7 7. Terprovokasi

Waktu telah menunjukkan pukul 16.30 wib, mata pelajaran terakhir sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Namun, seorang gadis masih betah berada di dalam kelasnya. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Alunan musik yang berasal dari earphone miliknya membuat Audy tertidur pulas.

Ia sengaja mengulur waktu untuk menghindari kerumunan. Sudah cukup seharian ini dirinya menjadi pusat perhatian. Audy sengaja mengabaikan  pesan dan panggilan yang berasal dari Aland. Ia masih kesal dengan kelakuan saudara kembarnya tersebut.

Sebuah tangan menjulur, mengusap dengan lembut surai panjang milik Audy. Pada awalnya, ia ingin marah karena tidak menemukan keberadaan gadis itu di parkiran. Namun, hatinya melunak ketika mendapati Audy sedang tertidur pulas di kelasnya.

Akan tetapi, wajahnya mengelap dalam sekejap, saat menyadari kekasihnya tidak memiliki tingkat kewaspadaan. Rey memilih duduk di kursi yang ada di samping Audy. Sambil melipat kedua tangannya di dada, dengan tenang menunggu gadisnya terbangun.

"Cantik." bisik Rey pelan.

Alunan musik yang Audy dengar dari earphone berganti dengan nada dering ponsel. Rupanya Aland tidak juga menyerah, ia terus menghubungi gadis itu. Hingga akhirnya panggilan tersebut mengusik mimpi indah Audy.

Ia membuka kedua kelopak matanya perlahan, lalu mulai meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Pada saat Audy sedang memijat tengkuk lehernya, ia terkejut melihat seseorang tengah berada di sampingnya.

"Ah! Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Audy sambil menetralisir rasa kaget yang dialami.

"Kenapa? Kau tidak suka aku berada disini?" tanya Rey tanpa menjawab pertanyaan yang terlontarkan dari bibir Audy.

"Aku..."

Ponsel milik Audy terus berbunyi sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Rey. Gadis itu menatap layar ponselnya yang berkedip, lalu menghela nafasnya dengan gusar. Dalam hati ia merutuki diri karena terlibat dengan dua pria yang merepotkan. Audy segera mengangkat panggilan tersebut.

"Kau ada dimana? Kenapa teleponnya tidak diangkat dari tadi?" cecar Aland dari seberang panggilan.

"Aku... Ehh..."

Perkataan Audy terputus saat ponsel miliknya direbut paksa oleh Rey. Ia mencoba meraih kembali ponselnya, tetapi Rey tidak membiarkan gadis itu mendapatkan benda tersebut. Kemudian pemuda itu mendekatkan ponsel milik Audy ke telinganya.

"Audy! Apa yang terjadi? Kau baik- baik saja?" tanya Aland dengan cemas.

"Tidak perlu khawatir, aku akan mengantarnya pulang." ucap Rey.

"Kembalikan..." pinta Audy.

"Rey, kau sedang bersamanya? Berikan ponsel itu kepadanya! Aku ingin bicara dengannya!" perintah Aland dengan kesal. Ia dapat mendengar dengan jelas suara saudara kembarnya.

"Katakan saja, aku akan menyampaikan pesanmu." ejek Rey dengan enteng.

"Rey, kembalikan ponselku!" seru Audy lagi.

"Jadilah baik, baby girl." ucap Rey sambil menepuk pelan puncak kepala gadis itu.

Audy langsung terdiam mendengar perkataan Rey. Ia tahu pemuda di hadapannya ini sengaja membuat Aland marah.

"Rey, kau dan Audy berada di mana sekarang?" tanya Aland dengan tidak sabar.

"Kenapa? Kau akan kemari? Ingin menjadi nyamuk penganggu rupanya." sahut Rey acuh tak acuh.

"Rey!"

Panggilan telepon itu diputus dengan sengaja oleh Rey. Lalu Ia sibuk mengotak- atik ponsel Audy. Rey menyimpan nomer pribadinya di ponsel tersebut. Dalam sekejap pemuda itu membuat semua akun sosial media kekasihnya terhubung dengannya.

Kemudian ia menyandarkan kepalanya di pundak Audy, supaya ia lebih mudah mengambil photo mereka berdua. Gadis itu hanya bisa dengan pasrah mencoba mengalah. Rasanya Ia tidak mungkin mencari masalah,aa disaat mereka hanya berdua saja di ruangan ini.

Tiba- tiba ponsel yang berada di genggaman Rey kembali berdering. Kali ini panggilan itu berupa video call dari Aland. Audy segera bangkit berdiri dari kursi, karena ingin merebut ponselnya. Namun, Rey tidak membiarkan hal itu terjadi.

Ia melingkarkan salah satu tangan di pinggang Audy dan menarik tubuhnya hingga gadis itu terjatuh ke atas pangkuannya. Rey langsung melumat bibir manis kekasihnya. Ia tidak memberikan Audy kesempatan untuk mengelak.

Tangan Rey yang lain menekan tombol hijau yang tertera pada layar ponsel. Dengan sengaja ia memberi jarak sedikit lebih jauh, agar si penelepon melihat apa dilakukan oleh keduanya.

Disisi lain, Audy berusaha melepaskan diri dari cengkraman Rey. Gadis itu terus menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Akan tetapi, kembali tertahan karena tangan besar yang berada dipinggangnya meraba naik hingga ke tengkuk.

"Shit! Brengsek! " teriak Aland dari ujung panggilan.

Tubuh Audy menegang saat mendengar makian sang kakak. Kedua matanya membelalak saking terkejutnya dan kembali berontak di atas pangkuan Rey. Namun, Rey tidak terganggu sama sekali dengan kelakuan Audy. Ia terus melumat dan menikmati ciuman itu.

"Hentikan, Rey!" perintah Aland dengan marah.

Rey tidak memperdulikan teriakan Aland. Pemuda itu ingin menaklukkan gadis kecilnya, sekaligus berniat memprovokasi Aland. Supaya sahabatnya tersebut mengerti, bahwa tidak ada satu orangpun yang dapat menghalangi keinginannya.

"Lepaskan adikku, bastard!" seru Aland, emosinya meledak.

Perlahan Rey melepaskan lumatan bibirnya. Pandangan kedua matanya menatap lembut kearah wajah kekasihnya yang merona. Ia tersenyum samar melihat Audy yang tersengal- sengal dan mencoba menghirup udara di sekeliling dengan rakus.

"Aku tidak akan melepaskannya, she is mine." tekan Rey dengan tegas.

"Persetan! Pergilah ke neraka!" maki Aland.

"Heh! Aku akan pergi ke sana sambil membawanya bersamaku." ejek Rey sambil tersenyum menyeringai.

"Damn!"

Dari layar ponsel, Rey dapat melihat dengan jelas bagaimana sahabatnya itu menjadi frustasi. Kemudian ia menekan tombol merah pada layar, untuk mengakhiri video call. Ketika Rey lengah, Audy segera bangkit berdiri dari pangkuan kekasihnya. Ia meraih tas punggung yang berada diatas meja.

"Mau kemana?" tanya Rey heran.

"Pulang." jawab Audy sekenanya.

"Aku antar." putus Rey cepat.

Ia mengembalikan ponsel milik Audy, lalu keduanya melangkah beriringan meninggalkan ruang kelas. Di sisi lain, Aland langsung meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja nakas. Ia ingin segera menyusul saudara kembarnya.

Aland merasa menyesal telah meninggalkan Audy. Seharusnya ia memeriksa terlebih dahulu keberadaan kembarannya di ruang kelas. Terdapat kilat kemarahan yang terlukis di kedua matanya. Telapak tangannya mengepal erat dan ia bertekad untuk memberi pelajaran kepada orang tersebut.

Namun, Aland harus menahan diri hingga hari berikutnya. Karena ia tidak berhasil menemukan keberadaan Audy di sekolah. Ternyata gadis itu telah sampai di rumah, Rey yang mengantar Audy pulang. Rupanya mereka berselisih jalan sehingga tidak saling bertemu.

Tok... Tok... Tok...

Pintu kamar Audy diketuk keras oleh Aland. Sejak sampai di kamar pribadinya, gadis itu sengaja segera mengunci pintu kamar. Audy sedang tidak ingin diganggu, karena moodnya hari ini memburuk. Akan tetapi, saudara kembarnya itu tidak mau berhenti menggedor pintu kamarnya.

"Buka pintunya! Audy!" teriak Aland kekeh.

"Tidak mau! Pergilah! Aku ingin beristirahat!" seru Audy tidak kalah keras.

"Audy! Buka! Atau aku dobrak secara paksa!" sahut Aland merasa kesal.

"Aish! Menyebalkan!" desis Audy.

avataravatar
Next chapter