Kesibukan Farhan memberikan Resty keleluasaan untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Suatu malam Resty bertemu dengan sahabatnya Lisa dan Yana. Resty pun menceritakan tentang kepergian dan kepulangan Farhan dari Paris. Mereka berkumpul di salah satu cafe ternama malam itu. Ketiganya datang dengan waktu yang hampir bersamaan.
Didahului si cantik Lisa yang selalu on time, di susul Resty, dan diakhiri oleh Yana yang selalu ngaret. Mereka memilih meja dan mulai menempatinya. Memesan makanan pun sudah mereka lahkukan, saatnya menunggu sambil memgobrol.
"Mas Farhan pergi ke Eropa beberapa minggu yang lalu, bagus deh biar jauh-jauh dari pelakor," kata Resty membuka obrolan.
"Tapi dua minggu terakhir dia disini lagi. Aku jadi badmood lagi kalau dia deket-deket sama Dona," sambung Resty lagi.
"Tenang aja Res, kalau pelakor itu macam-macam viralin biar karirnya hancur," kata Yana.
"Jangan gitu ah, belum tentu Dona itu pelakor kan," potong Lisa.
Sepertinya Resty belum mengetahui kalau Dona sedang berada di Paris.
"Iya sih, tapi aku udah empet sama dia, lihat dia deket sama suamiku, chat sama suamiku, aku nggak suka," gerutu Resty.
"Wajar sih Res kalau kamu cemburu, Dona kan super cantik hehe bercanda," ejek Yana.
"Gini aja sih Res, kamu dulu kan sering kontekan sama mantan kamu si Candra itu, nah sekarang anggep aja impas kalau mas Farhan komunikasi sama Dona," sindir Lisa.
"Kan itu sekedar komunikasi Lis dan Mas Farhan juga nggak apa- apa kok," kilah Resty.
Mendengar jawaban Resty yang menurutnya kurang enak di dengar Lisa kembali melontarkan kritiknya.
Dia memang tak seagresif Yana, tapi dalam dirinya masih ada rasa keadilan dan bijaksana.
"Tau Res, tapi diam-diam kamu juga pernah ketemu Candra tanpa sepengetahuan Farhan kan," ucap Lisa.
"Iya tapi sekarang jarang komunikasi, istrinya over protektif katanya," jawab Resty.
"Sebentar yah aku kebelet nih," kata Lisa berlari kecil menuju kamar mandi.
Melihat kesempatan bagus ini, Yana segera mempemgaruhi Resty. Yana sadar, kalau dia membicarakan ini di depan Lisa yang ada hanyalah penolakan dan ketidaksetujuan.
"Eh Res, aku ada ide gimana kalau kita balas dendam sama si pelakor pakai cara aku," kata Yana.
"Cara kamu? Maksudnya Yan?" tanya Resty bingung.
Ia pun menjelaskan rencananya untuk menjauhkan Dona dari Farhan dan menjatuhkan karir Dona.
"Kira-kira gimana Res rencana aku?" tanya Yana.
"Oke aku setuju banget Yan," jawab Resty.
"Tapi jangan bilang ke Lisa ya, pinta Yana.
"Aku juga sependapat sama kamu, aku baru aja mau bilang begitu," imbuh Resty.
"Oke Res, tapi kamu nggak ada niatan pisah sama Farhan kan?" tanya Yana.
"Enggak sih, emang kenapa Yan?" tanya balik Resty.
"Nggak apa-apa barangkali aja habis ketahuan serong kamu gugat cerai Farhan," jawab Yana.
"Belum sih, tapi kalau aku cerai sama Farhan pelakor itu harus ngrasain sakitku juga Yan," gerutu Resty.
Tak berapa lama Lisa pun menampakan diri bersamaan dengan pelayan cafe tersebut mengantarkan pesanan mereka.
"Lho kok pada diam? Tadi sepertinya lagi ngobrol seru deh," timpal Lisa.
"Nggak kok Lis, ngobrol nggak penting aja," kilah Resty.
"Makan yuk," ajak Yana mengalihkan pembicaraan.
Ketiganyapun menikmati makanan yang sudah di pesan dicafe tersebut.
"Oh iya, habis ini aku kita belanja yuk," ajak Yana.
"Oke, kamu mau ikut nggak Res?" tanya Lisa.
"Iya deh, lagian Mas Farhan sekarang lebih sibuk ngurus projectnya yang di luar kota," jawab Resty.
"Project? Bareng Dona nggak?" ejek Yana.
"Nggak Yan, Dona kan di sini," jawab Resty polos.
Mereka segera meninggalkan cafe dan menuju pusat perbelanjaan.
Sungguh sial, di pusat perbelanjaan Resty bertemu sang ipar sedang bersama geng sosialitanya. Dalam hatinya, Mall sebanyak itu dikota besar ini kenapa mereka bisa berbelanja di tempat yang sama. Mau tidak mau Resty pun menyapa iparnya, kebetulan mereka berpapasan kala itu.
"Hay Mbak," sapa Resty.
"Hay," jawab Sania buang muka. Ia pun lebih asik berjalan dan berbincang ria dengan gengnya itu tanpa mengindahkan Resty.
"Sial tau gitu nggak usah aku sapa deh," sesal Resty.
"Itu bukannya ipar kamu Res?" tanya Lisa.
"Iya Sa, nyebelin kan?" jawab Resty.
"Geng nya boleh juga ya," sahut Yana.
"Yuk kita belanja aja," ucap Lisa mengalihkan pembahasan. Hal tersebut ia lahkukan supaya perhatian Resty tak tertuju pada sang ipar.
Ketiga sahabat tersebut melangkahkan kaki menuju beberapa store untuk membeli beberapa barang.
Lisa asik melenggang menuju kamar pass dengan menbawa beberapa pilihan baju. Resty dan Yana pun berkesempatan melanjutkan obrolan licik mereka.
"Oh iya Yan, aku udah berkali-kali neror Dona," ucap Resty.
"Teror gimana?" tanya Yana.
"Aku teror dia lewat chat Yan, dan udah berkali-kali. Semoga dengan cara itu dia menjauh dari Farhan," jawab Resty.
"Berarti kamu punya nomor telepon Dona dong? Dapat dari mana?" tanya Yana lagi.
"Dari handphone suamiku, tanpa sepengetahuannya aku save nomor wanita itu," jawab Resty polos.
Obrolan mereka terpotong dengan kedatangan Lisa.
"Ehh bagus warna yang mana? Maroon atau dusty?" tanya Lisa meminta pendapat kepada kedua sahabatnya.
"Maroon," jawab keduanya. Tak sengaja kedua sahabatnya menjawab kompak bersamaan.
"Kalian nggak belanja?" tanya Lisa.
"Ini lagi milih-milih," kilah Yana.
"Dari tadi belum ada yang cocok?" tanya Lisa lagi.
"Sebenarnya udah sih tadi, tapi sizenya kosong," kelit Resty.
"Ohh," ucap Lisa dengan polosnya.
Nampaknya Lisa tak menyadari kalau kedua sahabatnya tersebut menyembunyikan sesuatu darinya.
Beberapa menit kemudian, mereka menenteng beberapa papper bag yang berisi barang yang sudah di rencanakan untuk dimiliki.
"Udah dapat semua kan?" tanya Lisa.
Resty dan Yana hanya mengangguk tak mengeluarkan sepatah kata dari bibir mereka.
"Pulang yuukk," ajak Lisa.
"Ayo," jawab Resty.
"Oh iya Res, aku minjen handphone kamu sebentar boleh? Buat chat suami soalnya handphoneku lowbat," pinta Yana.
"Ini Yan," ucap Resty memberikan Handphone nya.
Yana segera meraihnya dan mulai mengirim chat, hal tesebut berlangsung tak kurang dari dua menit.
"Ini Res, thanks ya," ucap Yana.
"Oke," jawab Resty.
"Eh makan dulu aja yuk," sela Lisa.
"Yaudah deh ayo, aku juga males makan sendirian dirumah," ucap Yana.
Restypun mau tak mau menuruti keinginan kedua sahabatnya tersebut. Mereka memilih makan di foodcourt di pusat perbelanjaan.
Resty nampak berjalan mendekati Yana, sedangkan Lisa cuek memilih menu makanan.
Ia sudah asik duduk di kursi, sedangkan kedua temannya masih sibuk memilih menu sambil mengobrol.
Ketika kedua sahabanya menghampiri meja yang dipilih Lisa, ia pun melontarkan beberapa pertanyaan.
"Kalian asik banget ngobrolnya, ngobrol apaan sih, kepo deh aku," canda Lisa.
"Emm, enggak kok. Ngobrol nggak penting aja." kilah Resty.
Nampaknya Lisa mulai curiga dengan keanehan kedua sahabatnya hari ini. Pertama ia memergoki mereka asik mengobrol dicafe, kemudian terdiam saat ia datang. Kedua ia melihat keduanya lebih sering mengobrol seperti sedang ada yang di bahas di belakangnya.
"Yuk makan," ajak Yana mengalihkan pembicaraan.
Mereka menikmati makanan yang telah mereka pesan. Selesai menyantap makan tersebut, ketiga sahabat itu memutuskan kembali ke kediaman masing-masing.