webnovel

kecupan Kecil Dari Alam Mimpi

sosok gadis rupawan menjelma menjadi sosok yang menyeramkan, yang membuat orang disekitarnya merasa jijik hanya untuk berada didekatnya. hingga akhirnya kecantikannya terlihat dan membuat beberapa laki-laki berkuasa memperebutkan hatinya..

Great_Goddess03 · Others
Not enough ratings
117 Chs

Si Jenius atau Si Pembual

Di rumah besar, Linggar yang sedang duduk di depan meja, membaca sebuah dokumen di tangannya. Dia saat ini sedang berada di ruang baca.

" Arrgg... Aku tidak mengerti sama sekali! Otakku seakan mau meledak membaca tulisan yang sangat rumit ini! " keluh Linggar sambil melemparkan dokumen yang sebelumnya dia baca ke atas meja.

" Kakak bisakah aku pergi sekarang? Aku sudah membaca semua dokumen ini selama berjam-jam hari ini, bukankah sudah waktunya bagiku untuk beristirahat sekarang!? " kata Linggar dengan wajah memelas, berusaha memberikan kesan kasihan pada dirinya.

Rafael yang duduk tidak jauh darinya, yang tengah mengerjakan sesuatu di depan laptop mengangkat kepalanya.

Dia melihat ke arah tumpukan dokumen yang tercecer di atas meja, lalu melihat ke arah adiknya yang sedang memasang ekspresi aneh di wajahnya.

" Sudah selesai? " tanya Rafael tanpa ekspresi.

" Tentu saja, aku sudah membaca semuanya berulang kali. Aku bahkan bisa merasakan berbagai kumpulan informasi masuk ke dalam otakku, aku bisa menghafal semuanya sekaligus. Bukankah aku ini seorang yang sangat jenius! " kata Linggar dengan nada membual setingkat dewa.

Jelas dia hanya membaca dokumen itu sebagian, bahkan isi dari setiap dokumen itu sendiri tak ada yang dapat dia mengerti.

"Bagaimana cara efektif menangani krisis keuangan perusahaan yang menentukan prioritas setelah melakukan indentifikasi masalah? " tanya Rafael sekali lagi dengan ekspresi yang tak berubah.

Linggar : "....." "Eh... itu.. " sial, pertanyaan itu sedikit sulit. Bisakah pangeran es ini memberikan pertanyaan yang sudah ku ketahui? Batin Linggar dengan jengkel.

" Bagaimana jenius? " tanya Rafael sekali lagi saat Linggar tak kunjung memberikan jawaban. Dapat terdengar jelas nada sindiran dari suara Rafael barusan, membuat Linggar semakin terpojok.

" Krisis keuangan ya? Eh itu mengapa kita tidak mencari seseorang yang melakukan korupsi? Bukankah perusahaan akan mengalami krisis keuangan jika seseorang korupsi? Dan beraninya mereka ingin korupsi di perusahaan besar milikmu kak? Tenang saja kak, aku akan mengatasi orang-orang seperti itu di masa depan! " jawab Linggar dengan rasa percaya diri yang berlebihan.

Rafael : "....."

Mendengar jawaban Linggar membuat bibir Rafael berkedut, Linggar sungguh memberikan jawaban omong kosong seperri itu!

Apanya yang dapat menghafal sekaligus, dia sungguh menaikkan level sebagai pembual di tingkat tertinggi.

Rafael lalu berdiri dan mengambil sebuah buku yang berada di rak buku di atasnya dan meletakkannya di atas meja.

Melihat tindakan Rafael yang tiba-tiba, hati Linggar merasakan bahaya, membuat tubuhnya menjadi tegang seketika.

"Seorang jenius sepertimu tidak akan memiliki masalah dalam menghafal buku ini, selesaikan dan pelajari buku ini. Setelah kamu memahami keseluruhan isinya tanpa kesalahan, kamu bisa keluar untuk bersenang-senang! "

BUM... Perkataan Rafael bagaikan bom nuklir yang menghancurkan setiap inci tubuh Linggar.

Sebelum Linggar dapat mencerna perkataan Rafael, dia sudah berjalan kembali ke tempatnya semula. Memgambil laptopnya dan melangkah ke arah pintu.

Tepat Rafael akan keluar, dia berbalik dan melihat ke arah Linggar yang masih termangu.

" Ingat untuk menghafalnya, jangan keluar sebelum kamu selesai! " perintah Rafael lalu menutup pintu.

" Aaaa... Sial, dia pasti sengaja melakukannya. Dia hanya ingin membalas dendam padaku, meskipun aku ini adik kandungnya sendiri.! Dasar keji! " Teriak Linggar dengan frustasi setelah mencerna perkataan Rafael.

Sebelumnya Linggar berusaha menghindari krisis tekanan dari ayah dan kakeknya. Mereka berusaha menjadikannya sebagai seorang tentara, namun Linggar sangat membenci yang namanya kerja keras.

Dia tidak bisa membayangkan dirinya yang di paksa untuk di siplin di dalam kamp pelatihan, dia masih ingin bersenang-senang dengan bebas.

Untuk kuliah di luar negeri saja sudah membuatnya hampir gila, bagaimana mungkin dia akan menjadi tentara yang penuh dengan keterbatasan.

Linggar akhirnya memiliki sebuah ide, dia mengatakan kepada ayah dan kakeknya, bahwa dia hanya ingin menjadi seorang pengusaha, sama seperti kakanya Rafael.

Dengan kemampuan membualnya yang di luar nalar, dia berusaha meyakinkan ayah dan kakeknya dengan iming-iming bahwa dia akan menjadi lebih sukses dari kakaknya, Rafael!"

Dan setelah ratusan sumpah palsu yang terucap dari bibirnya untuk benar-benar serius di bidang ini, ayah dan kakeknya pun melepaskannya pergi, namun tidak lupa memberikan ancaman yang kejam jika Linggar menipu mereka.

Ancaman itu bahkan tidak terlalu di perdulikan oleh Linggar. Toh dirinya adalah darah daging mereka sendiri, tidak mungkin mereka akan membunuhnya bukan? mungkin saja!

Itulah mengapa Linggar berakhir di ruang baca ini, kakek dan ayahnya secara langsung meminta Rafael untuk mengajarinya.

Namun setelah melihat tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja, lalu buku yang baru saja di berikan oleh Rafael yang tebalnya luar biasa, membuat Linggar merasa berada di alam neraka yang lebih buruk di banding menjadi seorang prajurit.

_____________________________________________________

Siang itu Rafael kembali ke kediamannya sendiri, sudah tiga hari Rafael meninggalkan Indah di rumah.

Memikirkan Indah yang tengah hamil mudah, Rafael membawah beberapa vitamin dan suplemen yang dapat membantu pertumbuhan janin.

Sesampainya dirumah, Rafael langsung menuju ke kamar Indah untuk melihat keadaan Indah. Seperti yang dia duga, Indah hanya duduk diam di depan jendela sambil menatap ke arah langit yang cerah.

Dia terlihat memikirkan sesuatu, Rafael sama sekali tidak mampu menebak apa yang di pikirkan gadis itu saat ini.

Mendengar suara langkah kaki, membuat Indah berbalik dan melihat ke arah Rafael datang.

Ekspresi Indah sedikit terkejut, namun dia segera menenangkan dirinya. Indah merasakan perasaan yang aneh saat melihat kedatangan Rafael, membuat dirinya memegang perutnya tanpa sadar.

Gerakan dan perubahan kecil saat Indah menatap dirinya tak luput dari perhatian Rafael.

" Bagaimana kabarmu? "Tanya Rafael lembut sembari ikut duduk di samping Indah.

Indah memalingkan wajahnya dan menjawab, " Baik-baik saja. " Indah terlihat tenang di luar, namun sesungguhnya dia tengah berfikir keras saat ini. Haruskan dia memberitahu Rafael tentang kehamilannya atau tidak?

Di malam itu, Rafael telah memaksa dirinya untuk melakukan hal itu. Indah bahkan tidak menyangka bahwa dirinya akan hamil setelah melakukannya sekali saja.

Meskipun dia tidak mencintai Rafael, namun dia juga tidak membenci bayi yang ada di kandungannya. Indah takut Rafael akan menyuruhnya untuk menggugurkan bayi itu.

Rafael dapat melihat rasa bimbang di wajah Indah

" Kamu sedang memikirkan apa? " tanya Rafael sekali lagi, bahkan nadanya menjadi semakin lembut.

Indah tidak menjawab pertanyaan Rafael, dia hanya menunduk dan berkutat dengan fikirannya sendiri.

Meskipun dia takut Rafael menyuruhnya untuk menggugurkan bayi itu, namun Rafael tetaplah ayah dari bayinya, dia berhak tau tentang keberadaan bayi ini.

Rafael tidak memaksa Indah untuk menjawab pertanyaannya, mungkin Indah masih merasa tidak nyaman sejak kejadian bersama Linggar waktu itu.

Beberapa saat kemudian, Indah sepertinya telah membuat keputusan. Indah mengangkat kepalanya dan berbalik ke arah Rafael.

" Ada yang ingin kuberitahukan kepadamu! "