webnovel

Kebelet Nikah : Sekuel Pernikahan Kontrak

Alexi Denzel, pria berumur 27 tahun kaya dan mapan membuatnya sempurna di mata setiap orang. Hanya saja dia belum pernah mendekati lawan jenisnya. Wanita. Menurutnya wanita itu cukup memuakkan dan memiliki prinsip sama seperti sang Ayah yaitu suka kerja namun semua berubah ketika dirinya bertemu dengan Asia Wynne, gadis berumur 18 tahun yang berbeda dari wanita kebanyakan.

LittleGirl_25 · Urban
Not enough ratings
51 Chs

Kemarahan Alexi

"Dasar pencari kesempatan! hapus fotonya!" seru Asia seraya hendak merampas ponsel Alexi namun dia kalah cepat malah tubuhnya menabrak dada sang suami karena kehilangan keseimbangan.

Alexi segera menangkap namun kemudian tertawa terbahak-bahak. Asia tersipu malu. Sebagai ganti dia memukul dada Alexi dengan sangat kuat tetapi suaminya itu tetap saja tertawa dan memeluk tubuh Asia.

Mereka kemudian berjalan-jalan lagi. Kadang-kadang mereka makan es krim atau berputar berkeliling sebab bosan. Tak terasa hari sudah larut malam, biang lala menjadi wahana yang mereka naiki untuk melihat indahnya panorama malam di ketinggian.

Pemandangan indah tentu saja langsung diabadikan oleh pasangan yang baru menikah itu. Keduanya langsung turun dan menuju hotel tempat mereka akan menghabiskan malam pertama. "Alexi, sehabis ini kita mau ke mana?"

"Ke hotel."

"Hotel?" Tiba-tiba tubuh Asia menegang. Alexi menyadari hal tersebut sebab mereka tengah bergandengan tangan.

"Kau bercanda bukan?"

"Asia ini sudah malam. Sudah saatnya beristirahat." Alexi kemudian membuang napas.

"Kau masih takut ya soal ritual malam pertama?" Asia mengangguk spontan.

"Asia, bukankah kita sudah membicarakan hal ini. Kita tak akan melakukannya kecuali kau siap sendiri, aku juga tak mau memaksamu. Sudah jangan takut lagi." Meski sebenarnya agak berat, Asia pun mengikuti keinginan Alexi dan berjalan menuju mobil milik sang suami.

Tak berapa lama mereka akhirnya tiba di hotel. "Nama Tuan?"

"Alexi Denze. A-L-E-X-I D-E-N-Z-E-L."

"Baik nama Anda ada dengan paket bulan madu?" Mulanya Alexi dan Asia berpandanga dan secara ragu Alexi membalas dengan ucapan ya.

"Ini kuncinya Tuan. Selamat bersenang-senang." Koper mereka lalu diangkut oleh salah satu pegawai menuju kamar yang akan mereka tempati.

Di dalam lift Asia mulai bisa menjernikan pikiran. Seharusnya dia tak usah takut sebab Alexi dan dia telah membuat perjanjian jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Malam ini tidak akan terjadi sesuatu. Asia sudah bisa tersenyum namun begitu dia beserta Alexi masuk, senyuman di bibir gadis itu mendadak menghilang.

Baik Alexi mau pun Asia mereka berdua termangu menemukan hamparan bunga mawar dengan bentuk hati di atas ranjang sedang lilin beraroma berada di setiap sudut ruangan. "Alexi, katanya kita tak akan melakukannya. Kenapa kamar kita seperti ini?" tanya Asia mulai kesal.

"Sabar Asia, mungkin ini yang disebut paket bulan madunya. Tidak akan terjadi apa-apa Asia, sebaiknya kau mandi dulu biar aku menunggu di sini."

Asia membuang napas berat. "Lalu kita apakan semua ini?"

"Kita tidak perlu melakukan apa-apa kamu cukup mandi dan kita tidur. Oh iya kita belum makan malam aku akan menyuruh pegawai hotel untuk membawakan kita makanan."

Gadis itu hanya mendengar lalu masuk ke dalam kamar mandi. Makanan datang ketika Asia mssih berada di dalam.Setelah Asia selesai barulah Alexi mandi. Selagi menunggu Asia memakai pakaian dan mengatur makanan.

Koper yang mereka bawa pun menjadi sasaran pekerjaan dari Asia. Dia sampai tak menyadari Alexi telah menyelesaikan mandi lalu mendekat. "Wah istriku selain cantik dia juga rajin." ucap Alexi tiba-tiba sembari mengelus rambut Asia.

Asia hampir saja membalas namun begitu memandang penampilan Alexi, Asia kontan berteriak dan menutup sepasang matanya. "Kenapa kau menutup matamu? Apa penampilanku bermasalah?"

"Ka-kamu telanjang dada! Pergi ganti pakaian di kamar mandi." Alexi tertawa.

"Asia, kita ini suami istri. Tak apa-apa kalau kau melihat tubuhku. Aku seksi bukan?" Sambil menutup mata Asia menggeram kesal.

"Pokoknya kamu harus masuk ke kamar mandi. Cepat!"

"Baiklah." Asia terus menutup matanya dan membuka matanya saat terdengar suara kenop pintu kamar mandi di tutup. Dia pun membuang napas.

Tak berapa lama mereka makan malam bersama. Sesekali Asia menatap Alexi yang memusatkan konsentrasi pada makanan. "Sayang, jangan menatapku seperti itu. Nanti kalau aku menerkammu bagaimana?"

"Menerkam? Kenapa?"

"Karena wajahmu manis sekali. Minta dipeluk." Asia langsung memberikan jitakan keras di kepala Alexi. Dia benar-benar kesal sekarang.

"Jangan selalu menggodaku!" Asia cepat-cepat menghabiskan makanan lalu memisahkan diri dari suaminya yang masih mengaduh kesakitan.

"Kau mau ke mana?"

"Cari udara segar. Sumpek kalau di sini terus." balas Asia ketus.

"Jangan lama-lama ya. Ini sudah malam."

"Iya aku juga tak turun ke bawah." Asia keluar dan berjalan menuju lift. Datanglah dua orang yang juga menunggu lift. Terhirup aroma alkohol yang menandakan kalau dua orang di sampingnya tengah mabuk.

Gadis itu melirik sebentar memandang pada pria dan wanita yang tampak lunglai. Pria yang gemuk itu kemudian memandang pada Asia. Dijilatnya bibir tebal miliknya sembari sepasang mata menelusuri tubuh Asia yang terkesan seksi.

Jika dilihat sepintas Asia terlihat lebih segar ketimbang pelacur yang dia bawa. "Permisi Nona, apa kau sendiri di sini?" tanya pria itu.

Asia melirik sekilas kemudian menggeleng. "Ada seseorang yang bersamaku."

"Dan di mana dia?"

"Sedang di dalam kamar."

"Oh apa kau juga bekerja sebagai PSK di sini?" mata Asia membulat. Dia langsung menoleh sekali lagi pada pria itu dengan tatapan murka.

"Maaf?"

"Berapa kau dibayar? Aku membayar kau dua kali lipat asal kau mau bersamaku." ucap pria itu dengan senyuman yang mengerikan. Asia yang melihat senyumannya saja merinding sempurna.

"Maaf aku tak mengerti maksudmu,"

"Sudah jangan berpura-pura, aku tahu kau itu wanita murah--"

Bugh!

Pria itu langsung terpental jatuh karena pukulan telak dari Alexi. Sepasang matanya berkilat sekarang tak seperti biasanya. "Jangan pernah menghina istriku, dasar tua bangka yang mesum!"