webnovel

Kebangkitan Sang Putri

Fan Huanran, gadis sederhana telah difitnah oleh seseorang, mengakibatkan dirinya harus menerima hukuman dari pangeran kedua. Pada saat jiwanya melambung jauh, tangan seputih salju menangkapnya dan membawanya kembali. Apa yang akan terjadi setelahnya?

Hotaru00_ · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Berubah

Gadis yang sebelumnya jatuh tersungkur di lembabnya tanah pelan-pelan membuka mata, hal yang pertama ia rasakan adalah tubuhnya yang lemas dan seperti remuk serta kilasan-kilasan memori yang bergerak di kepalanya.

"Ouch...." ia menjerit tertahan, setiap gerakan serasa menghancurkan tulang kecilnya.

"Aaih... Apa yang dilakukan gadis ini pada dirinya?" ia memijat lehernya yang pegal di gelapnya ruangan ini.

Gadis yang berada dalam tubuh Huanran adalah Lian Xuanlin, di abad-20, Xuanlin adalah kelinci percobaan ilmuan gila yang menempatkan organ manusia pada robot, begitu pula sebaliknya, Xuanlin meninggal setelah gagal organ seperti sepuluh temannya yang lain.

Xuanlin masih memperhatikan sekitar sebelum pintu dibuka dan masuklah gadis kecil dengan suara yang sama kecil dan halus.

"Ranran, apa kamu baik-baik saja?" tanya gadis itu dengan wajah pucat, ia berjongkok, tangannya memegang nampan berisi makanan.

"Meimei?" tanya Xuanlin ragu setelah mencari ingatan Huanran tentangnya. Dia adalah teman dekat Huanran.

"Ayo makanlah," Meimei tidak menghiraukan ucapannya dan ia menerima nampan Meimei dan mulai makan sembari terus mencari ingatan Huanran.

"Apa ada yang sakit, apa pangeran Yuwen terlalu keterlaluan padamu?" Meimei memeriksa tubuh Huanran, membuat Xuanlin pusing karena terlalu terburu-buru.

"Aku tidak apa-apa Meimei," jawab Xuanlin untuk menenangkan gadis ini, ia mengambil makanan dengan hati-hati karena fisik wanita ini sangat buruk.

"Tapi... Ranran, apa kamu melakukannya?" Xuanlin mengernyitkan dahi, satu ingatan melintas yaitu adegan sebelum Huanran diseret Yuwen kesini.

"Apa kamu percaya?" tanya Xuanlin dingin, Meimei terkejut dan menggeleng cepat.

"Tentu saja tidak, kamu sangat mencintai pangeran, kalian saling mencintai, bagaimana bisa kamu menyakitinya," Xuanlin dapat mengingat Yuwen menarik rambut Huanran, itu membuatnya marah.

"Sialan, anjing kotor itu sama sekali tidak mendengarkannya," Meimei terkejut, Huanran tidak pernah mengumpat orang lain.

"Ah, Ranran, ayo minumlah air ginseng ini," Meimei menyodorkan mangkok berisi air yang segera ditegak habis olehnya.

"Meimei, ayo bantu aku keluar dari sini," ajak Xuanlin, ia ingin mandi sesegera mungkin karena tubuhnya yang lengket.

"Ampun, tapi pangeran tidak memperbolehkanmu keluar,"

"Apa, anjing itu mengatakannya?!"

"Siapa yang kamu panggil anjing?" didepan pintu berdiri pria tinggi dengan tatapan tajam melihat Xuanlin, tidak salah, dia adalah Yuwen, segera Xuanlin menatapnya dengan ekspresi membunuh.

"Apa perlu aku tegaskan? Bahkan Meimei tau sampai hati terdalam siapa anjing itu," Yuwen mengernyit, Huanrannya tidak pernah seperti ini dan selalu lemah lembut.

"Huanran kamu..." tunjuk Yuwen dengan wajah gelap.

"Apa, mau bilang apa padaku, bukankah aku mengatakannya dengan benar? Anjing yang selalu mengikuti nafsu sendiri." jawab Xuanlin tegas. Yuwen terperangah, dia bukan Huanran yang selama ini ia kenal.

"Ampun, ampuni kami pangeran kedua, Ranran tidak bermaksud," Meimei segera bersimpuh dihadapan Yuwen.

"Meimei, apa yang kamu lakukan?" tanya Xuanlin dengan wajah datar, ia segera memegang lengan gadis kecil itu untuk berdiri dan mereka keluar dari ruangan.

"Mau kemana kamu?" tanya Yuwen menahan lengan Xuanlin.

"Sakit... Lepaskan," tidak heran, kultivator sekelas Yuwen memang punya energi yang besar alih-alih mereka hanya berniat memegang saja.

"Kamu tidak boleh meninggalkan paviliun ini." perintah Yuwen dengan wajah gelap.

"Oh, lalu kamu mau melihatku mati esok pagi?" wajah Yuwen berubah sedikit.

"Baiklah, tapi setelah ini kamu harus bertemu denganku. Jangan berharap keluar dari area kerajaan."

"Cih, aku tidak punya salah apa-apa untuk takut padamu, jangan berpikir aku akan sepengecut itu." jawab Xuanlin ketus. Mereka melangkah menjahui paviliun.

"Ranran, jangan seperti itu pada pangeran kedua," Meimei mengingatkan.

"Memang hal apa yang akan aku dapatkan kalau aku mengabaikannya, dasar anjing kotor tidak berguna."

PLAK....

Xuanlin memegang pipi kirinya yang berdenyut sakit, tiba-tiba seorang wanita datang dan menamparnya.

"Pelacur, apa itu sudah bisa membuatmu sadar akan posisimu?" tanya gadis dengan suara melengking dan bersikap genit.

"Putri kelima, apa maksudmu?" tanya Xuanlin masih menahan diri.

"Hah, apa maksudku?! Apa jalang sepertimu punya otak pendek?"

"Jangan coba-coba mengukur kesabaranku putri kelima, atau aku akan membuatmu malu seumur hidup." jawab Xuanlin dengan tatapan dingin menusuk yang membuat putri itu merinding.

"Kamu jalang!" putri itu berbalik dengan arogan, pergi menjauh dari mereka berdua.

"Cih, wajah seperti pelacur apa yang mau dibanggakan?" gumam Xuanlin, ia mengajak Meimei pergi menuju paviliun mereka.