webnovel

Kembalilah Padaku Stella!

Diabaikan oleh suami sendiri adalah hal yang sangat menyakitkan. Stella sudah cukup lelah menunggu cinta dari Saga. Hingga tiba saatnya Stella mengajukan surat perceraian dan melamar kerja diperusahaan musuh bebuyutan Saga, pria itu justru menaruh ketertarikan pada Stella. Satria yang merupakan kakak tingkat Stella dulu selalu melindungi Stella dari Saga, tapi Saga yang ambisius dan egois telah menekankan bahwa Ia akan mendapatkan segala yang dia inginkan cepat atau lambat. Stella tidak akan mungkin tergiur untuk kembali pada Saga, tapi apakah Stella akan memilih Satria sebagai suami barunya?

ClarissaFidlya · Teen
Not enough ratings
420 Chs

Aku Minta Maaf Karena Kau Sampai Diusik

Stella mengangkat tangannya, dan melihat cincin berlian di jarinya. Dia memandang ke arah Melani dengan sinis, dan perlahan-lahan berkata, "Melani, kau salah."

Setelah dia selesai berbicara, Stella berhenti sejenak, dan sambil dipandang dengan tatapan bingung Melani, dia berkata, "Sekarang bukan kau yang meminta pertanggungjawaban dariku, tetapi aku yang menganggap kalau kau yang bertanggung jawab atas semua ini. Kau bersalah padaku karena sudah mencuri barang tanpa alasan, dan mengancamku dengan segala macam tuduhan. Aku ingin bertanya pada Ayahmu, bagaimana caranya mendidik putrinya."

Melani yang awalnya memandang dengan tak acuh pada Stella, kini hatinya tiba-tiba panik. Dia dengan cepat menstabilkan pikirannya dan mencoba yang terbaik untuk membuat penampilan tetap terlihat tenang, "Stella, kau tidak akan bisa berpura-pura tidak bersalah. Jelas kau yang mencuri cincinku. Bagaimana mungkin asisten kecil sepertimu bisa memiliki cincin yang mahal."

Stella mendengus dingin,"Kan sudah kubilang, cincin ini diberikan padaku oleh Saga."

"Kau bohong, kenapa Pak Galang memberimu cincin itu? Kau kan hanya seorang asisten." Melani memanfaatkan status Stella sebagai asisten, dan membencinya karena statusnya yang rendah. Setelah berbicara, dia memerintahkan lagi, "Kalian berdua, ringkus dia, bawa cincin itu kembali padaku."

Petugas keamanan yang berdiri di samping itu saling memandang, tidak ada yang berani bertindak.

Bagaimanapun juga, mereka yang bisa menghadiri perjamuan semacam ini entah orang kaya atau berpengaruh besar, dan mereka bukanlah sesuatu yang bisa mereka singgung tanpa alasan.

Wajah Melani menjadi memerah karena marah ketika dia melihat petugas-petugas keamanan itu tidak mendengarkan kata-katanya, dan matanya mengancam seperti ular berbisa. Dia menatap Stella, yang masih bersikap tak acuh, dan menjadi lebih emosi.

Dia menggertakkan gigi, berjalan maju sendiri, meraih tangan Stella, dan ingin melepas cincin itu secara paksa.

Pada saat yang sama, Saga dan Ayah Melani muncul di sana dan melihat peristiwa yang sedang terjadi.

Saga memandangi tangan Melani, matanya sedikit menyipit. Ada rasa dingin yang mengerikan yang keluar dari sekujur tubuhnya. Dia tidak serta-merta marah dan bertanya dengan nada dingin, "Ada apa?"

Mendengar suaranya, mata Melani berkedip puas. Dia langsung menepis lengan Stella. Karena bagaimanapun juga, orang jahat biasnaya yang pertama kali mengeluh, "Pak Galang, pas sekali Anda datang kemari. Asisten Anda baru saja menindas seseorang. Kusarankan agar Anda segera memecatnya."

Saga melirik Melani dengan mata sedingin es. Dia lalu berjalan ke Stella, melihat tanda merah di pergelangan tangannya yang putih, dan sedikit mengernyit.

Ekspresi tidak peduli di wajah Galang membuat Melani secara tidak sadar mengira kalau pria itu tidak puas dengan Stella, dan dia bahkan menjadi lebih bangga karenanya.

"Pak Galang, asisten Anda benar-benar memiliki sifat yang tidak bagus. Dia sudah mencuri apa yang Anda berikan padaku, dan masih tidak mengakuinya ..." Melani terus mengeluh, dengan ekspresi penuh harap seolah-olah dia sudah memperkirakannya, dan ingin Saga menghukum Stella.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

Stella mengangkat alis, pandangan matanya tertuju pada Melani.

Dia benar-benar ingin tahu bagaimana reaksi Saga ketika dia tahu sebab dan akibat dari kejadian ini.

Melani tidak berkata setengah hati, "Itu ... cincinnya, jelas kau yang memberikannya padaku."

Dia tidak takut kebohongannya terungkap. Dia sangat percaya bahwa Saga dan Ayahnya adalah rekan baik dan Saga akan menghormati Ayahnya. Demi mempertahankan hubungan mereka, maka sebaiknya Saga membelanya, dan bukan Stella.

Stella pasti akan menjadi putus asa di depan banyak orang.

Ketika saatnya tiba, dia lihat wajah wanita yang berani mengganggu Saga itu.

Mendengarnya, mata Saga tertuju pada cincin berlian biru di sana. Dengan sorot menggelap, dia menatap Melani dengan dingin, "Aku memberikan cincin itu pada Dara. Kapan cincin itu menjadi hadiah untukmu? Presiden Melani, apakah ini gaya keluargamu? Jika benar, kurasa kerja sama kita kali ini sebaiknya... "

Wajah Saga yang cemberut, dengan rasa dingin yang tak ada habisnya itu melepaskan aura yang kuat, dan berhasil langsung membuat Melani terkejut. Untuk waktu yang lama, Melani tidak bisa bereaksi.

Ayah Melani sadar bahwa perkembangannya tidak baik. Dia sadar kalau wajah putrinya sekarang memerah dan malu, dan bisa menebak dengan kasar penyebab masalah ini. Dia mengangkat tangannya dan menampar Melani, dengan marah menegurnya, "Brengsek, apa yang baru saja kaulakukan sampai membuat masalah dengan Pak Galang? Cepatlah minta maaf pada Nona Stella." "

Tamparannya langsung mengenai Melani.

Sejak kecil sampai sekarang, Melani belum pernah dipukul sebelumnya. Dia selalu dimanja dan segala keinginannya dituruti.

"Cepat minta maaf!" bentak Ayah Melani.

Dia tidak memberi Melani kesempatan untuk menyangkal dan memberi penjelasannya sama sekali. Ayahnya mendelik menatapnya.

Melani belum pernah melihat Ayahnya berbicara begitu tegas. Air mata tidak puas langsung menetes dari matanya.

Melani memegangi pipinya, dan memandang Ayahnya samar-samar dengan mata yang basah. Dia masih keras kepala dan tidak ingin meminta maaf.

Ayah Melani juga merasa kasihan pada putrinya, dan memandang Saga dengan penuh penyesalan, "Nona Stella, saya yang terlalu memanjakan Melani. Saya akan meminta maaf pada Nona Stella mewakilinya. Harap pertimbangkan permintaan maaf saya, dan maafkanlah dia. Dia tidak sengaja melakukannya."

Saga tidak menjawab, tetapi menatap Stella dan diam-diam menanyakan pendapatnya.

Mata dingin Stella menatap Melani. Begitu dia hendak berbicara, Ayah Melani berbicara lebih dulu, "Melani, minta maaf pada Nona Stella."

"Ayah." Melani berteriak sampai tersedak. Ekspresinya masih terlihat keras kepala dan dipenuhi rasa malu.

Ayah Melani masih menatapnya dengan tajam, tanpa menyerah sama sekali.

Melani melihat bahwa Ayahnya tidak membelanya seperti yang biasa dia lakukan sebelumnya. Melani tidak bisa menahan diri ketika dia dianiaya, tetapi dia tahu betul bahwa dia harus meminta maaf hari ini.

Dia menggigit bibirnya, menunduk untuk menutupi sorot penuh kebencian dan kecemburuan di matanya, dan berkata dengan suara serak, "Nona Stella, maafkan aku. Maafkan sikapmu yang sebelum ini sudah salah sangka. Mohon maafkan aku."

Setelah mengatakan ini, dia tidak peduli dengan reaksi macam apa yang diperlihatkan oleh Stella. Dia memegangi pipinya dan melarikan diri.

Hari ini, dia sudah kehilangan seluruh wajahnya, Bagaimana dia bisa keluar untuk menemui banyak orang di masa depan?

Ayah Melani melihat punggung Melani ketika dia berlari keluar. Sorot rumit terpancar di matanya. Dia menatap Saga dengan hati-hati, dan bertanya, "Nona Stella, Melani sudah meminta maaf, dan saya juga akan memberi kompensasi Nona Stella atas apa yang sudah dilakukan oleh Melani. Apa pendapatmu tentang hal selanjutnya? "

"Stella, apa ada yang ingin kau katakan? "Saga langsung melemparkan keputusan itu pada Stella.

Stella melihat bahwa Ayah Melani sudah dengan sepenuh hati membela diri, dan hatinya agak tergerak sedikit. Tetapi kemudian dia memikirkan segalanya yang terjadi karena Melani, dan rasa itu seketika menghilang.

Sambil ditatap penuh harap oleh Ayah Melani, dia dengan ringan mengangkat bibir merahnya, "Aku sudah memaafkan Nona Melani."

Saga dan Melani masih bekerja sama, dan dia tidak ingin mempersulit segalanya.

Mendengar ini, hati Ayah Melani akhirnya kembali tenang.

Ketika ada gangguan seperti itu, sebagian besar orang di ruang perjamuan akan memusatkan perhatian pada mereka, dan banyak orang memandang Stella. Diam-diam mereka mencoba menebak identitas Stella, jadi Saga bisa menjadi sangat protektif.

"Stella, maafkan aku., Kamu telah diusik." Suara lembut Saga terdengar di telinganya.

Stella mengangkat matanya untuk bertemu dengan sorot mata yang dalam itu. Dia menatap terkesima, lalu mengalihkan pandangan matanya, dan menjawab dengan suara samar, "Kau tidak perlu meminta maaf, itu tidak ada hubungannya denganmu."

Bagaimana mungkin Saga tidak melihat respon Stella itu, jadi dia menghela nafas sedikit.