webnovel

KEMBALI PADAMU

Kisah hidup Raya menjalani kehidupan yang penuh liku dan panjang, menjalani hidup yang tak terduga, ditinggal papanya yang selingkuh dari mamanya, dan mempunyai anak yang ga tau siapa ayahnya...

Yanti_Wina · Urban
Not enough ratings
150 Chs

Soraya lagi

Seorang wanita memakai kacamata hitam keluar dari Hotel Maria berdiri dan memberhentikan taxi, dia masuk dengan tergesa- gesa, terlihat ketakutan wajahnya.

"Ke Bandara pak." sopir taxi mengangguk, dan menjalankan taxinya melewati tol, setelah menempuh waktu satu jam, akhirnya sampai ke Bandara. wanita itu turun dan dan mengeluarkan Handphone untuk mengecek Jam keberangkatannya, tiba- tiba muncul 2 orang laki- laki tinggi besar di sisi kanan dan kiri badannya menodongkan pistol kepinggang wanita itu dan sedikit menekannya, laki- laki itu berbisik di telinganya,

"Jalan! jangan berteriak atau ku tembak." Laki- laki itu membawanya dengan kasar masuk ke dalam Mobil dan setelah masuk baru melepaskan pistolnya,

"Kalian siapa, kenapa mengancamku?" tapi semua orang di mobil diam, mobil berhenti di rumah mewah dengan halaman sangat luas,

"Turun!" perintah laki- laki itu, dia hanya mengangguk dan mengikutinya, karena memberontak juga tidak mungkin bisa dirinya sendiri seorang wanita menghadapi pria tinggi besar 6 orang.

"Boss... ini orangnya yang memakai identitas Nona Raya." setelah mendengar nama Raya disebut- sebut baru dia mengerti, Herlambang menatap tajam dan menggeledah isi tas dan kopernya, ternyata benar terdapat identitas palsunya yaitu KTP atas nama Raya,

"Apa yang kamu dapatkan dari identitas ini?" Herlambang mengangkat KTP itu dan mengatupkan giginya.

"Aku hanya menjalankan perintah sesuai keinginannya dan mendapat uang sebagai bonusnya." wanita itu menunduk,

"Kamu tau, kamu berurusan dengan siapa sekarang? Raya adalah anak Herlambang, kamu tau Herlambang?" wanita itu mendadak pucat, wajahnya memutih seperti kertas, karena siapa yang tidak kenal dengan Herlambang, orang terkenal dan tentunnya sangat berpengaruh juga dan sedikit menakutkan.

"Soraya istrinya Yuda, dia yang menyuruhku." Herlambang melotot, biji matanya hampir keluar, dan dengan keras dia menendang kursi hingga membentur dinding.

"Dimana dia sekarang?" Herlambang suaranya datar dan begitu marah,

"Masih di Hotel Maria kamar nomor 1211." suara wanita itu gemetar.

Herlambang melirik anak buahnya, tanpa ada suara yang keluar dari mulut Herlambang, mereka mengerti dan menghubungi anak buah Herlambang yang dekat dengan lokasi untuk menangkapnya.

"Jangan main- main dengan Raya!setelah ini, aku pastikan hidupmu akan menderita dan kamu akan sangat menyesal telah melakukan ini pada Raya." Herlambang mengatupkan giginya,

wanita itu hanya menunduk dan terdiam, dia terlihat sangat ketakutan, selanjutnya anak buah Herlambang mengirim wanita itu ke kantor polisi,

Anak buah Herlambang yang lain datang membawa Soraya, tatapan Herlambang tajam memandang Soraya seakan ingin menerkam saja.

"Kau lagi.... kau telah menggagalkan pernikahan putriku, terus kau mencelakainya dan sekarang kau masih berusaha menghancurkannya... Raya telah berbaik hati memaafkanmu hingga kau bebas dari penjara, tetapi sekarang bahkan aku ingin cepat membunuhmu."

Soraya baru menyadari dia ada di mana, dia tersenyum, tidak ada rasa takut di wajahnya apalagi penyesalan, raut mukanya penuh dengan kelicikan juga kebencian dan semua itu membuatnya jauh lebih hina, tetapi dia sudah tidak peduli apapun, cintanya yang di abaikan membuatnya berbuat di luar batas, ingin memiliki tetapi dengan cara yang salah...

"Aku ingin Raya hancur bersamaku, Yuda terlalu mencintainya sampai saat ini aku benci itu, bahkan dalam tidurnya dia mengigau tentang Raya, Raya dan Raya... dia sama sekali tidak peduli aku, aku hidup seperti nyamuk saja jadi, membuat Raya menderita itu kepuasanku." wanita itu tertawa seperti orang gila, Herlambang hampir menendang Soraya karena gemas.

"Yuda hanyalah sampah Raya, Raya tidak akan memungutnya kembali jadi walaupun Yuda mengejarnya, Raya tidak bakal peduli lagi." nada suara Herlambang sinis,

"Tapi walaupun begitu dia takan pernah menghapus Raya di hatinya." Soraya tampak sedih,

"Itu karna kamu orang yang sangat menjijikan dan tidak ada istimewanya, Kau serakah."

"Aku tidak peduli, yang penting hatiku senang." Herlambang makin gemas, mendengar keberanian Soraya,

"Bawa wanita ini!" selanjutnya Herlambang menghubungi Raya

"Iya pah, ada apa?"

"Orang yang mirip denganmu sudah papa tangkap ada di kantor polisi, bersama Soraya." mendengar kata Soraya, Raya sedikit panas,

"Dia mencoba menghancurkanku, aku tidak terima pah, Alan hampir tidak mempercayaiku."

"Papa mengerti ... setelah bebas dari hukuman papa akan tetap mengawasinya."

"Makasih pah." Herlambang mematikan sambungan telponnya.

Setelah menerima kabar dari Herlambang Raya memutuskan ke kantor polisi,

"Lan, aku mau kekantor polisi kamu mau ikut?"

"Tentu ... aku siap- siap dulu." Raya mengangguk,

Mobil melaju kearah kantor Polisi hanya membutuhkan 20 menit untuk sampai ketempat tujuan, Raya masuk dan meminta ijin berkunjung,

"Hai Raya apa kabar? kok tidak sama Yuda?" seseorang menyapa Raya, Raya menoleh kearah suara,

"Zean... aku baik, aku sudah tidak bersama dia lagi, Yuda sudah menikah sama Soraya."

"Mmm... Yuda bodoh..." gumamnya, Raya hanya tersenyum,

"Kamu makin cantik." Raya tersenyum sekilas melirik Alan yang manyun jadi Raya mengenalkannya,

"Oh iyaa, ini kenalin Suami aku..." Zean menatap Raya dengan kecewa lalu tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Alan,

"Zean..."

"Aku Alan." Alan menatap tajam Zean... Zean tahu kalau Alan tidak suka kepadanya, tatapannya berbalik kearah Raya dan bertanya lagi,

"Kamu ada apa kemari?"

"Mau bertemu sama 2 cewek yang beberapa jam yang lalu di tahan di sini."

"Oh kalau begitu ya sudah silahkan! Kalau ada perlu apa- apa aku di pos jaga ya Ray." Raya mengangguk,

"Terimakasih..." jawab Raya pendek dan masuk ke ruang kunjungan, Orang yang mirip Raya datang, Raya menatap tajam...

"Jadi kamu yang membuat kekacauan? kamu sama sekali tidak tau berhadapan dengan siapa?" cewek itu menunduk tak menjawab apapun,

"Kamu tau? cewek yang kamu kasih bantuan itu adalah orang yang membuat aku gagal menikah karena dia merebutnya, dia hamil dengan calon suami aku yang beberapa hari yang lalu kamu tidurin, aku melepas semuanya, tapi semua itu yang terbaik karna di saat itu juga aku mendapatkan laki- laki yang baik dan bertanggung jawab, tapi tidak cukup sampai di situ, cewek yang kamu tolong itu mendorong aku dari lantai 2 hingga aku gegar otak ringan dan lebam hampir di seluruh tubuh aku dan sekarang, gara- gara ulah kamu yang bantu dia, aku hampir kehilangan kepercayaan dari orang yang aku cintai, bukan Yuda tapi, dia suami aku. Aku tau kamu butuh uang, tapi lain kali jangan menghalalkan segala cara, kamu tidak tau akan ada banyak orang yang menderita."

"Maaf..." hanya kata itu yang keluar dari mulutnya,

"Lihat aku...! untungnya kamu cuma mirip sekilas saja, kalo enggak, mungkin aku akan lebih menderita, dan kamu lihat cowok yang di samping aku! Bukankah dia lebih dari segi apapun dengan cowok yang kamu tiduri di hotel kemarin?

aku tidak menyesal kehilangan dia." Raya tersenyum dan menaikan bibirnya sebelah mengejek orang yang di depannya,

"Sekarang nikmatilah hari- harimu di sini! Kamu akan bersenang - senang dengan Soraya di sini." Setelah itu Raya berbalik bersama Alan meninggalkan ruangan itu, lalu menuju ke parkiran meninggalkan tempat itu,

"Yank, banyak orang yang melihatmu tadi, apalagi si zean... pandangan dia tidak lepas, matanya selalu menatapmu." Alan cemberut, Raya tertawa,

"Terus dia harus merem tidak boleh meliat aku?" Raya menggoda di waktu yang tidak tepat, saat memandang wajah Alan yang merah padam, Raya langsung terdiam.

"Bukan itu, tatapannya seperti laki- laki yang tertarik sama perempuan, aku tidak suka."

"Yang penting aku sukanya cuma sama kamu..." Raya meyakinkan Alan, bersikap lebih lembut.

"Aku tidak suka istriku di pandang orang lain ..." Alan cemberut, Raya sekilas mencium pipi Alan dan mengusapnya dengan tangannya.

"Besok- besok kalau bertemu lagi, aku tidak berbincang lagi sama dia." Raya menyandarkan kepalanya di kursi Alan dekat dengan bahunya.

"Itu lebih bagus." Raya tersenyum, baru begitu saja Alan udah protes, Raya tidak bisa membayangkan kalau kemarin yang bersama Yuda itu dia, melihat marahnya Alan waktu itu sangat menakutkan, jantung Raya hampir copot dibuatnya,