webnovel

Yang Terkuat

Malam itu hujan turun dengan begitu deras. Terdengar suara seorang bidan yang berteriak,"Ayo bu sedikit lagi, Ibu pasti bisa ayo bu!".

"Auhh... ahhh! Dimana suami saya!" teriak seorang Ibu yang sedang bersalin sambil menahan rasa sakit.

"I–Ibu tidak usah khawatir dan mikirin suami Ibu, fokus saja pada proses persalinan anak Ibu ya," ucap seorang bidan sambil mencoba menenangkan si Ibu.

Disaat yang bersamaan disuatu area lapangan yang sangat luas. Terlihat ratusan preman dan mafia sedang bersiap-siap untuk saling membantai satu sama lain.

"Mereka hanyalah ikan teri! Gausah takut dan gentar sama kriminal murahan kaya mereka. Habisi mereka dan jangan sisakan satupun dari mereka!" teriak Ibrahim pemimpin dari para mafia itu sambil membakar semangat anak buahnya.

Habisi mereka!

Merekapun saling baku hantam dan baku tembak dengan para preman yang memang tidak bisa dihindarkan lagi.

Blam!

Jedor!

Suara hantaman dan tembakan terdengar dimana mana. Hujan yang deras mengawali terciptanya lautan berdarah di malam yang kelam itu.

Bruk!

Satu persatu dari kedua belah pihak pun saling bertumbangan. Hingga dari ratusan orang yang terlibat, hanya tinggal tersisa beberapa puluh orang saja yang masih bertahan.

"Dirgantara! Maju dan lawan aku sendirian dengan tangan kosong, kalau kau memang laki-laki Dirgantara!" teriak Ibrahim kepada pemimpin preman itu.

"Apa kau sudah siap untuk mati disini! Ditanganku Ibrahim?" bentak Dirgantara.

"Jangan banyak omong kosong, ayo kita selesaikan masalah yang terjadi selama 10 tahun ini," jawab Ibrahim sambil bersiap untuk menghabisi musuh bebuyutannya itu.

Ketika mereka bersiap untuk saling menghabisi satu sama lain. Tiba-tiba terdengar suara sirine polisi yang langsung membuat orang orang yang tersisa kocar-kacir, begitupun dengan kedua tangan kanan dari para pemimpin masing-masing pihak yang mencoba memisahkan duel satu lawan satu antar pemimpin mereka.

"Tenang Im tenang, ayo buruan pergi dari sini," ucap Karsa seorang kepercayaan sekaligus tangan kanannya Ibrahim sang Ketua mafia.

"Dengar ini Ibrahim, ini belumlah berakhir dan akan terus menjadi perang antara kita berdua sampai salahsatu dari kita mati!" teriak Dirgantara.

"Ayo Ga! Udah gaada waktu lagi buat ngeladenin dia, kita pergi dari sini sebelum polisi datang," ucap Baron sang tangan kanan Ketua preman.

Peperangan itupun diakhiri dengan datangnya belasan mobil polisi yang membubarkan bentrokan besar itu dan tertangkapnya sebagian besar orang-orang yang terlibat dalam tragedi itu. Sementara para pemimpin dari kedua belah pihak berhasil melarikan diri.

Dirgantara pun pulang kerumah dengan berlumuran darah ditangannya. Sesampainya dia disana, terdengar suara tangisan yang membuatnya mengalami perasaan senang dan sedih dalam waktu bersamaan.

Bagaimana dia tidak senang. Karena suara itu merupakan suara tangisan seorang bayi. Sebuah tangisan yang dia tunggu tunggu selama ini.

Tapi disisi lain dia juga sedih karena ada tangisan lain yang mengiringi tangisan bayi tersebut.

Yaitu isak tangis para keluarga dan orang orang terdekatnya yang mengiringi kepergian sosok ibu dari si bayi.

Sambil menggendong bayinya dengan darah yang masih berlumuran ditangannya, Dirgantara pun berkata.

"Tenang saja harta ku, kau akan ku jadikan orang terkuat yang pernah lahir di dunia ini. Meskipun tanpa hadirnya seorang Ibu di sisimu, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu dan menjadi Ayah sekaligus Ibu yang bisa kau andalkan. Akan ku beri nama kau Keegantara Putra Rajatama, dan biarkan malam yang kelam ini menjadi saksi bahwa kau malaikatku telah lahir di dunia ini. Dan mulai sekarang orang-orang yang mengikutiku akan menjadi pengikutmu, orang orang yang tunduk kepadaku akan tunduk juga kepadamu, dan nama Rajatama yang melegenda denganku akan melegenda juga bersamamu!" tegas Dirgantara yang untuk pertama kali dalam hidupnya dia meneteskan air mata dan merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan dalam waktu yang bersamaan.

"Hidup Keegan! Hidup Keegan! Hidup Keegan!" teriak Baron sang tangan kanan Dirgantara disusul dengan teriakan preman preman lain yang ada disana.

Malam yang kelam dan penuh darah itupun akan dikenang sebagai Tragedi Malam Berdarah.

Sebuah kejadian yang tidak akan terlupakan oleh semua pihak yang terlibat dan menyaksikannya.

18 tahun berlalu sejak kejadian Malam Berdarah.

Terlihat seorang perempuan yang sedang menggeraikan rambutnya yang indah, dia adalah Syaquella Sahna Navares atau biasa dipanggil Sasa, anak ke dua dari Ibrahim Navares sang Ketua Mafia.

Memiliki rambut panjang yang indah, mata lentik seperti Scarlet Johansson dan bibir yang seksi layaknya Emily Ratajkowski. Membuat dia jadi idola nomor satu di sekolahnya dan menjadi incaran bagi setiap kaum adam yang melihatnya. Sasa pun bersiap untuk berangkat ke sekolahnya.

"Pah, Sasa berangkat dulu ya," ucap Sasa sambil mencium tangan sang Ayah.

"Kemana sih... buru-buru amat, gak sarapan dulu apa Sa?" ucap sang Ayah.

"Gak ah Pah, Sasa sarapannya dijalan aja. Udah telat banget ini. Bye Pah," ucap Sasa sambil buru-buru berjalan keluar rumahnya.

"Eh Non Sasa, mau berangkat ke sekolah ya, udah ada yang jemput tuh di depan," ucap Mang Ujang seorang satpam di rumah Sasa sambil membukakan gerbang.

"Hah yang jemput? Siapa Mang?" tanya Sasa.

"Biasa Den Ervin sang pangeran nya Non hehe," gumam Mang Ujang sambil tersenyum.

"Ih apa sih Mang Ujang," ucap Sasa tersipu malu.

Terlihat di seberang rumah Sasa, Ervin sudah menunggunya dengan manis.

"Morning Beb," sapa Ervin.

"Morning juga," jawab Sasa.

"Ayo naek tunggu apa lagi ntar telat loh," ucap Ervin sambil memberikan helm pada Sasa.

Sampailah mereka di sekolah yang bernama SMA Mahajana, sekolah elite yang diisi oleh anak-anak konglomerat di Jakarta dan tempat lahirnya sebuah geng terkenal dan paling besar di Jakarta yaitu Melanthios.

"Lihat tuh best couple sekolahan ini udah dateng," ucap Zara yang melihat Sasa memasuki gerbang sekolah.

"Ahh iri banget gue liat ke sosweetan mereka, jadi pengen deh kaya gitu," tambah Megan.

Sasa pun menghampiri dan menyapa mereka. "Hai Zar, hai Megan cantik...,".

"Dih apa sih Sa, kayanya lo lagi seneng banget deh," ucap Megan.

"Hmm, pasti ada sesuatu nih," tambah Zara.

"Tau aja sahabat-sahabat gue ini, hari ini tuh tepat setahun yang lalu pas Ervin nembak gue di lapangan sekolah, di depan semua siswa-siswi sekolah ini. Kalian inget kan?" ujar Sasa kegirangan.

"Iyaa kah? Berarti traktiran dong Sa. Abis itu kita party di rumah lo. Iya ga Meg?" ujar Zara.

"Oh iya dong wajib itu. Karena ini adalah hari paling bahagia buat My Queen kita Sasa," jawab Megan.

"Iya deh iya tapi teraktiran doang ya. Kalo party-party besar kaya gitu, engga deh, kesannya lebay banget ga sih. Cukup kita rayain bertiga aja ya ga?" ucap Sasa.

"Oh cutee..." jawab Zara dan Megan barengan. Sambil diakhiri pelukan hangat dari mereka bertiga.

Sesampainya mereka di kelas. Seisi kelas tiba tiba riuh dengan kedatangan Zara, Megan, dan Sasa. Maklum mereka bertiga tuh superstar di kelas mereka.

"Ehem, ada yang lagi Anniv nih," ucap Bagas.

"Eh Sa, Happy Anniv yang pertama ya. Kapan nih lo putus," celetuk Fatir sambil becanda.

"Wah wah berani berani nya ya lo gangguin pacarnya Ervin," guman Andre.

"Tahu lo, kaya yang berani aja ama Ervin lo. Perut lo aja kaya tahu bulat gitu. So soan pengen negerbut Sasa," sambung Zara.

"Canda Zar, mana berani gue macem macem sama Wakil Ketua Melanthios," jawab Fatir.

Melanthios, sebuah gengster yang sangat terkenal dan diisi oleh anak-anak muda yang tajir dan kaya.

Dipimpin oleh seorang pemuda tampan dan berkharisma tinggi bernama Geraldino Navares. Anak pertama dari Ibrahim Navares sang Ketua mafia, sekaligus kakak satu-satunya dari Syaquella Sahna Navares (Sasa).

Melanthios yang beranggotakan Geraldino Navares sebagai Ketua, Ervin Fajar Aldevaro sebagai Wakil Ketua, Jester Devano, Kenzo, Lukas, dan Raymond sebagai anggotanya inti, dulunya adalah sebuah geng kecil-kecilan yang tercipta karena sering bentroknya anak-anak SMA Mahajana dengan SMA Batara yang memang telah berlangsung sejak lama.

Dan nama Melanthios diberikan kepada mereka yang selalu turun paling depan dalam bentrok melawan SMA Batara dan selalu berakhir dengan kemenangan.

Bukan hanya melawan SMA Batara tapi eksistensi Melanthios semakin besar dengan menaklukkan wilayah sekolah-sekolah lain dan menjadikan mereka sebagai anggotanya.

Sehingga setelah para pentolannya lulus pun. Melanthios masih ada dan malah bertambah besar dengan Geraldino Navares sebagai pemimpin generasi ke tiga Melanthios.

Bel tanda istirahat pun berbunyi,

"Ayo Sa, katanya lo mau neraktir kita sekelas," teriak Megan dengan lantangnya yang membuat seisi kelas riuh lagi.

"Emhh pinter lo ya Meg. Ngomong kaya gitu sambil tereak-tereak. Iyadeh ayo," jawab Sasa.

"Yeay! Hidup Sasa!" teriak seisi kelas sambil berbondong-bondong pergi ke kantin.

Setibanya di kantin ada hal yang menarik perhatian Sasa. Bukan Ervin ataupun orang lain.

Melainkan sebuah kerumunan siswa-siswi yang sedang melihat sesuatu di mading dekat kantin.

"Ahh itukan photo Keegan..."

"Iya ih ganteng banget dah pangeran gue,"

"Yey ngimpi lo. Jelas jelas dia pangeran gue,"

Ucap siswi-sisiwi yang melihat photo-photo di mading.

"Eh bentar. Itu ada apa ya kok riuh banget si?" tanya Sasa kepada Megan dan Zara.

"Woi...woi minggir My Queen kita mau lihat," ujar Zara sambil membukakan jalan untuk Sasa dan membubarkan cewek-cewek yang sedang berkumpul itu.

Di mading itu ternyata berisi photo-photo orang asing yang bertuliskan 'Siapapun yang tahu mereka lapor sama Ervin'.

"Owh itu kan photo-photo anggota Malviorin dari SMA Batara. Wajar lah kalau mereka se exited itu. Dasar cewek-cewek genit," ucap Megan yang kagum juga melihat photo-photo itu.

Hilih bilangnya ke cewek lain genit padahal dianya sendiri naksir. Itulah cewek ya gays.

"Hah Malviorin, apa lagi tuh?" tanya Sasa yang memang belum pernah melihat mereka.