspresi kesakitan, dan berkata, "Stella, kau bisa melihat sendiri, kan? Tanganku sedang sakit dan apa menurutmu aku bisa menggendongmu kemari dengan kondisi tanganku ini?"

Sedangkan, Stella tertegun saat memikirkan kata-kata Saga barusan.

Next chapter