webnovel

Ch1 Kesempatan Kedua

Pernahkah kalian merasakan perasaan ketika kesadaran masih di awang-awang.

Ketika baru terbangun dan masih setengah sadar, mungkin perasaan itu hanya terasa sebentar sebelum kamu bangun dengan penuh perhatian.

Itu apa yang kurasakan. Akan tetapi berbeda dengan perasaan melayang yang sebentar, kesadaranku hilang timbul dan tak bisa benar benar bangun.

Aku merasa heran, bukannya aku telah menjemput ajalku.

Mungkinkah ada kehidupan setelah kematian?, jiwaku berusaha mengingat kehidupanku yang lalu. Banyak hal yang telah terlupakan. Jiwa tidak mengingat apa yang telah tubuhnya alami setelah berpisah.

Namaku siapa?

Aku tinggal dimana?

Dengan sedikit kesadaranku yang tersisa aku berusaha mengingat wajah kedua orang tuaku, tak ada sedikitpun bisa kubayangkan wajah keduanya. Walau sesamar apapun takbisa kuingat. Yang teringat dengan jelas hanyalah jasa keduanya yang membesarkanku dengan sabar sejak ku kecil. Banyak yang mereka berikan dan sedikit sekali ku balas.

Jiwaku yang melayang membayangkan apakah mereka merasa sedih, ketika anak mereka yang telah susah payah mereka besarkan pergi meninggalkan mereka terlebih dahulu. Saudara-saudari yang tumbuh besar besar bersamaku. Teman-teman sejawat yang bercengkrama bersamaku.

Akankah mereka sedih ketika menerima kabar kepergianku?

Akankah mereka meneteskan air mata mengingat kenangan bersamaku?

Aku takkan tau jawabannya, karena aku telah pergi meninggalkan mereka.

Arwah orang yang telah mati akan mengingat orang-orang yang mereka tinggalkan. Mengingat semua jasa dan perbuatan yang telah mereka lakukan terhadapnya. Itu apa yang kurasakan selama kesadaranku yang muncul, hilang dan timbul kembali.

Tidak ada yang tau berapa lamanya jiwa ini menyesal. Namun yang pada awalnya jiwaku yang hanya bisa mengingat masa lalu yang samar mulai merasakan perasaan yang baru.

Salah satu dari lima indranya merasakan sesuatu. Yang sebelumnya jiwa yang merasakan kehampaan tanpa sesuatu untuk disentuh, keheningan tanpa sesuatu untuk didengar dan kegelapan tanpa sesuatu yang bisa dilihat. Sekarang seluruh kulit di sekujur tubuhku merasakan perasaan basah dan tenggelam di dalam air.

Ingin kugerakkan anggota tubuhku untuk merasakan keadaan di sekitar tubuhku. Tapi semua itu sia sia. Tubuhku tidak merespon perintah otakku, semuanya terasa mati rasa dan pasrah tanpa tak bisa berbuat apa-apa.

Walau tubuh ini tak bisa berbuat apa-apa, otakku masih dapat berpikir "Apakah aku masih hidup?". Tapi masih teringat jelas denganku saat akhir hayatku. Dan tak mungkin tubuhku yang telah hancur diselamatkan.

"Atau apakah ini kehidupan setelah mati?" aku memikirkan kemungkinan tersebut.

"Tetapi apakah aku akan bangkit sebagai ruh atau dengan tubuh yang baru?".

Mengingat perasaan lembab yang kurasa di sekujur tubuhku mengingatkanku pada sesuatu. Yaitu fase dimana semua manusia pernah mengalaminya tapi tak ada yang pernah mengingatnya. Yaitu ketika manusia masih berada dalam rahim ibunya.

"Apakah aku berada di dalam rahim seorang ibu?, menjadi bayi sekali lagi dan diberi kesempatan kedua?". Ini adalah sesuatu yang sangat mengejutkan bagiku tak bisa pikiranku memproses hal ini. Belum pernah aku menemui kejadian seperti ini dan tak ada pengalaman orang lain yang bisa kujadikan panutan.

Pikiranku terus mengawang-awang tak tau berapa lamanya, berada dalam keadaan sadar dan tidak sadar. Kejadian ini mengakibatkan perasaan yang bercampur aduk di dalam hatiku, Namun dengan kesempatan kedua ini aku tak ingin hidupku berakhir sia-sia seperti sebelumnya.

Aku bertekad takkan mengecewakan ibuku yang mengandung diriku dengan susah payah. Dan apabila seorang ayah juga hadir di sampingnya aku juga berjanji akan membanggakannya.

Pikiran dan tekadku terus memperkuat satu sama lain ketika kesadaranku muncul dalam tubuhku. Namun seperti halnya bayi di dalam kandungan kebanyakan waktuku hanya dihabiskan dalam tidur.

Setelah sekian lama waktu berlalu di dalam kegelapan, akhirnya indraku yang lain bisa merespon. Akan tetapi anehnya bukannya indra pendengaran yang seharusnya bayi rasakan dari kandungan terlebih dahulu yang merespon. Akan tetapi kedua bola mataku yang bisa dengan muram kubuka.

Tak pernah kusangka apa yang akan kulihat dengan kedua mataku ini menghancurkan pemikiran dan persangkaanku selama berada di tubuh ini sebelumnya. Bukan dinding rahim ibuku yang kulihat dengan mataku ini akan tetapi dengan samar-samar kulihat pemandangan yang menggentarkan hidupku.

Di depanku sebuah kaca transparan yang mengurung seluruh tubuhku ini. Bukan hanya satu tabung kaca yang mengurung tubuh ini, akan tetapi dapat kulihat dari ujung mataku berjejer tabung-tabung kaca lainnya. Semuanya berisi dengan tubuh manusia yang direndam dengan suatu cairan.

Hancur semua tekadku yang kukumpulkan sebelumnya. Bagaimana aku berbakti dengan kedua orang tuaku sementara aku lahir di laboratorium!!!