"Hmm, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ..." Sudut mulutnya sedikit terangkat saat senyum tipis muncul di wajahnya. "Tidak ada salahnya kita menjalani kehidupan kedua ini."
Entah apa yang telah terjadi hingga akhirnya dia berada di sini, tapi dia tidak peduli dengan itu.
Entah apa penyebab kondisi tubuhnya seperti ini, dia tidak peduli.
Bagaimanapun, itu hanya akan menjadi masalah yang akan diselesaikan.
'Mari kita jalani selangkah demi selangkah.'
Dan kemudian hadapi saat waktunya tiba.
Di kehidupan sebelumnya, dia telah menjalani kehidupan yang panjang dan membosankan hingga akhirnya memutuskan untuk berakhir.
Hidup begitu lama, jiwa dan hati seseorang akan mulai terkikis hingga akhirnya kehilangan rasa kemanusiaannya.
Yah, bagaimanapun, saat itu dia bukan lagi manusia fana.
Moralitas manusia fana dan abadi itu berbeda.
Dengan senyum tipis yang kini menjadi masam, Wu Yuntian memandangi langit-langit sambil mengangkat tangan kanannya, seolah-olah berusaha meraih sesuatu.
Namun, tangannya yang kurus dan lemah tidak mampu melakukannya.
"Tidak kusangka rasa kemanusiaan ini sebenarnya adalah hal yang dicari-cari kami.
"Setidaknya, mari kita nikmati rasa kemanusiaan ini hingga habis. Dan saat hari itu tiba, aku akan ...."
Sebelum bisa menyelesaikan kalimatnya, matanya perlahan menutup dan kesadarannya menghilang.
Tangan kanan yang kehilangan kekuatannya pun jatuh tak berdaya.
....
Saat pagi hari tiba, pintu kamar terbuka dan seorang pria memasukinya.
Dia mengenakan pakaian seragam khas untuk pelayan istana.
Tanpa berkata apa-apa, dia melaksanakan aktivitasnya seperti biasa sambil bersenandung.
Setelah selesai membersihkan, dia membuka tirai dan jendela, mengundang sinar matahari yang hangat untuk masuk.
Merasakan sinar matahari menusuk matanya, Wu Yuntian mengerutkan keningnya dengan matanya berkedut.
Perlahan membuka mata, dia melihat punggung sosok yang dikenalnya.
"Qiu Sheng ..."
Mendengar suara gumaman, Qiu Sheng berbalik dan tersenyum melihatnya bangun.
"Selamat pagi, Pangeran."
"..."
Wu Yuntian tidak menjawab, dia hanya memikirkan kejadian sebelumnya.
Sudah lama sejak dia merasakan ketidakberdayaan hingga membuatnya kehilangan kesadaran. Itu membuatnya bernostalgia ketika dirinya masih muda dan naif dahulu kala.
Tidak mendengar jawaban, Qiu Sheng tidak merasa ada yang aneh. Dia bertanya, "Apakah Anda ingin sarapan sekarang?"
Mendengar itu, Wu Yuntian mengangguk lemah dan menjawab dengan suara serak dan lemah, "... Ya."
Dengan itu, Qiu Sheng pergi mengambil sarapan dan kembali tak lama kemudian.
"Ayo, Pangeran! Satu suapan lagi, setelah itu saya akan segera menyiapkan obat!"
"..." Wu Yuntian terdiam, tak bisa berkata-kata ketika Qiu Sheng menyuapinya dengan bubur.
'Urgh, bagaimana bisa ini terjadi padaku?! Bagaimana bisa Dewa ini disuapi seorang pria!? Di mana wanita, di mana kecantikannya?! Dewa lain akan menertawakanku melihat ini!' Wu Yuntian diam-diam berteriak dengan frustasi di dalam hatinya.
Karena kondisi tubuhnya yang lemah dan hampir lumpuh, dia membutuhkan Qiu Sheng untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tidak hanya makan, mandi juga, buang air kecil, buang air besar ...
Hawa dingin tiba-tiba menyerang tulang punggungnya, entah dari mana asalnya, ketika dia dengan paksa menghentikan imajinasinya.
Menghela napas tak berdaya, dia menyaksikan Qiu Sheng membenahi peralatan makan dan pergi keluar untuk menyiapkan obat.
Mengalihkan pikiran tak berguna, Wu Yuntian merenung.
"Tetap saja, penyakit macam apa yang dimiliki tubuh ini? Meskipun aku tidak bisa mendeteksinya, mungkin aku akan tahu sesuatu jika aku melihat obatnya."
Dengan kemampuannya sekarang, dia tidak memiliki cara untuk mengetahui penyakit yang dideritanya.
Dia terus berpikir keras, namun tidak berharap terlalu banyak.
Tak lama kemudian, Qiu Sheng datang dengan nampan, yang di atasnya terdapat obat-obatan.
Wu Yuntian diam-diam menyaksikannya mengambil berbagai tanaman herbal, meraciknya dengan resep tertentu dan menghaluskannya menggunakan ulekan.
Setelah semua obat tercampur dan dihaluskan, dia membuka sebuah botol dan menuangkan cairan berwarna biru jernih ke dalam mangkuk berisi obat.
Setelah menuangkan cairan tersebut, Qiu Sheng mengaduk-aduk racikan obat hingga merata.
Wu Yuntian mengenali semua tanaman obat, termasuk nama cairan berwarna biru jernih itu.
Semua tanaman itu tidak terlalu berharga, hanya tanaman obat Mortal Tingkat 1 atau lebih rendah. Sedangkan cairan biru jernih itu adalah Cairan Spiritual bermutu rendah, harta Mortal Tingkat 1, yang mengandung sejumlah Energi Spiritual yang telah diencerkan berkali-kali.
Anehnya, semua tanaman obat ini adalah tanaman obat berelemen.
Menyaksikan racikan obat yang disuguhkan Qiu Sheng, Wu Yuntian tersesat dalam nostalgia untuk sesaat.
Dahulu, ketika dirinya yang dulu masih muda, dan dunia dalam Era Kekacauan, alkemis menciptakan ramuan obat menggunakan metode racikan sederhana semacam ini, sebelum beralih ke versi yang lebih revolusioner, yaitu berupa sebuah pil.
Wu Yuntian ingat seorang teman lamanya yang pertama kali merintis Jalan Alkemis ini.
Metode praktis semacam ini, walaupun bisa digunakan, itu akan membawa efek samping yang kuat jika mengonsumsinya terus-menerus.
Tentu saja, itu hanya terjadi jika tanaman obat yang digunakan adalah tanaman spiritual tingkat tinggi.
Tanaman obat Mortal Tingkat 1 dan lebih rendah tidak akan berpengaruh banyak.
Namun, memikirkannya sejenak, metode pengobatan semacam ini adalah wajar.
Bagaimanapun, tubuh Wu Yuntian bukanlah seorang praktisi. Jadi, demi mengurangi efektivitas ramuan yang berlebihan bagi tubuh fana, meracik obat dengan cara ini adalah wajar.
Sambil memikirkan hal-hal tersebut, Qiu Sheng menyerahkan ramuan itu.
"Silakan diminum obatnya, Pangeran!"
"Um."
Mengangguk lemah, Wu Yuntian meminum ramuan dengan bantuan Qiu Sheng.
Untuk sesaat, gelombang energi menyapu tenggorokannya dan menyebar melalui sistem pencernaannya.
Perasaan menyegarkan berlangsung sesaat.
Tidak butuh waktu lama bagi Wu Yuntian untuk merasakan efeknya, yang berupa kesegaran dan kenyamanan serta sedikit kekuatan di ototnya. Efek instan yang terjadi adalah karena Cairan Spiritual yang mengandung sejumlah Energi Spiritual terkondensasi yang melarutkan obat dan meningkatkan efeknya.
Namun, Wu Yuntian hanya bisa mengerutkan keningnya setelah merasakan efek ramuan tersebut.
'Khasiatnya tidak sekuat yang kuduga. Apakah ini disebabkan oleh penggunaan ramuan yang terlalu lama? Atau karena sisa ramuan yang tercerna? Mungkin dua-duanya.' Wu Yuntian diam-diam berpikir di dalam benaknya.
Sisa ramuan. Tidak seperti obat fana biasa yang tidak mengandung Energi Spiritual, obat yang mengandungnya terkadang tidak tercerna sepenuhnya, itu disebut sisa ramuan.
Sisa ramuan ini bisa mengakibatkan efek samping tertentu, ada yang fatal, ada pula yang tidak.
Dari sekian banyak alasan, efek samping yang universal dimiliki sisa ramuan adalah penurunan khasiatnya.
Nah, ide revolusioner dari pembuatan pil adalah salah satu metode untuk mengurangi efek samping dan pengurangan sisa ramuan. Di sisi lain, metode ini juga meningkatkan khasiat ramuan.
Tentu saja, pil yang dimaksud dibuat dengan metode penggunaan Energi Spiritual, bukan metode pembuatan pil sederhana.
"Bagaimana perasaanmu, Pangeran?" Qiu Sheng tiba-tiba bertanya.
"Buruk," jawab Wu Yuntian singkat.
"..."
Jawabannya membuat Qiu Sheng terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
Memang, kondisi Wu Yuntian sangat memprihatinkan. Anggota tubuhnya perlahan jatuh lumpuh.
Namun, jawaban Wu Yuntian tidak dapat menghentikan Qiu Sheng untuk tertegun, meskipun tidak ada yang salah dengan jawabannya.
Bagaimanapun, Pangeran yang dia kenal adalah orang yang lembut dan baik hati. Dia tidak pernah mengatakan hal-hal buruk yang menyakiti hati orang lain.
Wajar saja Qiu Sheng tersentak oleh jawabannya yang acuh tak acuh dan begitu lugas.
"Ini ..." Qiu Sheng tidak tahu harus berkata apa.
Melihat reaksinya, Wu Yuntian mengerutkan kening dan bertanya, "Apa? Ada yang salah?"
Qiu Sheng terdiam sejenak, sebelum akhirnya menggelengkan kepala, "... Tidak ada, Pangeran!"
Setelah itu, dia merapikan peralatan obat dan izin undur diri.
Wu Yuntian diam-diam menyaksikan pelayan pribadinya pergi hingga pintu tertutup dan dia menghela napas panjang.