webnovel

6. Warisan

Sesampainya di Jakarta...

Rehan : "I.. ini benar benar rumah Kakek Bu?"

Ibu : "Iyaa, ini rumah kakek kalian"

Zihan : "Waah, rumahnya besar dan mewah"

Ibu : "Bagaimana ini, kenapa perasaanku tidak enak setelah sampai disini ya?" Ujarnya dalam hati

Zihan : "Bu, ada apa?"

Rehan : "Iya, seperti nya ibu sedang memikirkan sesuatu"

Ibu : "Tidak kok, ibu tidak memikirkan apapun, ayo masuk"

Robi : "Ehhh kalian sudah datang, ayo silahkan masuk, tuan Reksa sudah menunggu kalian di kamarnya"

Ibu : "I.. iya"

Merekapun akhirnya masuk menuju kamar Tuan Reksa. Disana mereka melihat Tuan Reksa sudah terbaring lemah di ranjang, wajah nya yang sudah pucat seperti mayat, ia terlihat seperti mayat hidup.

Tuan Reksa : "Alhamdulillah, akhirnya kalian datang"

Ibu : "Ayah.. " Ucapnya sambil mencium tangan Tuan Reksa

Rehan dan Zihan juga mencium tangan Tuan Reksa dengan penuh rasa hormat.

Tuan Reksa : "I.. ini cucu cucuku?"

Ibu : "Iya, mereka cucu cucu mu"

Tuan : "Tampan dan cantik, dulu aku melihat kalian saat masih bayi, sekarang kalian berdua sudah sebesar ini"

Rehan : "Maaf, kami baru tahu sekarang jika kami masih memiliki seorang Kakek"

Zihan : "Kakak benar, Ibu tidak pernah memberi tahu kami sebelumnya"

Tuan Reksa : "Tidak apa apa, kakek mengerti apa alasan Ibu kalian tidak memberi tahu kalian tentang Kakek"

Ibu : "Apa keadaan Ayah sudah membaik?"

Tuan Reksa : "Setelah melihat cucu ku rasanya aku tenang sekali Fatma"

Ibu : "Maaf, kami tidak bisa lama lama berada disini Ayah"

Tuan Reksa : "Sebentar, Robi... tolong ambilkan berkas warisan di lemari ku"

Robi : "Iya tuan (mengambilnya) Ini berkasnya"

Tuan Reksa : "Fatma, ini surat warisan untuk kedua cucu ku, terimalah"

Ibu : "T.. tapi ayah... "

Tuan Reksa : "Pabrik kertas dan perkebunan ku aku serahkan kepada cucu cucu ku, ayo.... terimalah"

Ibu : "B.. bagaimana ini?" tanya nya pelan kepada kedua anaknya

Zihan : "Terima saja bu, Kakek akan sedih jika kita menolaknya"

Rehan : "Tapi... "

Tiba tiba...

Rendi : "Tidak Ayah! mereka tidak berhak!!"

Ibu : "Rendi?!"

Rehan : "Ya ampun, kenapa rasanya aku pernah melihat orang ini ya? tapi dimana?" ujarnya dalam hati

Tuan Reksa : "Rendi, apa apaan kau ini"

Rendi : "Mereka hanyalah putra putri dan istri dari Kakakku, mereka tidak berhak!!! Jika kakakku masih ada, baru mereka berhak mendapatkan warisan ini Ayah!"

Tuan Reksa : "Tidak, kau salah, mereka berhak atas warisanku, justru karena ayah mereka sudah tidak ada, mereka semakin berhak menerima semua ini"

Rendi : "Tidak, pabrik kertas dan perkebunan itu milikku! milikku!"

Tuan Reksa : "Rendi! kau kan sudah mendapatkan bagianmu, sekarang giliran mereka"

Ibu : "Ayah sudah, tidak apa apa kami tidak mendapatkan warisan, kedatangan kami kemari bukan untuk mendapatkan warisan darimu, kami kemari hanya ingin memenuhi keinginanmu bertemu dengan anak anakku, aku permisi dulu Ayah, ayo Rehan, Zihan"

Rehan : "T.. tapi bu.. "

Ibu : "Sudah... ayo kita pulang"

Tanpa berkata apa apa lagi, mereka bertiga langsung pulang.