webnovel

Ada saran?

"Saya sekarang ngerti maksud perkataan kamu tadi malam." ucap Sultan dengan mata panda yang tak hentinya menyipit itu, seakan tidak kuat menahan kantuk.

"M-maksud Bapak?" tanya Putri.

"Maksud kamu terhindar dari gangguan makhluk jahat itu adalah ini kan?" ucap Sultan.

Putri menahan tawa ketika mendengarnya. Ia mengira Sultan akan tahan menghadapi godaan hantu itu, ternyata berkebalikan. Konyol sekali!

Sultan agak kesal dengan tawanya yang begitu geli itu.

"Jadi kamu seneng ya saya enggak bisa tidur begini, heh? Kamu sengaja kan bikin saya kayak gini?!" tanya Sultan.

Putri langsung menyudahi tawanya. "E-enggak kok Pak, s-saya cuma enggak enak aja ngasih tahu kalau rumah itu tuh banyak penunggunya. Saya kira dengan begitu bapak jadi enggak mikir aneh-aneh nantinya. Biar bapak tenang gitu, eh ternyata... Hehe." ucap Putri diselingi cengiran.

"Yaudah sekarang saya hukum kamu, buatkan saya kopi. Supaya saya enggak ngantuk." ucap Sultan. Meski agak kaget dengan suruhannya itu, Putri pun menurut.

Sejujurnya ia masih merasa tidak enak dengannya bahkan ia kepingin kabur saja dari sana dibanding harus diinterogasi lama-lama.

Selagi Putri membuatkan kopi, Sultan terus melihatnya dari belakang. Secara keseluruhan wanita dihadapannya ini sangat proporsional, dia juga memiliki tinggi yang semampai, tubuhnya yang mungil dan kecil seakan membuat siapapun ingin memeluknya.

Meski pada kenyataannya mungkin wanita sepantarannya ini pasti memiliki seorang yang ia sukai. Kekasih mungkin?

Terlalu lama melihat belakangnya hingga tak sadar kalau Putri sudah menyelesaikan tugasnya membuat kopi.

"Ini, Pak." Putri menyodorkan segelas kopinya.

"Ini kopi susu kan ya?" tanya Sultan.

"Iya Pak, bener." balas Putri.

Sultan pun menyelurup kopinya dengan perlahan. Setelahnya ia berkata.

"Makasih ya." ucap Putri. "Iya, Pak. Sama-sama." ucap Putri.

Sembari itu, Sultan kemudian duduk lalu mengajaknya mengobrol.

"Saya mau tanya lagi sama kamu. Apa hantu yang suka mengganggu di rumah saya itu adalah hantu kuntilanak?" tanya Sultan.

"Iya Pak. Bapak digangguin sama dia ya tadi malam?" tanya Putri.

"Iya, dia muncul di kamar saya. Kayaknya mau ngajak kenalan." ucap Sultan diselingi tawa. Putri ikut terkekeh.

"Kayaknya dia naksir deh sama bapak." ucap Putri, Sultan tertawa.

"Karena saya jomblo kali ya?" tanya Sultan.

"Mungkin karena ganteng pak." ucap Putri, mereka saling tertawa ketika itu.

"Harusnya ngegodanya sambil malu-malu dong kalo suka hahaha." ucap Sultan. "Iya ya." ucap Putri.

"Gimana ya cara ngusir dia? Kamu ada saran?" tanya Sultan.

"Panggil ustadz atau kyai aja pak buat ngerukyah rumahnya." ucap Putri.

"Iya kali ya. Yaudah deh nanti saya panggil mereka." ucap Sultan.

"Oh iya, kamu tahu alasan kenapa rumah itu angker? Apa ada cerita masa lalu yang kelam dari rumah itu gitu?" tanya Sultan penasaran.

"Hmm, awalnya sih karena istri dari pemilik rumah itu meninggal karena kecelakaan jadinya si pemilik rumah pindah keluar kota. Terus habis itu ditinggal berbulan-bulan sampai banyak kejadian aneh pejalan kaki yang sekedar melintas atau saat masuk untuk membeli rumah." ucap Putri.

"Oh gitu ya. Tapi saya waktu datang kesini enggak ada hal aneh sih, sebelum akhirnya deal beli." ucap Sultan.

"Masih malu-malu nampakin kali, Pak." ucap Putri. Sultan tertawa.

"Iya kali ya. Apa karena saya mirip artis drakor favorit dia kali ya?" tanya Sultan. Putri tertawa.

"Bisa jadi begitu Pak. Malu-malu kucing."

"Kamu masih sakit? Luka di kepalanya bekas waktu itu?" tanya Sultan.

"Oh ini, enggak Pak. Udah enggak sakit lagi kok, enggak tahu kenapa ya luka bekasnya bahkan langsung hilang gitu aja. Enggak tahu kenapa, aneh." ucap Putri.

"Oh ya? Masa sih? Katanya kan kamu luka parah di bagian belakang kepalanya." ucap Sultan.

"Iya enggak tahu kenapa, hilang kok beneran. Bapak mau lihat? Nih pak liat deh. Hilang beneran." ucap Putri seraya memutar tubuhnya, menunjukkan belakang kepalanya pada Sultan.

Sultan pun segera memeriksa bagian yang ditunjukkan oleh tangan Putri. Sultan ikut memegangnya tapi tanpa sadar ia menyentuh tangan Putri, ia langsung cepat-cepat menjauhkan tangannya. Ia khawatir Putri merasa tidak nyaman karena itu.

"Gimana, Pak? Hilang kan bener?" tanya Putri, sepertinya ia tidak menyadari barusan tangannya terpegang.

"I-iya. Hilang." ucap Sultan.

"Saya juga heran Pak. Kok bisa ya hilang secepat itu, sampai enggak ada bekasnya sama sekali." ucap Putri.

"Kamu enggak rajin kontrol ke dokter lagi setelah itu?" tanya Sultan.

"Boro-boro Pak. Saya mana sempet pergi ke dokter hehe." ucap Putri.

"Sempetnya ke rumah pacar ya?" tanya Sultan.

"Haha, mana ada ke rumah pacar. Pacar saya juga entah ada dimana sekarang." ucap Putri sedikit sedih dibelakang. Sultan menatap Putri.

"Kenapa pacarnya? Kamu lagi dighosting ya?" tanya Sultan kepo.

"Kayaknya iya deh. Heuh." keluh Putri.

"Jangan sedih kalo dighosting, cari yang lain aja lagi. Cowok banyak." ucap Sultan.

"Enggak tahu ya, saya tuh bukan orang yang cepet suka sama orang sih Pak." ucap Putri. Sultan menatapnya sedikit prihatin.

"Kalo enggak, kamu sibukin diri kamu sama kegiatan lain aja, misal kerja atau refreshing gitu. Nanti juga lama kelamaan kamu akan terbiasa dengan ketidakhadiran dia dan perlahan lupa." ucap Sultan.

Putri melihat Sultan dan langsung menyinyir.

"Kayaknya bapak pengalaman diginiin ya?" tanya Putri yang membuat Sultan jadi tertawa.

"Enggak tahu deh, saya belum pengalaman pacaran secara intens soalnya. Bahkan lebih sering saya yang ghostingin orang." ucap Sultan terkekeh, Putri ikut tertawa.

"Parah banget bapak! Kirain mah ngasih saran karena pengalaman tahu-tahunya pengalaman ngeghostingin. Dosa loh Pak." ucap Putri. Mereka saling tertawa ketika itu.

Nara baru saja masuk ke dalam portal lalu keluar dari portal yang mengantarkannya ke dunia lain. Itu adalah dunia jin.

Kini ia berada dihadapan sebuah kerajaan nan besar, dikelilingi oleh pegunungan dan padang rumput yang luas dan hijau.

Jika ditanya dimana, saat ini dirinya sedang berada di kerajaan sebenarnya Surya kencana.

Di dunia jin ini ada tiga jenis lapisan, lapisan pertama dihuni oleh jin baik, lapisan kedua dihuni oleh jin jahat dan lapisan ketiga dihuni oleh jin yang memiliki bentuk seperti binatang, tidak bisa berbicara maupun memiliki akal.

Perlakuan mereka hanya seperti binatang biasa. Bedanya mereka adalah siluman dan tidak bisa kelihatan oleh manusia pada umumnya.

Untuk kerajaan Surya kencana yang kemarin, itu adalah alam di lapisan kedua. Dimana banyak jin jahat bersemayam.

Makanya ketika Nara tahu kalau Putri waktu itu sedang berada di lapisan kedua, dirinya merasa sangat cemas. Hingga terus memantau setiap pergerakannya.

Nara masuk ke dalam kerajaan tersebut lalu ketika dirinya sampai ke depan gerbang, para prajurit duduk bersimpuh hormat menyambutnya. "Tuan." ucap dua prajurit yang sedang berjaga disana.

"Apa ayah ada didalam?" tanya Nara.