webnovel

Bahagia...

Jam 12 siang Raya mengajak Siska kekantin, karena perutnya sudah keroncongan akibat melewatkan sarapan. Raya dan Siska duduk memesan makanan,

"Kamu tumben semangat makan siang." Siska menoleh Raya yang asik meminum es jeruk,

"Aku tidak sempat sarapan tadi pagi, laper banget."

"Makanya jangan pacaran semaleman, jadi kesiangan." Raya mendelik,

"Aku tidur sendiri, tadi pagi abis ngerjain kerjaan Yuda yang masih banyak, makanya tidak sempat sarapan."

"Mmm ... Dulu kamu cuek banget sama Yuda, sekalinya cinta, kamu cinta banget." Raya menarik napas dalam,

"Aku sih maunya jangan cinta banget, takut kecewa lagi, karna diabaikan itu membuat aku serasa akan mati." Raya tertunduk.

"Kamu terlalu baik Raya."Raya hanya terdiam menikmati nasi goreng yang baru datang kemejanya.

***

Jam 8 pagi Yuda baru bangun dari tidurnya, mengingat kerjaannya belum selesai, Yuda gugup dan menyalakan laptopnya, setelah menatap layar laptop dan mencari pekerjaaannya, Yuda kaget dan tertegun melihat semua pekerjaannya udah selesai dengan hasil yang sempurna. Yuda tersenyum bahagia,

"Raya... Kamu bukan saja cantik tapi baik dan pintar, aku tidak salah memilih kamu." Yuda bergegas kekamar mandi dan siap-siap berangkat kekantor.

Untuk mengurus 2 kantor sekaligus memang membutuhkan tenaga ekstra, dan Yuda belum terbiasa dengan pekerjaan ini, Untung papanya sedikitnya masih membantu dan membimbing Yuda.

Jam 7 malam pintu ruangan Yuda ada yang mengetuk.

"tok...tok...tok..." pintu di ketok,

"Masuk...!" suara berat terdengar dari dalam, perlahan pintu di dorong, Raya tersenyum di depan pintu, tetapi melihat Yuda terkulai lemas di sofa, senyum Raya hilang berubah menjadi panik, apalagi melihat muka Yuda begitu pucat.

"Kamu pasti tidak sarapan tadi." selidik Raya. Yuda mengangguk lemah.

"Ma'af! tadi aku cepat- cepet berangkat trus lupa makan siang juga." Raya cemberut, mukanya mendadak serem mirip seperti singa di padang pasir yang sangat kelaparan dan ingin menelan Yuda bulat- bulat.

"Minum obatnya!" Raya menyerahkan obat dan air putih, Yuda hanya meurut meminumnya,

"Asistenmu mana."

"Lagi beli obat di apotik." Raya menarik nafas kasar, dan memeluk Yuda, kemarahannya sedikit mereda melihat Yuda benar- benar sakit.

"30 menit lagi makan, biar obatnya reaksi dulu." Yuda mengangguk kalaupun sekarang di paksa makan yang ada muntah, untung saja di tas Raya selalu membawa obat mual sama obat lambung, bukan untuknya tapi untuk Yuda, Yuda berbaring tidak berdaya menahan sakit di ulu hatinya.

"Kamu minum kopi terlalu banyak ya semalam?" selidik Raya, Yuda mengangguk karena memang Yuda minum beberapa gelas.

"Sayank... kalau perjaanmu banyak, bisa minta bantuanku, kita kerjakan sama -sama, aku bisa bantu." Yuda tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih tadi pagi sudah menyelesaikan kerjaan aku." Raya menunduk dan mengecup bibir Yuda.

"kalau mualnya sudah mendingan paksain makan ya." Raya membuka rantang bekal dan mengambil nasi dan menyiramkan sup di nasinya, menyandarkan badan Yuda dan mulai menyuapinya, tidak banyak yang bisa masuk kedalam mulut Yuda, membuat Raya makin cemas.

Asisten Yuda masuk, saat melihat Raya ada di dalam ruangan bosnya, dia memberikan hormat.

"Nona ma'af, saya lancang masuk karena saya khawatir dengan bos." pandangan mata Raya tajam.

"Tidak apa-apa, lain kali kalau bosmu melewatkan jam makan siangnya tolong ingatkan!" suara Raya agak sedikit meninggi membuat bulu kunduk yang mendengar ucapannya merinding.

"Baik... " Sang asisten menundukan kepalanya gugup terus membalikan tubuhnya dan keluar ruangan, Yuda tersenyum.

"Ya Tuhan... bahkan kamu lebih seram dari pada aku kalo marah, asistenku sampai ketakutan melihatmu" Raya mendelik.

"Itu gara- gara kamu... mana mungkin aku membiarkannya." jlepp Yuda terdiam kehabisan kata- kata.

"Ayo pulang!" Yuda hanya mengangguk, Raya memapahnya sampai kemobil,

"kamu terlalu banyak kerjaan dan setres." Yuda hanya diam, Raya menyetir pelan hingga Yuda tertidur di jalan, melihat Yuda tertidur Raya meminggirkan mobilnya dan menyelimuti Yuda terlebih dahulu lalu menjalankan kembali mobilnya. sesampainya di rumah Yuda terbangun dan keluar mobil langsung masuk menuju kamar. Yuda memeluk Raya, Raya membalas pelukannya.

"Janga buat aku khawatir... Hari ini Jangan mandi dulu, badanmu sedikit demam biar ku lap saja." Yuda hanya diam menurut, Raya mengusap pipi Yuda dengan sangat lembut, kemudian mengecup kening Yuda,

setelah mengganti baju Yuda, Yuda tertidur, Raya bernafas lega karna badan Yuda demamnya tidak terlalu tinggi, Raya yang lelah, ikut tidur lelap di samping Yuda sampai pagi.

***

Pesta pertunangan akan di adakan 2 hari lagi, acara di gelar sederhana, tempat acara di adakan di Hotel milik Herlambang, hanya orang terdekat yang datang, tetapi cukup banyak juga mengingat Herlambang dan Raditia bukan orang sembarangan, Yuda juga sebagai bos perusahaan pasti banyak relasi bisnisnya.

Di kamar Hotel ada seorang laki- laki dan perempuan sedang berbicara sambil menatap jendela.

"kamu tau Yuda mau tunangan sama anak bos besar, dan katanya anak tunggal." seorang laki- laki menatap perempuan di depannya yang terlihat setengah mabuk.

"Aku tau... Tetapi lihat saja kebahagiaan itu tidak akan lama, tiba waktunya yang tepat, aku bakal memainkan permainanku."

"Kenapa kamu masih ngotot mengejar Yuda? jelas- jelas dia tidak tertarik sama sekali sama kamu?"

"Karna aku anti di tolak, aku juga ingin wanita itu hancur, baru hatiku senang." jawabnya begitu percaya diri.

"Aku salut sama kamu." Wanita itu tersenyum.

***

Acara pertunangan tiba, Yuda dan Raya masuk keruangan acara, Raya memakai Kebaya lengan panjang dengan sentuhan payet bunga kecil 3D berwarna hijau dipermanis dengan hairdo sanggul, anting kecil, dan hiasan bunga di bagian tengah. sementara Yuda memakai kemeja berbahan satin warna senada dengan Raya.

Semua tamu menatap kedatangan Raya dan Yuda dengan kagum.

sementara Natan dan Herlambang memakai kemeja warna Camel dan celana brown, rambutnya yang pirang di sisir kesamping menambah imutnya dan aura tampannya sudah terlihat sejak kecil.

Alan bersandar di dinding bersama Andri juga Leon, menatap Raya dengan kecewa...

"Tiga cowok ganteng kesepian..." gumam Andri,

"Ee... Ralat tiga cowok ganteng tidak laku." pukkkk tangan Alan melayang ke perut Andri, Andri yang tidak siap, meringis menahan sakit.

Tatapan Alan fokus menatap kepada Raya dan Yuda, tatapan Leon dengan Andri juga sama, terlihat sekali tidak rela,

"Lan... janur kuning belum melengkung, kanu bisa lebih berusaha setelah ini." Alan memaksakan senyumnya.

"Kalau Raya bahagia sama Yuda, aku tidak akan merebutnya." jawab Alan pelan.

"Laki- laki baik hati." gumam Andri.

"Om boss... aku kangen." Suara polos Natan mengalihkan pandangan Alan, Alan tersenyum setelah melihat siapa yang datang, dia langsung menggendongnya.

"Hai Natan, apa kabar." Alan tersenyum melihat tingkah Natan yang super lucu.

"Baik Om boss..., kapan kita main bareng lagi."

"Nanti kalau Om tidak sibuk." Natan mengangguk,

"Natan ... Kakek cari- cari kamu ternyata di sini, siapa ini."

"Om boss... " Herlambang menatap Alan minta penjelasan.

"Saya Alan Om, teman kerja Raya." Alan menundukan sedikit kepalanya dan menjabat tangan Herlambang.

"Om boss... "Natan menegaskan, membuat Alan dan Herlambang ketawa.

"Saya Herlambang papa Raya." Alan tersenyum.

"Senang juga bertemu dengan anda." Alan tersenyum hormat, Karena acara mau di mulai Herlambang pamit dan meninggalkan Alan,

Di mulai dengan acara sambutan dari pihak pribumi, setelah kata sambutan di lanjutkan keacara puncaknya yaitu tukar cincin, Raya dan Yuda tersenyum bahagia, satu persatu tamu memberi selamat pada mereka,

"Ray... selamat ya... mudah-mudahan sampai ke pelaminan dan langgeng." Raya memeluk Siska dan mengangguk.

"Makasih Sis." Mata Raya tersenyum bahagia,

Acara selesai pukul 10 malam, Raya dan Yuda pulang kerumah Yuda.

"Kamu bahagia Ray." Yuda melingkarkan tangannya di pinggang Raya.

"Tentu, ini yang ku inginkan... selalu di sampingmu." Raya tersipu malu.

"Kalau begitu kita secepatnya menikah." Raya menganggukan kepalanya.

"Aku tentu tidak akan menolak." Jawab Raya pelan, Yuda mencium bagian leher Raya, Raya memejamkan matanya menikmati hembusan nafas hangat Yuda yang makin lama makin memburu.