Angin pagi berhembus masuk dari balik tirai pintu balkon. Zura hendak menarik selimut disampingnya dengan mata tertutup, tapi ketika dia merasa sangat perih di daerah selangkangannya, dia langsung membuka matanya dengan spontan. Dia baru ingat kejadian tadi malam yang sangat panas dan hampir membunuhnya karna sangking sakitnya.
Dengan cepat Zura terduduk sambil meringis kesakitan. Matanya menyapu keseluruh ruangan kamar itu untuk mencari sosok pria yang seenak jidat menidurinya tadi malam. Dia ingin marah, tapi mengingat sensasi sakit bercampur kenikmatan tadi malam membuatnya malu karna menikmatinya juga.
Tak mau membuang-buang waktu, Zura berusaha berdiri dengan jalan sedikit mengangkang karna selangkangannya perih. Dia mengutip bajunya di lantai dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak mungkin dengan keadaan acak-acakan dia kembali ke perkemahan.
Zura melihat pemandangan dirinya di cermin, sangat berantakan, dan banyak bekas cumbuan yang merah kebiruan. "Bagaimana aku kembali dengan leher yang penuh dengan hasil lukisan abstrak lidah pria itu..." Ucapnya frustasi.
Zura memegang payudaranya dan mengamati puting susunya yang berubah. Awalnya puting itu sedikit masuk kedalam, tapi karna mulut dan lidah nakal Kin membuat puting itu nimbul dan menonjol dengan sempurna.
"Dia menghisap putingku seperti dia ingin mencabut puting ini dari tempatnya." Kata Zura lagi. Tapi sedetik kemudian dia kaget melihat jari-jarinya yang dilingkari cahara biru seperti milik Miyi, kakak seniornya.
"Apa ini? Sudah kuduga ini semua pasti saling berhubungan." Tak mau berlama-lama lagi mengamati diri, Zura memutuskan untuk membersihkan dirinya cepat dan segera kabur karna dia merasa semuanya mulai tak wajar.
________
Selesai membersihkan diri, Zura langsung hendak keluar dari kamar Kin yang sangat harum. Harumnya membuatnya betah. Dia membuka pintu kamar itu dan langsung ingin berteriak kesenangan karna tidak di kunci.
"Akhirnya.." Ucapnya legah.
Kepalanya keluar terlebih dahulu untuk melihat situasi, ketika dia merasa aman dan tidak tampak tanda-tanda keberadaan seseorang, dia langsung keluar untuk mencari jalan keluar.
"Wah.." ucapnya ketika melihat interior rumah yang luar biasa.
Zura berjalan dengan sedikit berlari, dia harus cepat kembali ke perkemahan karna pastinya Essi dan yang lainnya sibuk mencarinya.
Tapi, dia merasa usahanya melarikan diri sia-sia karna sedari tadi dia kembali ketempat yang sama. Setiap kali dia masuk ke tikungan ruangan dan masuk lagi, dia kembali ketempat yang sama padahal dia merasa dia tidak berjalan memutar.
"Perasaan aku sudah 6 kali kembali ketempat ini. Aneh." Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya pegal.
"Kau tidak akan bisa keluar darisini kalau bukan yang membawamu masuk yang mengeluarkanmu." Ucap seseorang yang berhasil membuat Zura terperanjat kaget.
Zura membulatkan mata ketika melihat sosok berbeda yang tak kalah tampan dari Kin. Sosok bernama Neo Galen itu berdiri cool sambil bersender di tembok. Tangannya ia masukkan ke saku celana sambil mentap Zura tajam. Mata itu membuat isi dada Zura meleleh.
"Si..siapa kau?" Tanya Zura gugup bercampur aduk dengan takut.
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau bisa berada disini?"
"Aku diseret paksa pria bajingan kesini, aku bersumpah akan memukulnya kalau bertemu lagi. Tolong bantu aku keluar." Kata Zura sambil menyatukan telapak tangannya tanda dia benar-benar memohon.
"Kau lihat itu?" Tunjuk Neo ke arah dinding tak jauh dari mereka.
Zura mengangguk mengiyakan.
"Warna dan gambar apa dinding itu?"
"Warna biru kristal dengan lambang aneh yang tidak kumengerti." Jawab Zura bingung.
"Sudah kuduga kau bukan manusia biasa. Manusia biasa tidak bisa terjebak disini dan mungkin hanya akan melihat dinding berwarna putih polos disana. Pantas saja aku mencium bau makanan lezat pagi-pagi."
Zura menghela napas frustasi. Lagi, dia mendengar bau makanan lezat, dia tidak mengerti maksudnya apa, yang ada di kepalanya pria didepannya itu dan pria yang tadi malam adalah sosok mesum yang menginginkan tubuhnya.
Zura hendak melangkah pergi tapi tiba-tiba tubuhnya di tarik dan di senderkan ke dinding dengan paksa. Harum tubuh Neo membuatnya terkesima.
"Kau perlu menemui Kin agar bisa keluar, aku tau kau ditandai Kin sebagai peliharaannya."
"Peliharaan dengkulmu. Kau pikir aku binatang? Kin itu siapa?"
"Aku mau bantu jika kau memberiku sarapan."
Zura menarik napas panjang, rasanya dia hampir gila karna terjebak di situasi yang persis di film-film, seolah dia sedang terjebak di dunia fantasi dan bertemu dua pangeran tampan yang aneh.
"Jangan bilang kau mau meniduriku seperti yang dilakukan pria berengsek tadi malam."
Neo menggeleng pelan, dia menarik dagu Zura dan langsung menempelkan bibirnya di bibir lembut gadis itu. Zura hendak melepaskan bibirnya, tapi Neo langsung melumat bibir itu dengan lembut dan lihai. Tak bisa apa-apa, dengan pasrah Zura menerima ciuman itu.
Neo melepaskan ciumannya, wajahnya jauh tampak lebih segar, begitu juga sebaliknya dengan Zura, dia jadi mendadak lemas. Rasanya tenaganya di kuras abis.
"Berbaliklah." Perintah Neo.
Zura mengerutkan keningnya bingung. Tapi mau tak mau dia harus menurutinya.
Setelah Zura berbalik, Neo langsung mendorong Zura kedinding. Zura sempat kaget dan memejamkan matanya, karna dia yakini akan berciuman dengan dinding. Tapi sedetik kemudian dia merasakan dirinya memasukin tempat lain.
Zura mengintip sebelum membuka mata. Didepannya merupakan pemandangan perpustakaan dengan rak-rak buku yang menjulang ke atas sampai batas mata memandang.
"Tempat apa ini?" Tanya Zura kaget. Dia cepat-cepat berbalik dan tidak mendapati Neo lagi dibelakangnya. "Wah.. sepertinya aku dimasukkan ke dunia lain..."
Zura mengerutkan kening ketika dia mendapati ada seseorang yang duduk sambil membaca buku di sudut ruangan. Dia mencoba mendekatinya, semakin dekat wajah seseorang itu semakin jelas.
"Kau membawaku kesini, lalu meniduriku, kemudian meninggalkanku tanpa memulangkan aku kembali. Apa kau gila?" Ucap Zura langsung ketika yang ada dihadapannya itu adalah Kin.
Kin menutup bukunya pelan, dia langsung menatap Zura. Bulu matanya yang sangat lentik membuat Zura mendadak kehabisan napas karna tatapan itu.
Kin melirik jari-jari Zura untuk melihat tanda kepemilikan yang sudah melingkar di jari-jari gadis itu. Setelah ini dia bisa tau dimanapun Zura berada, sekalipun gadis itu bersembunyi di lubang semut.
"Jangan menatapku seperti itu. Cepat antarkan aku kembali ke perkemahan. Tempat macam apa ini, bahkan tak ada satupun pintu menuju keluar."
Kin bangkit dari duduknya. Dia menghampiri Zura dan langsung mendekatkan hidungnya di bibir gadis itu, Zura refleks menjauh.
"Pria seperti apa yang menciummu tadi?" Tanya Kin.
"Darimana kau tau aku habis dicium?"
"Kenapa kau tidak menjawab dulu sebelum kembali bertanya?"
Kin menarik Zura agar mendekat, lalu dia mengangkat gadis itu agar duduk di atas meja.
"Jangan lakukan hal-hal yang macam-macam lagi padaku. Kau sudah memperkosaku tadi malam dan membuatku hampir mati merasakan sakitnya. Aku membencimu.. kalau aku hamil, kau harus bertanggung jawab." Kata Zura sedikit mendorong tubuh Kin agar menjauh.
Tak memperdulikan perkataan Zura, Kin melepaskan kancing baju Zura satu persatu, tentunya dengan perlawanan yang keras dari Zura.
Melihat Zura terus menerus membuat gerakan perlawanan, mau tak mau Kin menghembus ke arah wajah Zura sehingga gadis itu mendadak tak berdaya.
Kin tersenyum tipis melihat Zura yang mendadak diam. Kin menyikap bra Zura sehingga payudara berbentuk bulat dan berisi itu terpampang jelas dihadapannya.
Kin menyentil puting Zura sebelum melahap payudara milik gadis itu dengan lembut. Zura hanya bisa menggigit bibir bawahnya ketika merasakan lidah Kin menari-nari diatas payudaranya dan sesekali merasakan mulut kecil milik Kin menarik-narik putingnya dengan nikmat.
"Aku menyukai puting ini. Tadi malam aku melihatnya masih malu-malu dan sedikit bersembunyi, sekarang dia menonjol dan menantang, seolah sudah siap kapan saja."
"Emmmh." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Zura ketika Kin menghisap payudaranya seperti bayi yang kelaparan dengan satu tangannya yang memanjakan payudara yang satunya.
-----------