Di kantor....
"Dek Kinasih." panggil Barata saat makan siang tiba.
Kinasih menoleh sekilas pada Barata dengan sebuah senyuman saat Barata mendekatinya.
"Ada apa Mas?" tanya Kinasih kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Aku lapar sekali, apa kamu mau menemani aku makan?" tanya Barata dengan tatapan manja.
"Bagaimana ya Mas, pekerjaanku masih belum selesai. Sebentar lagi aku aku harus meeting dengan Arya membahas tender yang baru kita menangkan." ucap Kinasih tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Apa pekerjaanmu lebih penting di banding perut suami kamu Dek? sekarang sudah jam dua belas, kalau tidak waktunya istirahat aku tidak akan mengganggu pekerjaan kamu Dek." ucap Barata dengan suara berat merasa kecewa dengan sikap Kinasih yang lebih berat pekerjaannya apalagi ada hubungannya dengan Arya hal itu membuatnya cemburu.
Mendengar ucapan Barata, Kinasih baru menyadari sikapnya yang tanpa sadar telah menyakiti hati suaminya.
"Ya Tuhan!! tolong maafkan aku Mas. Sungguh aku tidak tahu kalau sekarang waktunya istirahat." ucap Kinasih segera menyimpan hasil pekerjaannya yang belum selesai.
"Tidak apa-apa lanjutkan saja pekerjaanmu Dek. Kamu akan ada meeting dengan Arya kan? kamu bisa sekalian makan siang dengan Arya." ucap Barata segera beranjak dari tempatnya karena rasa cemburu yang tidak bisa di tahannya lagi.
Melihat Barata hendak pergi segera Kinasih bangun dari duduknya menarik tangan Barata.
"Mas...Mas... tunggu Mas, jangan marah. Tolong maafkan aku, sungguh aku tidak tahu kalau sudah waktunya istirahat." ucap Kinasih menggenggam tangan Barata dengan tatapan menyesal.
Barata menghela nafas panjang perasaan cemburu masih menyelimuti hatinya dan Kinasih masih belum bisa menenangkan hatinya.
"Mas... jangan pergi, tolong maafkan aku." ucap Kinasih dengan suara lirih memberanikan diri memeluk pinggang Barata dengan mendekatkan tubuhnya sangat dekat dengan tubuh Barata.
Barata menelan salivanya, tiba-tiba saja dadanya berdetak sangat keras saat miliknya tersentuh tubuh Kinasih.
"Kamu menyakiti hatiku Dek, kamu sudah tahu kan kalau aku sangat cemburu pada Arya?" ucap Barata sudah berusaha untuk tidak cemburu tapi tetap tidak bisa kalau Kinasih masih dekat dengan Arya.
"Ya Mas, aku tahu. Aku minta maaf, tolong maafkan aku ya? aku berjanji hal ini tidak akan terjadi lagi." ucap Kinasih dengan tatapan penuh meraih leher Barata dan mencium bibir Barata dengan penuh perasaan.
Barata memejamkan matanya, hatinya bergetar merasakan sesuatu yang hangat yang mengalir begitu cepat ke seluruh aliran darahnya.
"Sudah cukup Dek, kamu membuat hasratku naik." ucap Barata melepas ciuman Kinasih seiring rasa kecewanya hilang entah kemana.
"Kenapa kita tidak pulang saja Mas? kita bisa melakukannya di rumah sekaligus makan siang?" ucap Kinasih masih berusaha meluluhkan hati Barata agar tidak marah lagi padanya.
"Apa kamu yakin mau melakukannya Dek? bagaimana dengan meeting kamu dengan Arya? apa kamu tidak takut kalau Arya marah padamu?" tanya Barata sedikit menggoda karena perasaan cemburu masih.
"Arya pasti mengerti Mas, kita kan baru menikah. Nanti aku DM dia kalau aku datang sedikit terlambat." ucap Kinasih merasa lega Barata sudah tidak marah lagi padanya.
"Jadi kita pulang sekarang Dek?" tanya Barata tidak ingin lagi membahas Arya yang bisa membuat hasratnya hilang.
Kinasih menganggukkan kepalanya kemudian menggenggam tangan Barata yang terlihat cemburu lagi.
Dengan saling menggenggam tangan Barata dan Kinasih keluar dari ruangan.
"Aayy!" panggil Arya saat berpapasan di lobby perusahaan.
"Hei Arya, aku mau pulang. Kamu mau kemana?" tanya Kinasih dengan tersenyum saat Arya mendekatinya.
Wajah Barata seketika suram melihat kedekatan Arya dengan Kinasih, tapi dia berusaha menenangkan hati dan tidak menunjukkan kecemburuannya di depan Arya.
"Aku mau ke rumah sakit untuk kontrol." ucap Arya masih duduk di kursi roda walau sesekali dia berdiri dengan bantuan kayu penyangga.
"Ya Tuhan, aku lupa kalau hari ini kamu jadwal kontrol. Kenapa kamu tidak mengingatkan aku Arya? sekarang kamu ke rumah sakit dengan siapa?" tanya Kinasih merasa tidak enak karena sebelumnya sudah berjanji akan mengantar Arya kontrol sebelum meeting.
"Wajah kamu jangan seperti itu Ay, aku sudah bisa kemana-mana sendiri. Cepatlah kamu pulang, keburu habis jam istirahatnya." ucap Arya tidak ingin memperpanjang percakapannya dengan Kinasih. Arya tidak ingin menjadi pengganggu hubungan rumah tangga Kinasih dengan Barata.
"Kalau kamu kontrol sekarang, bagaimana dengan Meeting kita nanti?" tanya Kinasih ingin tahu jadwal meetingnya dengan Arya.
"Kamu jangan cemas aku sudah memundurkan waktu meeting kita. Aku sudah memberitahu partner kerja kita." ucap Arya sekilas melirik ke arah wajah Barata yang sudah merah padam.
"Baiklah Ay, aku harus ke sana dulu. Bara, hati-hati di jalan." ucap Arya secara halus mengingatkan Barata tentang hal yang sudah di lakukan Bara padanya.
"Kita pergi dulu." ucap Barata dengan suara hampir tak terdengar segera menarik tangan Kinasih dan membawanya ke tempat parkir di mana mobilnya berada.
"Kamu tidak cemburu dengan hal tadi kan Mas?" tanya Kinasih seraya menyentuh paha Barata setelah berada di dalam mobil.
"Apa kamu tidak melihat bagaimana wajahku Dek? aku tahu Dek, kamu dan Arya bersahabat. Aku tidak lagi melarang persahabatan kalian, tapi tolong jaga perasaanku. Aku minta maaf aku tidak bisa menghilangkan rasa cemburuku ini." ucap Barata dengan perasaan cemburu yang tidak bisa dia tutupi lagi.
"Tapi Mas, aku bicara dengan Arya membahas tentang pekerjaan bukan membahas hal lain." ucap Kinasih menjelaskan permasalahannya.
"Bukan hanya pekerjaan saja. Tapi kamu sangat perhatian pada Arya, sampai mau mengantar Arya ke rumah sakit." ucap Barata merasa kesal dengan perhatian Kinasih yang berlebihan pada Arya.
"Tapi Mas, Arya tidak punya sahabat lain selain aku. Apalagi Arya masih keadaan sakit. Bagaimana aku tidak peduli pada sahabat sendiri Mas?" ucap Kinasih tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Barata agar tidak salah paham dengan persahabatannya dengan Arya.
Mendengar Kinasih lebih membela Arya, Barata menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa merasa takut mobilnya akan tabrakan atau tidak.
"Mas!!! Mas Bara!! kenapa mengebut Mas?!! ada apa denganmu Mas??!! apa kamu masih cemburu pada Arya??? apa kamu masih tidak percaya padaku Mas?!!" ucap Kinasih dengan suara keras agar Barata mendengar suaranya.
Barata tidak peduli lagi dengan semua pertanyaan Kinasih selain menjalankan mobilnya dengan kecepatan semakin tinggi hingga pada tikungan Barata tidak bisa lagi mengendalikan mobilnya saat ada jalan yang sedang di perbaiki. Mobil Barata tidak bisa lagi menghindarinya menabrak keras pembatas jalan.
"BRAKKKK!!"
Kepala Barata menghantam keras stir mobil dengan tubuh terdorong ke depan apalagi Barata tidak memakai sabuk pengaman karena terlalu tenggelam dalam kecemburuan.
"Mas...Mas Barata..." panggil Kinasih dengan suara lirih masih beruntung tidak kenapa-kenapa karena mobil sebelah kanan yang menghantam pembatas jalan.