"Kenapa kau tersenyum begitu? Apa kau senang aku akan melakukan perjalanan bisnis?" tanya Saga sambil memandang ke arahnya dengan curiga.
Stella yang mendengar itu, tidak tersenyum kembali, dan dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, lalu berkata, "Tidak, tidak! Aku tidak bilang begitu!"
Saga mendengus dan tahu jika Stella sedang berbohong saat melihat senyumannya tadi.
Stella berdehem dan berkata berkata dengan jujur: "Sudah malam. Aku sudah mengantuk dan ingin tidur. Kau juga harus segera tidur, Saga."
Setelah mengatakan itu, Stella segera berdiri, dan pergi menuju kamarnya dengan agak tergesa-gesa.
Ketika Stella sudah berada kamar, dia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, tersenyum dan memukul-mukulkan kakinya ke ranjangnya karena merasa sangat senang.
Syukurla! Aku selamat kali ini! batin Stella karena merasa sangat bersyukur.
Awalnya, Stella khawatir jika Saga akan memotong gigi, lidah, dan tangannya. Tapi, dia merasa Tuhan sedang berpihak padanya karena Saga besok akan pergi ke Kota Surabaya untuk mengurus bisnis di sana dan mungkin akan melupakan rencana mereka untuk menemui Frans.
Stella menghela napas lega, kemudian bangun dan turun ranjangnya.
Dia menyenandungkan sebuah lagu sambil berjalan ke kamar mandi karena ingin mandi dengan air hangat.
______
Pada saat yang sama, Saga yang di kamar sebelah bersandar di kursi dengan malas, sambil mengetuk-ngetukkan kakinya saat memikirkan senyuman Stella yang terlihat aneh tadi. Wanita itu terlihat senang saat mengetahui dirinya akan pergi untuk melakukan perjalanan bisnis ke Surabaya.
Dia kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengirim pesan singkat ke Dirga,
Kau tidak bisa menghindar dariku, Stella! batin Saga.
Setelah selesai mengirim pesan singkatnya, Saga menyeringai dan berpikir jika Stella akan merasa sangat kecewa.
Semakin dia memikirkannya, semakin dia ingin melihat ekspresi Stella saat mengetahuinya, dan tidak bisa duduk diam lalu bangkit dan berjalan menuju kamar Stella.
Ketika dia hendak mengulurkan tangan dan mengetuk pintu, Saga melihat jika pintunya tidak tertutup rapat, dan langsung masuk. Namun, saat sudah berada dalam kamar, dirinya tidak menemukan keberadaan Stella di sana.
Tiba-tiba suara air yang berasal dari dalam kamar mandi menarik perhatian Saga dan dia memutuskan untuk menunggu Stella selesai dan duduk di sisi ranjangnya.
Sedangkan, Stella yang masih asyik mandi, tidak mengetahui keberadaan orang lain di kamarnya.
Sambil menyenandungkan sebuah lagu favoritnya, Stella membasuh tubuhnya yang terkena sabun sambil memejamkan matanya.
Setelah selesai, Stella mematikan keran airnya, kemudian mengulurkan tangannya ke samping, namun tidak merasakan apapun di gantungan baju itu.
Aih? Kok tidak ada bajuku? Kemana handuknya? batin Stella.
Kemudian, dia menyeka wajahnya dan segera membuka membuka matanya. Saat dia melihat gantungan baju yang kosong, dia menyadari bahwa lupa membawa handuk dan baju ganti tadi.
Astaga! Kenapa aku bisa lupa membawa baju dan handuk? batin Stella.
Stella menghela nafasnya dan menepuk kedua pipinya karena merasa sangat bodoh hingga tidak membawa handuk dan baju ganti.
Sekarang dia tidak punya sesuatu untuk menutupi tubuhnya dan hanya bisa telanjang.
Stella kemudian membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan berlari keluar. Dia lalu membuka pintu lemari, mengambil piyama dan saat akan memakainya, Stella merasa ada sesuatu yang tidak beres. Jadi, dia segera menoleh dan berbalik.
"Kyaa!" teriak Stella karena kaget saat melihat Saga yang duduk dengan tenang sambil menatapnya.
Kenapa dia di sini? Kapan Saga datang?! batin Stella.
Setelah itu, Stella segera menutupi tubuhnya dengan piyanya dan berbalik karena ingin segera ganti ke kamar mandi.
Namun, Saga yang dapat melihat kaki jenjang Stella, segera bangkit dan berjalan ke arahnya dengan cepat, kemudian menarik Stella, lalu memeluknya.
Saat menghirup aroma strawberry dari tubuh Stella, Saga berkata dengan suara serak, "Stella, apa kau ingin menggodaku, hm?"
Sedangkan, Stella melotot dan membalas dengan nada kesal, "Apa? Menggodamu? Jangan bicara omong kosong! Dasar mesum! Ini kamarku, kau ... kenapa kau ada di sini?" Namun, Saga tidak menjawab, malah menggendong Stella dengan gaya bridal dan membaringkannya ke ranjang.
Ketika Stella hendak mengambil selimut untuk menutupi dirinya, Saga langsung menindih tubuhnya dan memandangnya dengan ekspresi aneh.
Stella yang menyadari tatapan Saga, menggigit bibir bawahnya, dan menolehkan pandangnya, kemudian berteriak, "Saga, cepat minggir! Kau berat!"
"Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya?" Saga menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga Stella dengan nada menggoda.
Stella yang mendengar itu, tertegun.
Dia berpikir, jika dirinya terus membiarkan Saga, Stella tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu padanya nanti.
Stella merasa sangat cemas dan ketakutan, hingga jantungnya berdebar dengan begitu keras, lalu mencoba memberanikan diri berkata sambil memelototi Saga, "Saga, jika kau tidak mau menyingkir, aku akan melakukan sesuatu padamu!"
Sedangkan, Saga yang melihat itu, merasa jika Stella sangat terlihat imut jika sedang marah seperti saat ini. Hingga membuatnya ingin mencubit kedua pipi tembem itu.
Bagi, Saga matanya adalah daya tarik utama pada diri Stella.
Dia mengulurkan tangannya untuk menutupi mata Stella, sambil mencoba menahan hasratnya, mendekati telinganya, dan berkata dengan lembut, "Stella, aku tidak akan memaksamu jika kau tidak mau. Tanpa persetujuanmu, aku tidak akan melakukan apa-apa padamu."
Sedangkan, Stella yang mendengar itu, masih tetap merasa ragu dengan kata-kata Saga.
Dia melirik Saga dengan ekspresi bingung.
Bukankah semua pria sama saja, mudah tergoda dan suka memaksakan kehendaknya? batin Stella bertanya-tanya.
Saga yang seperti tahu apa yang sedang dipikirkan Stella, mencium dahinya dengan penuh kasih sayang, dan berkata kembali dengan lembut, "Stella, cinta itu tanpa ada paksaan dan kekangan kepada orang yang dicintai . Karena aku mencintaimu, tentu saja aku tidak akan melakukan apapun padamu tanpa persetujuanmu."
Saga .. mencintaiku? batin Stella sambil menatap Saga dengan pandangan tidak percaya dan ekspresi terkejut.
Dia mencintaiku? Tapi, bagaimana mungkin? Apa aku tidak salah dengar? Stella tidak mempercayai apa yang baru saja Saga katakan padanya.
Saga yang melihat ekspresi ragu Stella, tersenyum.
Dia perlahan bangkit, kemudian turun dari ranjang, dan berkata, "Stella, pakailah bajumu supaya kau tidak masuk angin."
Stella yang mendengar itu, cemberut, memandang dengan ekspresi kesal ke arah Saga, dan bergumam pelan, "Jika bukan karena kau, aku sudah berpakaian sedari tadi. Dasar bajingan mesum!"
Saga yang masih dapat mendengar gumam Stella, agak tertegun karena wanita itu berani mengumpat dirinya.
Sedangkan Stella, segera mengenakan piyamanya dengan cepat sambil tetap bersembunyi bawah selimut. Saat selesai berpakaian, Stella menatap ke arah Saga yang masih berdiri diam dan berkata dengan ketus, "Bisakah kau pergi sekarang? Aku sudah mengantuk dan ingin tidur."
Namun, Saga tidak pergi. Pria itu malam membuka selimutnya, dan langsung ikut berbaring di sebelah Stella, kemudian memeluknya tubuhnya dengan erat.
Sedangkan, Stella terkejut saat merasakan hawa dingin di kakinya yang tidak tertutupi selimut.
Saat Saga menyadari itu, dirinya segera mengambil kaki Stella dan melingkar kannya ke pinggangnya untuk menghangatkan kaki Stella, kemudian berkata, "Kau tidak akan kuizinkan bepergian tanpa alas kaki mulai besok. lihatlah, kakimu terasa sangat dingin saat ini. Kau akan masuk angin, ingat?"
Stella yang dapat merasakan kakinya perlahan menghangat, jantungnya berdetak dengan keras.
Dia mencoba menenangkan dirinya saat mendengar perkataan Saga yang sangat perhatian padanya.