webnovel

KEHIDUPAN KU RUMIT

Masalalu itu membuatku tidak ingin mengulang luka yang sama. Terlihat munafik memang, Namun memang harus seperti itu bukan? ketika orang yang aku inginkan menginginkan orang lain, ketika orang yang aku sayangi menyayangi orang lain . Dan dengan egoisnya aku menyatakan bahwa dia adalah Milikku, Padahal kenyataanya Tidak. Kehidupan yang sengsara membuat aku mundur. Rasa trauma yang menyerang ku untuk kedua kalinya membuat hatiku beku tanpa mencair kembali.

Ratu_Mutiara · Teen
Not enough ratings
21 Chs

RUMIT 19

Berkat kerja keras Rayna selama beberapa bulan ini akhirnya ia bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang-hutang Mama nya. Meskipun tidak berjumlah banyak Ray akan tetap menyetorkan uang tersebut.

kini Ray bolos sekolah lagi seperti biasa dan pergi menuju ke sebuah kantor kecil di pinggiran kota.

Saat sampai,Disana ramai berkumpul Para Pria bertubuh tinggi besar.Padahal kantornya kecil saja dan jauh dari pusat kota,Rayna heran sendiri kenapa mama nya bisa tau koperasi peminjaman uang seperti ini dipinggiran kota terpencil.

Rayna masuk dan menemukan beberapa orang yang waktu itu datang menagih kerumah nya,ia pun menghampirinya

"Permisi Om.." seketika obrolan para abang-abang renternir itu berhenti dan menyambut Rayna

"Om yang waktu itu datang kerumah kan? nama om Jamal ya?" tanya Rayna hati-hati,pria tersebut mencoba mengingat wajah Rayna

"iye-iye nama gw Jamal, lu anak nya si Friska kan?" Mendengar nama friska para renternir tersebut memasang wajah geram

"iya om. "

"mau apa lu kesini? bayar hutang?!" dengan nadanya yang sangar berhasil membuat Rayna menciut di tempat

"i-iya om..ini saya mau bayar, ada nya segini dulu om sisanya biar saya menyicil" Rayna menyerahkan amplop putih berisi uang,Jamal pun menerimanya dan segera membuka

"Yahhh..masih kurang ini! Tapi ya ok lah buat 2bulan ini kebayar"

"i-iya om,,kalo gitu saya minta tolong sama om-om yang ada disini supaya jangan kerumah saya untuk menagih..k-kedepannya biar saya aja yang kesini om" ucap Rayna terbata karna takut dengan tatapan sangar dari para renternir

"kalo begitu saya permisi,,terimakasih" saat hendak melangkah keluar,Jamal bertanya

"Eh,lu masih sekolah kan?" Rayna mengangguk pelan

"kenapa lu yang kerja terus bayar ke gw?ini kan hutang emak lu,biar emak lu aja lah yang kerja!"

"Bener tuh! Anak gw aja bulan ini udah mau ujian,lu kaga ujian neng?" sambung salah satu dari rentenir tersebut

"Yeuu nyambung aja lu Udin" Jamal melempar tusuk giginya tepat ke wajah udin

Rayna hanya terdiam Ray pikir mereka adalah orang-orang yang tidak peduli dengan keadaan dan kehidupan orang lain,tapi ternyata malah sebaliknya.Ray yakin mereka ini sebenarnya adalah orang-orang baik

"Saya permisi om" senyum Rayna getir,lalu pergi meninggalkan kantor tersebut,Rayna pun kembali ke pekerjaan nya

*Sementara itu di tempat lain

"Selamat Siang Papa" Kevin langsung masuk begitu saja ke ruangan Wijaya,dengan baju casual khas mahasiswanya

"Hmmm kebiasaan kamu ga ketuk pintu dulu. Sudah makan siang Vin?"

"Nah Justru itu pa,Kevin datang kesini mau ngajak makan siang hehe"

"Bilang aja biar gratisan Vin" Wijaya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak semata wayangnya tersebut

"kita delivery aja ya,kamu mau pesan apa?"

"apa aja pa yang penting ada sambel nya" Wijaya pun menelpon salah satu restoran

"Hallo,dengan Resto Bahagia disini ada yang mau anda pesan?" tanya suara diserang sana

"iya,saya mau pesan dua paket makan siang ya,sambelnya tolong yang banyak. Bisa dikirim ke Jl.XXX No 12 Kantor Jaya abdi di lantai 8 ruang direktur"

"Baik,pesanan anda segera kami antarkan pa" sambungan pun terputus

"Mas Doy paket makan siang 2 sambelnya banyakin,di Bungkus ya"

"Siap ditunggu"

Pesanan pun siap tinggal antar,Rayna segera bergegas menuju alamat yang diberikan,sesampainya di kantor yang dimaksud Rayna pun naik ke lantai 8 menggunakan lift, iya agak kesusahan menemukan ruangan direktur

Meja sekretaris direktur kosong,Rayna semakin bingung karna area kantor yang cukup luas ia terus berjalan dan akhirnya menemukan ruangan tersebut.

Tok tok tok...

"nah pasti itu makanannya" Wijaya pun membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang ada disana

"om Wijaya?" dengan plastik yang ditenteng Rayna terkejut melihat sosok pria yang sangat ia kenali

"Loh Rayna?" mendengar nama itu disebutkan Kevin pun segera melihat apa yang sedang terjadi di ambang pintu sana, bahkan Kevin tak kalah terkejutnya

kondisi sekarang adalah Rayna duduk di sofa bersebalahan dengan Kevin,dan Wijaya di hadapan mereka,makan siang pun tertunda karna keadaan tidak terduga ini

"jelaskan sama om Rayna,kenapa kamu bisa bekerja seperti ini? apalagi ini masih jam sekolah" Rayna hanya tertunduk malu,ia juga ragu untuk menjawab pertanyaan Wijaya

"kamu kerja begini Tante Friska tau?" tanya kevin,Rayna mengangguk pelan menjawab nya

"Rayna..lihat om,tak apa..lihat om sekarang" ucap Wijaya lembut,Rayna pun mulai berani mengangkat wajah nya untuk menatap Wijaya

"Rayna..kamu itu tidak seharusnya bekerja dulu seperti ini,kamu masih sekolah yang om tau juga sekarang lagi sibuk mempersiapkan ujian tengah semester kan? sudah berapa lama Rayna kerja begini? mama mu tau?" Rayna tetap terdiam,Wijaya pun kembali bertanya

"kamu kerja untuk apa hmm? apa ada keperluan? atau ada yang mau kamu beli kah?" Rayna masih terdiam, ia bingung bagaimana memberitahu Wijaya,ia juga tidak ingin aib mama nya diketahui oleh Wijaya

"kalo kamu ga jawab kita panggil Tante Friska aja buat nyelesain ini" ucap Kevin

"jujur saja sama kita,kan kita ini bukan orang asing lagi buat kamu kan? siapa tau om atau Kevin bisa bantu kamu"

"g-gimana ya om,kak, Rayna bingung ngasih tau nya..ini memang Bukan buat kebutuhan Rayna sendiri.Ada yang lain yang lebih penting dari ini om, Rayna gabisa ngasih tau ke om ataupun kak Kevin, Rayna gamau buat mama malu"

Wijaya dan Kevin saling pandang mendengar jawaban Rayna

"Jadi..ini karna mama kamu?" tanya kevin memastikan dugaannya, Rayna pun segera merutuki dirinya sendiri karna malah begitu ceroboh

Setelah terdiam beberapa saat,Rayna menarik nafasnya dan mulai berkata

"baik,Rayna akan jujur..jadi sebenarnya mama itu ada hutang sama lintah darat,Rayna sendiri juga baru tau baru-baru ini,orang-orang itu datang kerumah mengaobrak-abrik rumah sampai berantakan,bahkan mereka sampai dorong mama, akhirnya Rayna kasih motor peninggalan papa ke orang-orang itu, dan Rayna juga mulai cari kerja buat bantu mamah bayar hutang-hutang nya,"

"Rayna harap om ga benci sama mama karna hal ini..kondisi kami memang sangat jatuh sekali setelah kepergian papa. Rayna juga berharap om wijaya dan kak Kevin bisa menerima mengerti" ucap Rayna memohon

Kevin dan Wijaya saling memandang kembali,menatap iba dan sendu kepada Rayna,

Remaja sekolah yang seharusnya fokus kepada sekolahnya harus menanggung beban orang tuanya,ia rela menghabiskan waktu untuk bekerja demi membantu sang mama yang terlilit hutang,

"Bersyukurlah Friska bisa mempunyai anak yang berhati baik seperti kamu, om dan Kevin tidak akan membenci mama mu Ray. Bagaimana pun om dan Kevin adalah orang baru di kehidupan kalian..nanti om akan bicarakan ini dengan mama mu ya"

Rayna lega mendengar jawaban dari wijaya,Kevin juga terus tersenyum menyemangati sedari tadi, Rayna sekarang merasa seperti disupport oleh sosok ayah dan kakak laki-laki yang sangat pengertian kepadanya

"kalo gitu,kamu udah makan belum"

"em..belum om"

"yaudah makan disini aja ya bareng-bareng"

"t-tapi ini kan cuman 2 porsi om"

"tenang,Kevin udah pesan kan kok tadi"

"lah? sejak kapan om?" Rayna melihat ke arah Kevin yang tersenyum ke arah Wijaya

jadi sedari tadi Kevin sambil menyimak cerita Rayna,ia memesan makanan yang sebelumnya sudah wijaya rencanakan dengan cepat supaya bisa makan bersama dengan Rayna .

*Sekolah

"hallo,apa benar ini orang tua dari Rayna"

Wali kelas Rayna menelpon Friska

"iya benar dengan siapa ini?"

"saya wali kelas Rayna Bu,jika ibu ada waktu bisa datang ke sekolah untuk menemui saya? ini menyangkut masalah sekolah Rayna Bu"

*Flashback,

Juni 2014

Lukman berjalan mendekati Rayna yang sedang duduk di pinggiran kolam renang rumahnya,ia membawa segelas susu dan biskuit untuk putrinya tersebut

"Rayna,nih di makan yaa..gimana latihan nya sayang?" Lukman duduk di sebelah Rayna,ia juga memasukan kedua kakinya kedalam air kolam tersebut

"Papa,ray tadi dimarahin sama om Rio katanya Rayna harus latihan supaya lebih cepat lagi,Ray cape banget pah tangan Ray mau copot aja rasanya" sambil memakan biskuit Rayna menjelaskan,Lukman hanya tersenyum

"kamu tau ga Ray kenapa papa masukin kamu ke kursus renang? papa sangat ingin kamu jadi seorang atlet renang yang dikenal banyak orang dengan prestasi yang kamu punya"

"Dulu papa ingin sekali jadi seorang atlet renang,tapi kakek kamu tidak mengizinkan,beliau bilang kalo menjadi atlet tidak menjamin masa depan yang lebih cerah,lebih baik menjadi pegawai negeri atau kantoran yang lebih jelas dengan tujuan hidupnya,"Lukman berhenti bicara,ia melihat Rayna yang memandangi dirinya dengan tatapan polos

"mungkin bahasa papa terlalu berat buat kamu ya..intinya kamu harus bisa mewujudkan apa yang ingin papa capai sewaktu dulu,papa harap kamu bisa mencapai itu,kamu harus jadi atlet renang Rayna" Lukman tersenyum dan mengelus kepala Rayna

"oke papa..Rayna bakalan jadi atlet renang yang kaya papa bilang" Rayna tersenyum senang dan memeluk sang papa