Namaku Tabe Kazuya. Aku seorang Otaku, jika ada yang tidak terima dengan hobiku ini, ya kuabaikan saja, yang terpenting ini bisa menghiburku. Hari-hari dimana aku bisa menikmati kesendirianku mulai terganggu oleh seorang siswi bernama Nagasawa Chinatsu, dia mulai menjadi duri dalam daging dan parasit dalam tubuhku. Dia populer memiliki banyak teman dan banyak siswa yang menggilainya karena dia cantik? Cantik menurut mereka, kalau bagiku dia hanya serpihan beban. Jam pelajaran pertama selesai kuhanya membaca komik yang terbit tiap minggu. Aku sudah membacanya sampai dua kali, tapi karena kusuka jadi tidak akan pernah bosan.
Dak!
Dia datang mengeprak meja, memamerkan bekal/bento kepadaku. Menunya hanya telur dadar gulung. Dia sepertinya tidak bisa masak penampilan juga sedikit hangus.
"Kazuya, ini kubuatkan khusus untukmu, loh."
Dia bodoh mencoba akhrab denganku, padahal sudah kuhina sebagai lacur. Memang terdengar kejam tapi mau bagaimana lagi?
"Ini apa bisa di makan? Kamu sepertinya tidak bisa masak."
Dia mengembungkan pipi kelihatan kesal dengan ucapanku. Abaikan saja si Chinatsu, lebih baik pergi dari kelas mencari tempat yang sepi. Dia menarik lengan kemeja sekolah yang kupakai, dengan cubitan. Dia tersenyum sambil mengulurkan bento yang dia pegang.
"Bento itu tidak bisa di makan."
"Issh!"
"Chinatsu!"
"Ada apa Tatsuya?"
Siswa yang entah siapa namanya, ia tersenyum lebar. Dia cukup populer di sekolah ini karena semua siswi melihatnya berbeda, tapi aku tidak peduli. Mereka berdua mengobrol dengan akhrab, ini adalah kesempatan bagiku untuk pergi. Chinatsu memanggil dengan nyaringnya sampai bisa dikatakan suaranya itu sangat berisik dan tidak tahu malu.
Sepulang sekolah ketika membuka loker untuk ganti sepatu, aku melihat secarik kertas di atas sepatuku. Aku membaca isi surat itu sangatlah mengesalkan bukan isi surat yang romantis yang membuatku kesal tapi nama pemilik suratnya 'Chinatsu.'
"Menjijikan."
***
( Sudut pandang Chinatsu. )
Namaku Nagasawa Chinatsu, seperti biasanya hari-hari aku selalu membosankan, dan tidak ada kegiatan. Ketika aku hampir mati bosan munculah murid baru bernama Tabe Kazuya, laki-laki bersikap dingin seorang Otaku akut, maniak komik dengan cerita romantis lebay.
Dia sangat pendiam pertama kali masuk, ia sudah bisa membuatku penasaran. Tampan, kulit putih sama denganku, terus sikapnya acuh tapi sayangnya itu loh, dia itu Otaku. Otaku jenis manusia pencinta gambar 2 dimensi singkatnya film kartu.
Aku mengintipnya sedang membuka loker. Dia membaca suratku tanpa ekspresi yang membuatku kesal kupikir dia akan senang percuma ada tulisan bahasa inggris 'i love you.'
Stalker mungkin sekarang itu julukan yang menjijikan, tapi abaikan saja karena rasa penasaran melebihi segalanya bagi para gadis SMA sepertiku. Setiap dia memalingkan wajah ke belakang, aku bersembunyi seperti detektif yang mencurigai pelaku pembunuhan, nah perumpamaannya seperti itu. Kazuya, si Otaku yang pendiam kini sedang berdiri di halte ia tidak duduk malah sibuk membaca komik.
Taph.
"Kyaaakk!"
"Hah!"
Aku menutup mulutku walau terlambat, Tatsuya mengejutkanku menepuk pundak secara tiba-tiba. Tatsuya menghela nafas saat aku bercerita karena penasaran dengan Kazuya yang selalu menyendiri setiap hari, sampai-sampai aku berniat mendekatinya.
"Chinatsu, sudahlah ayo kita pulang."
"Ssstt, diam! Eh, bisnya datang ayo ikuti dia!"
"Hah! Ikuti dia?!"
Aku dan Tatsuya mengikuti Kazuya, dari naik bis sampai melewati perumahan hingga apartemen rumah miliknya. Rumah yang biasa saja lebih tepat dikatakan sederhana. Tatsuya terus saja mengajakku agar cepat pulang. Aku pun menurut lagipula aku sudah tahu rumah Kazuya.
"Apa kamu menyukainya? Sampai jadi penguntit?"
"Eh, aku cuma penasaran."
"Alasannya apa?"
Tatsuya seperti pacarku saja, dia bertanya sampai seperti itu? Dia temanku kita lumayan dekat dan aku sering menolaknya. Lagi-lagi dan berulang-ulang kali kata, aku sayang, cinta padamu, jadilah kekasihku itu saja yang aku dengar dari Tatsuya. Dia sudah aku tolak entah sudah berapa kali, tapi ia tetap sama seperti itu tanpa bosan, aku saja sampai bosan dengarnya.
***
( Sudut pandang Tatsuya. )
Namaku Masashiro Tatsuya, aku anak tunggal dikeluargaku, namun memiliki adik angkat bernama Masashiro Karina, rambut berwarna coklat mirip dengan ibuku jadi tidak ada yang tahu kalau Karina sebenarnya adik angkat.
Di ruangan makan yang lumayan luas, aku bersama Karina sedang menikmati makan malam. Ayah dan Ibuku mereka sibuk dengan kerjaan sebagai pengusaha besar yang terpandang. Masashiro adalah keluarga yang mewarisi kekayaan yang luarbiasa dan aku bangga dengan semua itu. Aku memang anak yang beruntung dan bersyukur tidak sombong dengan yang keluargaku miliki sekarang. Karina sibuk dengan bacaannya setelah menyelesaikan makan malam dan membereskan semuanya. Dia suka yang namanya Anime, aku sedikit suka dan pilih-pilih jika menonton anime.
"Kenapa kamu sedih begitu?"
"Ceritanya menyetuh sekali."
"Hah, coba aku lihat!"
Aku membaca komik dengan adikku, yah ceritanya lumayan sedih karena tokoh utama laki-laki selalu ditolak tokoh utama wanita. Aku jadi ingat semua kejadian saat ditolak Chinatsu hampir 40 kali aku ditolaknya.
Masuk kamar untuk beristirahat lebih baik meninggalkan adikku dengan hobinya. Dan aku di sini memikirkan Chinatsu dengan cintaku padanya. Aku heran sejak kapan Chinatsu tertarik dengan Kazuya? Biasanya dia selalu mengabaikan semua siswa di sekolah sampai aku teman yang dekat dengannya pun dapat hal yang sama walau tidak separah yanglain. Harapanku sekarang agar Chinatsu tahu kalau aku ini serius. Aku sudah pakai segala cara sampai dasar hatiku, tapi semua hasilnya sama saja 'maaf Tatsuya,' kata itu selalu terngiang di telingaku dengan jelas.
***
Pagi menyambut Kazuya dengan hangatnya. Siswa itu siap bergegas untuk berangkat sekolah, namun saat pintu rumah dia buka. Siswi cantik bersurai hitam, tersenyum sangat manis dengan lambaian tangan menyapa pagi Kazuya. Kazuya menghela nafas berat dan mengunci pintu, dia pergi seakan tidak ada sosok Chinatsu di dekatnya.
"Kazuya! Pagi ini indah lho!"
"Ya..."
Tabe Kazuya memasukkan tangan kiri ke dalam saku celana. Dia membaca komik dengan serius sementar Chinatsu memasang ekspresi cemberut karena baru pertama kali diabaikan seorang laki-laki. Padahal Chinatsu sangat populer, pria dewasa yang melihatnya langsung jatuh cinta padanya.
"Hah, kamu kenapa bisa tahu rumahku?" pertanyaan terlambat Kazuya.
"Udah sampai halte baru ditanya!"
"Ha?"
"Malah, ha!"
'Dia marah,' kata batin Kazuya.
Bis berhenti di halte, Kazuya masuk ke dalam bis diikuti dengan Chinatsu yang tanpa basa-basi ikut duduk disamping Kazuya, dengan ekspresi kesal.
Kazuya sedikit tersenyum ketika Chinatsu melihatnya, Chinatsu terlihat senang dan bersandar di pundak seperti sepasang kekasih dan dibalas dengan menjauhkan jarak kepala Chinatsu dari pundak Kazuya.
"Kamu berat."
"Be-berat katamu?"
"Ya..."
'Mana mungkin aku berat?' kata batin Chinatsu sambil berekspresi cemberut.