webnovel

Sosok putih

Putri coba menghiraukan hal itu dan tetap berlari kecil menuju teman-temannya. Merasa banyak spot bagus untuk berfoto, Melissa, Aisyah maupun Doni dan Panji jadi saling berfoto ria disana, entah selfie maupun swafoto.

Meninggalkan satu wanita yang sibuk memunguti sampah bertebaran disekitarnya.

Panji kadang merasa risih saat Putri dengan sengaja mengganggu dirinya ketika ingin berfoto seorang diri. Seperti iklan saja.

Berulang kali Panji dibuat tidak jadi untuk berfoto dikarenakan Putri yang terlalu sering bolak-balik didepannya.

"Put! Bisa gak sih lo enggak usah bolak-balik kayak gosokan begitu? Apa perlu gue kasih plang jangan berenang disini?" tanya Panji ngaco, Doni tertawa dan Aisyah tertawa.

"Kenapa jadi berenang sih gak jelas." tawa Aisyah, Doni ikut berkata.

"Tambahin juga Ji didepannya, awas ada buaya darat. Suka nyari mangsa. Dan itu elu buayanya. Hahaha." tawa Doni, ditemani juga dengan Aisyah yang ikut menertawai mereka.

Melissa kini meminta Panji untuk memfoto dirinya, mereka saling foto berduaan ketika itu. Dibelakang pegunungan dan jurang yang tinggi. Serasa dunia milik berdua rasanya.

"Put ayo dong ikut foto, atau foto berdua yuk Put. Lo ngapain sih segala mungutin sampah. Itu kan sampah orang." ucap Aisyah heran.

"Tau lu Put, ngarep banget dikasih penghargaan lu disini. Mau jadi duta pancasila lu?" Panji kembali ngaco.

Putri membalas. "Apa sih, jadi nyambung ke duta pancasila."

"Eh biarin aja kenapa sih, orang lagi berbuat bener malah disalahin. Emang kalo gunung ini bersih siapa juga yang merasa nyaman? Elu-elu juga kan?" bela Doni.

Panji bertepuk tangan. "Wih Doni sekarang udah jadi pengacara Putri nih, digaji berapa lu Don sama dia?" tanyanya.

"Digaji beras seliter gua sama minyak jelantah." ucapnya ngaco, mereka saling tertawa.

"Eh, kalo kita kemaleman disini gimana nih? Ayo buruan lah." ucap Putri seraya mengajak mereka pergi dari sana.

"Haha bilang aja lu takut Put sama yang diceritain bapak-bapak tadi." ucap Panji.

Putri menantang. "Siapa yang takut?! Ngapain juga gue takut sama begituan!" tandas Putri.

"Woles dong Put, jangan ngegas gitu." ucap Panji nyengir.

"Pake kompor aja Put kalo enggak pake gas." ucap Doni. Putri menatapnya datar.

"Ngelawak, Mas."

"Iya nih Putri bener, aku juga takut kalo kita kemaleman tapi belum sampai puncak. Kita juga udah ketinggalan orang-orang didepan." ucap Melissa.

Mereka pun kompak kembali meneruskan perjalanan. Melewati banyak semak-semak, ternyata disana ada beberapa kubangan lumpur bekas hujan kemarin.

Panji mendapati di kakinya ada lintah setelah melintasi kubangan itu. "Eh hati-hati guys, di kubangan ini banyak lintahnya. Mel, hati-hati, hindarin." ucap Panji.

Melissa yang berjalan dibelakangnya pun segera menuruti perkataannya. Menghindari kubangan-kubangan.

Doni berkata pada Putri dan Aisyah. "Perasaan cuma ke Melissa doang itu kata-kata. Kita apa enggak dianggep ya." ucap Doni.

"Kita kan pohon." ucap Putri, tiba-tiba pandangannya teralihkan pada seekor anak kucing yang sedang kesusahan untuk melangkah, kakinya tampak pincang ketika itu.

"Duh, kasihan banget sih ni kucing." ucapnya.

Panji kembali menoleh ke belakang, ia kembali melihat Putri tertinggal di ujung sana.

"Put! Lo ngapain lagi sih?! Kalo lu kehilangan jejak kita, nangis darah lu. Kagak bisa pulang lu!" pekik Panji.

Putri yang saat itu sibuk memberi makanan sang kucing langsung bergegas meninggalkan sang kucing, berpamitan dengannya lalu berlari kembali menuju mereka, dengan langkah terburu-buru.

Tiba-tiba anak kucing itu diam saja dan perlahan menghilang. Seorang pria tampan berbaju serba putih kembali muncul disana. Menatap punggung Putri maupun teman-temannya yang kian menghilang.

"Putri..."

Tiba-tiba Putri menoleh ke belakangnya. Ia merasa sangat jelas mendengar seseorang menyebut namanya. Tapi tidak ada siapapun disana.

Putri merasa heran, bahkan kini bulu kuduknya sukses dibuat merinding karena itu. "Masa sih siang-siang begini ada demit? Enggak-enggak, gue gak boleh mikir aneh. Gimana kalo nanti malem kita kemaleman disini dan gue jadi enggak bisa tidur?! Mati gue." batin Putri menggidik.

Meskipun tadi saat diceritakan oleh Rudi dirinya tidak merasa takut, kini ia berbalik dari itu. Karena merasa jika hal yang menurutnya hanya 'mitos' itu ternyata memang benar ada.

Putri semakin mempercepat langkah kakinya ketika itu, menyusul teman-temannya. Hingga saking bersemangatnya untuk menuju atas, Putri sampai meninggalkan teman-temannya itu dan lebih dulu sampai ke sebuah padang rumput.

Inilah yang disebut Surya kencana. Disana kedua matanya sudah disuguhkan dengan pemandangan bunga-bunga edelweiss yang menghampar banyak.

Ditambah bunga-bunga itu sedang mekar sekarang, menambah rasa kagum Putri ketika itu. Putri pun langsung memfoto dirinya diantara hamparan bunga tersebut dengan ekspresi ceria.

Disana juga sangat ramai, banyak wisatawan dan pengunjung dari luar daerah mendirikan tenda disana atau hanya sekedar berfoto ria sama seperti dirinya.

Putri yang semula dipenuhi rasa takut, kini berkebalikan dari itu.

Putri menghadapkan dirinya ke kamera dengan berbagai pose, tapi anehnya di kamera itu Putri melihat seorang pria berbaju putih sedang melihat ke arahnya dibelakang.

Putri segera menoleh ke belakangnya. Ia langsung menegang saat melihat dibelakangnya tidak ada siapapun.

Ketakutan Putri kembali muncul lagi. "Itu siapa... Plis.. Kenapa di kamera ada tapi pas gue liat ke belakang dia enggak ada?!" batin Putri.

Tapi ia coba untuk tidak termakan oleh fantasinya, ia mencoba untuk menghiraukan hal ini.

Putri inisiatif menjauh dari tempat tadi, ia hadapkan kembali kamera depan ponsel ke arahnya. Dan ya! Tidak ada sosok berbaju putih itu lagi!

Putri pun merasa sangat aman, ia bahkan menganggap tadi itu hanya sebuah ilusinya saja!

Ia kini kembali berpose macam-macam didepan kameranya, hingga sampai teman-temannya datang menyusulnya, membuat salah satu dari mereka hanya geleng-geleng kepala melihat Putri sudah berada disana, seraya berkata.

"Dasar ratu selfie!" tandas Panji. "Putri kalo disuruh lomba lari, juara satu dia." ucap Doni.

Mereka saling berfoto disana.

Putri sibuk mereview hasil fotonya tadi. Akan tetapi, ada yang aneh. Ia melihat semua fotonya buram! Putri pun merasa kesal atas hal itu.

"Ini kenapa burem semua sih hasilnya? Padahal tadi pas difoto enggak burem!" keluh Putri.

Ia pun mencoba untuk memfoto dirinya kembali, ia hadapkan kamera depan ponsel ke wajahnya.

Ia terkejut bukan kepalang saat dirinya melihat sesosok pemuda berbaju putih kembali muncul dibelakangnya, bahkan kali ini wajahnya terlihat sangat jelas! Pucat pasi!

Putri coba kembali menoleh ke belakangnya takut. Ia putar tubuhnya dan menggidik parah saat melihat dibelakangnya tidak ada siapapun, lagi! Lalu dia siapa!

Putri langsung lemas, ia menjatuhkan dirinya seketika ke atas rumput. Kedua kakinya bahkan tidak kuat menopang tubuhnya. Ia merasa sangat ketakutan, ia duduk menelungkupkan tubuh dan kepalanya ke atas tumit.

Keempat temannya yang melihat hal tersebut pun langsung bingung dan cemas. Mereka menghampiri Putri sesegera mungkin. Apalagi saat mendengar Putri menangis ketika itu.

"Put, lo kenapa?!" tanya Panji cemas. Putri hanya terus menangis.

"Eh jangan-jangan si Putri kesurupan lagi?" tanya Doni.

"Gue sadar pea!"

"Ya terus lo kenapa mewek begini?" tanya Panji masih cemas.

Next chapter