webnovel

##Bab 120 Perangkap

Setelah Cindy dan Hendra pergi, aku naik ke atas. Denis sudah tertidur di meja dengan lukisan di bawah lengan kecilnya.

Seorang pria muda membungkuk di atas ranjang dan mencium wajah anak laki-laki yang sedang tidur itu. Di luar jendela, bulan sabit bersinar di atas pohon.

Denis hanya pernah belajar melukis sederhana, tapi karakter yang dia gambar dapat menangkap fitur utama karakter, sehingga kamu dapat melihat siapa yang melukis secara sekilas.

Betapa hangatnya gambar dalam lukisan ini, maka sekejam itu juga kenyataannya. Denis sangat menginginkan cinta ayah, tapi Candra sama sekali tidak memikirkan putra ini. Dia bahkan tidak mencintai putranya ini.

Aku merasa sedih untuk Denis. Aku menggendong tubuh kecilnya dan meletakkannya di atas ranjang. Kemudian, aku melepas pakaian dan sepatunya. Setelah itu, aku berbaring di sampingnya dan tidur sambil memeluknya.

Setelah liburan, Kewell secara resmi mulai bekerja. Aku sibuk selama beberapa hari. Beberapa hari ini, aku tidak melihat Candra lagi, aku juga tidak mendengar kabar darinya. Aku berharap pria ini tidak muncul di hadapanku lagi dan tidak memengaruhi emosi Denis lagi. Setengah bulan lagi, Denis akan kembali ke sisi Jasmine di Kanada, aku hanya ingin membuatnya bahagia.

Sebulan kemudian, aku dikejutkan dengan sebuah berita hangat. Pagi itu, ketika aku tiba di kantor, aku mendengar seorang rekan yang sedang membaca berita berteriak, "Resor yang dikembangkan oleh PT. Sinar Muda dan Joan sudah berakhir!"

Kalimat ini terdengar seperti guntur di kantor. Rekan-rekanku meninggalkan tempat duduk mereka satu demi satu dan berjalan ke sisi rekan itu. Aku juga mendekat. Ketika aku melihat halaman web komputer rekanku tertulis, 'Penemuan terbaru dari departemen geologi, bebatuan dan tanah Gunung Cano mengandung radioaktif. Paparan jangka panjang dari zat ini dapat merusak fungsi hematopoietik manusia dan menyebabkan tumor.

Resor yang dikembangkan Candra dan Joan berada di gunung itu.

Jantungku berdetak kencang dan aku merasakan sesuatu seakan meledak di kepalaku. Apa yang dikatakan Tuan Muda Kelima terngiang di telingaku, "Ada yang salah dengan resor itu."

Sementara Gabriel, dia mencoba untuk mencegah ayah dan ibunya membeli vila di sana. Apakah mereka tahu ada zat radioaktif di gunung?

Apa yang sedang dilakukan Candra? Aku berdiri di sana sambil tertegun, pikiranku menjadi kosong sejenak.

Hanya dalam satu pagi, berita tentang resor itu dikelilingi oleh zat radioaktif yang tidak dikenal menyebar di Internet, menyebabkan berbagai situs web dan forum menjadi gempar.

Orang-orang berkata karir Candra sudah berakhir. Dia mengembangkan sebuah resor di gunung dengan bahan radioaktif. Sekarang, dana ratusan miliar yang dia investasikan mungkin akan menghilang. Beberapa orang juga berkata untungnya orang-orang belum tinggal di sana. Jika masalah seperti itu ditemukan setelah orang-orang tinggal di sana, maka habislah Candra. Ketika tubuh terluka, tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan uang.

Cindy juga menelepon dan berkata, "Clara, apakah kamu membaca resor Candra sudah berakhir? Inilah yang namanya orang jahat akan mendapatkan balasan."

Aku merasa seperti ada batang di tenggorokanku untuk sementara waktu, aku bahkan tidak merasakan bahagia melihat Candra mendapatkan masalah. Tidak tahu kenapa aku malah merasa tidak nyaman, seolah-olah resor itu adalah sebuah konspirasi, seseorang memasang perangkap dan menunggu Candra untuk melompat atau dia hanya kurang beruntung.

Meskipun Candra bekerja sama dengan Joan, dia juga mengeluarkan dana hingga ratusan miliar. Mungkin dia sudah menghabiskan seluruh hartanya.

Entah kenapa, tapi hatiku merasa gelisah. Selalu ada perasaan yang memberitahuku semuanya tidak sesederhana kelihatannya, tapi aku benar-benar tidak tahu apa itu.

Selama beberapa hari, Internet hingga jalanan dan gang dipenuhi dengan berita PT. Sinar Muda akan bangkrut. Ketika dia muncul di video Internet, Candra terlihat terburu-buru. Para wartawan ingin mendapatkan informasi darinya, tapi dia tetap diam.

Joan kadang-kadang muncul di kamera, tapi sangat jarang. Bagaimanapun orang itu termasuk mafia di kota ini. Tidak ada wartawan di kota ini yang berani mewawancarainya. Beberapa video itu juga disorot dari kejauhan.

Tidak ada yang berani menyinggung mafia seperti Joan, tapi pemilik yang membeli vila resor tidak begitu rasional. Harus diketahui bahwa masing-masing vila itu berharga puluhan miliar. Orang yang membeli rumah tidak ingin uangnya menghilang begitu saja. Selain meminta kompensasi di PT. Sinar Muda, mereka juga mengejar dan memblokir jalan Joan.

Untuk sementara waktu, Joan dan Candra sama-sama menjadi orang yang diincar.

Pada malam hari, Hendra dan Cindy datang ke apartemen Jasmine. Kami makan bersama. Cindy berkata sambil makan, "Candra, bajingan ini, akhirnya mendapatkan balasan. Bukan hanya kehilangan uang ratusan miliar, bahkan reputasinya juga menjadi buruk. Lihat saja kelak siapa yang akan membeli rumah yang mereka kembangkan."

Namun, Hendra berkata dengan serius, "Aku tidak berpikir sesederhana itu. Temanku dari Badan Geologi berkata bahan radioaktif di gunung itu telah disurvei, tapi tidak tahu kenapa berita itu baru diumumkan sekarang. Sepertinya ada yang sengaja menyembunyikan berita itu."

Aku melihat ke atas dengan takjub. Siapa yang jelas-jelas tahu gunung itu memiliki bahan radioaktif dan tidak cocok untuk ditinggali dalam jarak puluhan mil. Namun, orang itu masih menyembunyikan berita itu sampai vila resor dibangun hingga hampir selesai.

Hal ini merupakan pukulan fatal bagi pengembang dan bencana alam bagi pembeli.

Hendra dan Cindy telah pergi. Sementara, aku tidak bisa tidur sepanjang malam.

Beberapa hari telah berlalu dan tidak ada lagi berita tentang Candra di kota ini. Beberapa orang berkata dia melarikan diri karena takut akan hutang dan beberapa orang berkata dia mungkin dibunuh oleh beberapa pembeli yang melampiaskan amarahnya. Kemudian, meninggalkan jasadnya di hutan belantara.

Saat mendengarnya, jantungku berdetak kencang. Meskipun aku membenci Candra, berkali-kali aku berharap bisa menusuknya pisau, tapi aku tidak ingin dia berakhir seperti ini.

Aku mulai menderita insomnia sepanjang malam dan suasana hatiku gelisah sepanjang hari. Saat tengah malam, mimpi itu kembali. Kata-kata Candra terdengar di benakku. Dia berkata dia akan menikah lagi denganku dalam waktu singkat. Apa arti ucapannya ini?

Malam berikutnya, aku pergi mencari Tuan Muda Kelima. Sejak kami berpisah di perjamuan itu, dia dan aku tidak bertemu selama tiga bulan.

Ketika aku membuka pintu ruang VIP Klub Pesona Malam, orang-orang di dalamnya sedang bermain kartu. Beberapa pria dan wanita sedang duduk mengelilingi meja dan bermain dengan meriah.

Masih permainan yang sama.

Aku melihat dengan mata kepala sendiri gadis kecil yang berusia tujuh belas atau delapan belas tahun, tanpa ragu-ragu menanggalkan pakaiannya hingga tersisa pakaian dalam.

Gadis itu memutar tubuhnya dan bertingkah seperti anak manja kepada pasangan prianya, "Adrian, kenapa kamu tidak peduli? Mereka melecehkan wanitamu."

Adrian tertawa, "Itu karena Irvan menghargaimu."

Melihat adegan ini, aku merasa jijik.

Jika bukan karena aku menunggu Tuan Muda Kelima membantuku memecahkan keraguanku, aku akan berbalik dan pergi dari tempat yang membuat orang mual ini.

Tuan Muda Kelima seakan tidak melihatku. Seorang wanita cantik berdiri di sampingnya. Keduanya terus-menerus bercanda. Aku tidak berani mengganggu tuan muda ini. Aku berdiri di samping sambil menunggu game ini selesai dengan diam. Namun, hal yang aku sangka adalah Tuan Muda Kelima ternyata yang kalah di ronde ini.

Tanpa sadar aku melihat wanita cantik yang memesona di samping Tuan Muda Kelima dan diam-diam berkeringat untuknya. Siapa yang menyangka wanita itu memutar tubuhnya beberapa kali dan bibir merahnya yang menawan berkata dengan enggan, "Aku tidak mau, minta dia yang melakukannya."

Bibir wanita cantik itu mengerucut ke arahku. Kemudian, Tuan Muda Kelima menyipitkan dengan sepasang mata yang indah padaku, dengan pandangan meremehkan dan dingin.

Para pemuda kaya itu menatapku serempak, mereka semua pernah bertemu denganku dan tentu saja mereka tahu aku adalah wanita yang diisukan dengan Tuan Muda Kelima, seseorang tertawa terlebih dahulu, "Mereka semua adalah wanitanya Tuan Muda Kelima, yang mana sama saja. Apa kataku benar Tuan Muda Kelima?"

Tuan Muda Kelima mendengus. Dia memegang sebatang rokok di antara jari-jarinya dan menghirup dengan santai.

Wanita cantik yang memesona mendorong bahu Tuan Muda Kelima dengan genit, "Tuan Muda Kelima, biarkan dia yang melakukannya. Hari ini aku sedang halangan."

Orang-orang itu menatapku dengan penuh minat, "Tuan Muda Kelima, kamu telah melihat wanita kami, jadi sudah waktunya bagimu untuk memperlihatkan wanitamu."

Orang-orang ini jelas lebih tertarik denganku yang merupakan wanita yang diisukan dengan Tuan Muda Kelima dibandingkan dengan wanita cantik yang memesona itu. Mereka semua menatapku dengan penuh minat.

Aku tiba-tiba merasa tidak nyaman.

"Tuan Muda Kelima, aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu, aku tidak akan ikut campur dalam urusanmu," kataku dengan tegas.

Jari-jari Tuan Muda Kelima yang ramping itu menjentikkan abu rokok dengan santai, "Oke, ayo kita keluar."

Seketika, aku tercengang dan Tuan Muda Kelima berkata dengan dingin, "Hari ini Sari berhalangan, jadi aku berhutang dulu."

Para pemuda kaya itu menggodanya, "Tuan Muda Kelima, sari berhalangan, bukankah masih ada wanita ini? Jangan-jangan Tuan Muda Kelima tidak rela?"

Tuan Muda Kelima menghela napas, "Apa yang tidak rela! Dia pasti akan menuruti semua perintahku!"

Setelah itu, dia menoleh ke sampingku, matanya terlihat sedingin pemecah es, "Ayo!"

Tiba-tiba aku bergidik dan marah. Aku menatap tuan muda dengan dingin, dengan ironi yang dalam di mataku yang dingin. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku berbalik dan pergi.

Pintu kamar pribadi dibanting tertutup olehku dan aku pergi tanpa menoleh ke belakang.

Aku memang punya sesuatu untuk ditanyakan padanya, tapi bukan berarti aku bisa dihina olehnya.

Namun, sebelum aku keluar dari Klub Pesona Malam, seseorang berjalan ke belakangku dan aku merasakan embusan angin tiba-tiba bertiup di belakangku. Lenganku sudah digenggam oleh Tuan Muda Kelima.

"Bukankah kamu mencariku? Kenapa kamu pergi?"

Mata indah Tuan Muda Kelima dipenuhi dengan ironi yang dingin dan tangannya yang besar memelintir lenganku bagaikan sebuah tang.

"Tidak perlu lagi!"

Kehidupan kami berdua berbeda. Tuan Muda Kelima dan aku bukan orang dari dunia yang sama. Dia memiliki kehidupan yang penuh dengan wanita dan aku memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja. Mungkin aku datang mencarinya adalah sebuah kesalahan.

Aku melepaskan diri dari tangan besar Tuan Muda Kelima yang seperti penjepit dan berjalan pergi, tapi Tuan Muda Kelima mengikutiku dengan langkah besar. Dia menghalangi jalanku dan berbalik seperti seorang pemuda nakal, "Bukankah ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan? Kamu tidak mau tahu jawabannya lagi?"

"Aku tidak mau tahu lagi!" Aku merasakan seakan ada api di dadaku. Aku tidak mau memedulikan pemuda kaya yang pemarah ini.

Tuan Muda Kelima mengangkat bibirnya dan tersenyum, "Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan, apakah ini tentang bahan radioaktif? Candra telah lama mengetahuinya. Dokumen Departemen Geologi juga disembunyikan olehnya."

Apa?

Aku tertegun sejenak dan menatap tak percaya pada pria dengan wajah nakal itu. Matanya yang indah dipenuhi dengan minat.

"Candra mencelakai dirinya sendiri?" tanyaku tanpa sadar. Bagaimanapun juga, aku tetap tidak percaya jawabannya. Apakah Candra bodoh? Siapa yang akan menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri di dalamnya?

Tuan Muda Kelima tersenyum dingin, "Kamu harus bertanya sendiri padanya. Tapi anak ini lumayan hebat, dia bahkan bisa menyembunyikan dokumen Departemen Geologi."

"Oke, aku sudah memberitahumu apa yang ingin kamu ketahui, aku harus masuk, kamu pergilah."

Setelah selesai berbicara, Tuan Muda Kelima masuk ke dalam Klub Pesona Malam dengan malas.

Aku berbalik sambil memikirkan sesuatu. Lampu jalan di depanku seperti pelangi, tapi ia tidak dapat menerangi kebingungan di hatiku. Candra, apa yang dia lakukan?

Setiap hari ketika aku pergi bekerja, aku melewati gedung PT. Sinar Muda. Aku dapat melihat pemilik vila yang marah hingga memukul dan menghancurkan gedung yang megah itu. Sementara Candra tidak pernah muncul. Aku mendengar orang-orang di PT. Sinar Muda sudah panik. Dari staf tingkat tinggi hingga junior, semua orang dalam bahaya. Mereka hanya menunggu gaji dan pergi dari tempat itu.

Masih belum ada berita tentang Candra. Sepanjang hari, hatiku seakan tertutup oleh bayangan. Namun, aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas.

Jasmine kembali dari Kanada. Aku tahu dia kembali karena Candra. Meskipun dia tidak pernah secara lisan mengakui Candra adalah putranya, aku percaya hubungan antara dia dan Candra tidak sederhana.

Ketika aku kembali, Jasmine sedang menelepon di kamar tidur. Aku mendengar suaranya yang selalu tenang menjadi bersemangat, "Kenapa seperti ini? Kamu adalah ayahnya, apakah kamu tidak tahu apa-apa tentang masalahnya? Tidak, bagaimana mungkin? Sebenarnya di mana anak ini?"

Tidak tahu apa yang dikatakan Rinaldi, Jasmine menarik napas dalam-dalam, "Aku memberikan putraku kepadamu karena aku percaya kamu akan memberinya masa depan yang baik. Tapi sekarang, kamu bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan dan di mana dia berada. Rinaldi, kamu benar-benar membuatku kecewa!"

Jasmine menutup telepon dengan napas yang masih terengah-engah, jadi aku menelepon Bibi Jasmine.

Jasmine berkata, "Kamu sudah kembali."

Wajahnya terlihat masam, wajahnya pucat dan ada garis merah di matanya.

"Bibi Jasmine, apa kamu baik-baik saja?"

Aku sangat khawatir. Jika Candra benar-benar putra Jasmine, maka saat ini dia pasti sangat sedih.

Jasmine menggelengkan kepalanya, lalu dia duduk di samping ranjang dengan ekspresi kecewa, "Clara, apakah kamu merasa penasaran tentang hubunganku dengan Candra? Sebenarnya, aku adalah ibunya."

Jantungku berdetak kencang. Ternyata Jasmine dan Candra benar-benar ibu dan anak. Tebakanku benar.

Mata Jasmine memancarkan kesedihan yang mendalam, "Tiga puluh tahun yang lalu, Rinaldi dan aku adalah sepasang kekasih. Di universitas, kami sudah bersama. Kami bersumpah kecuali bersama, kami tidak akan menikah dengan orang lain. Tapi tidak beberapa lama, istri Rinaldi saat ini, Bherta mencari ke sekolah. Dia adalah calon yang ditunjuk oleh ibunya Rinaldi. Ketika Bherta datang, Rinaldi dan aku berkencan di tepi danau di kampus. Bherta tidak mengganggu kami, tapi dia kembali dan memberi tahu ibunya Rinaldi tentang hal itu.

Ibu Rinaldi sangat menyukai Bherta. Wanita itu sangat cakap. Di usia mudanya, dia sudah bisa mengurus keluarga yang baik. Rinaldi belajar di luar sepanjang tahun, jadi Bherta memikul tanggung jawab merawat ibunya Rinaldi yang sakit-sakitan. Ibunya Rinaldi memutuskan untuk meminta Rinaldi menikahinya, tapi Rinaldi tidak mau. Jadi, ibunya Rinaldi memaksa dengan menggunakan nyawanya. Aku tidak ingin melihat Rinaldi kesulitan dan tersiksa. Jadi, aku berinisiatif untuk pergi.