webnovel

Piring-piring telah dicuci dan ditempatkan di rak piring agar kering.

Zhang Xiaotong mematikan keran, melepas sarung tangan dan menyeka tangannya. Terlihat dua lesung pipi kecil di sudut bibirnya seakan-akan ia telah mengerjakan sesuatu yang luar biasa.

Saat keluar dari dapur dan melihat Liu Zilang duduk di sofa, Zhang Xiaotong merasa bingung untuk beberapa saat. Refleks, ia menundukkan kepalanya untuk mengambil ponsel.

Liu Zilang, yang sedang duduk di sofa, melihat Zhang Xiaotong dan sejenak ragu.

Namun, melihat ekspresi acuh tak acuh yang ditunjukan padanya, dia tidak tahan untuk tidak bertanya, "Siapa Shangshan Xiaxiang? Teman sekelasmu?"

Mendengar pertanyaan Liu Zilang, Zhang Xiaotong menoleh dan mengedip keheranan.

Lalu, ekspresinya seketika berubah dan tubuhnya langsung bereaksi dengan mengambil ponselnya dari meja.

Zhang Xiaotong menyalakan ponselnya dan melihat sekilas sebelum perlahan-lahan menurunkan tangannya. Dia menyentakkan kepalanya, mengepalkan tangannya dan menatap Liu Zilang penuh amarah.

Upss!

Begitu kata-kata itu terucap, Liu Zilang merasakan ada sesuatu yang salah juga.

Namun, karena sudah terlanjur, dia hanya mampu menelan pil pahit dan menjelaskan, "Aku tidak bermaksud mengintip. Saat kau meninggalkan ponselmu di meja untuk mencuci piring, sebuah pesan muncul dan aku tidak sengaja…"

Jelas sekali Zhang Xiaotong tidak memercayainya dan terus menatap Liu Zilang. Dia lalu bertanya dengan nada marah, "Kau… Apa hakmu untuk melihat-lihat ponselku?"

"Ah… Aku bilang aku tidak mengintip… itu tidak sengaja… Artinya sebuah kebetulan."

Liu Zilang menggaruk kepalanya dan membalas tatapan kesal Zhang Xiaotong. Dia hanya mampu mengangkat bahunya. "Lagipula, aku hanya melihat ponselmu karena aku peduli denganmu."

"AKU! TIDAK! BUTUH! ITU!"

Zhang Xiaotong memelototi Liu Zilang, dan membentaknya kata demi kata.

Setelah itu, dia bergegas ke kamarnya.

Melihat reaksi Zhang Xiaotong, Liu Zilang segera menjawab, "Hey! Xiaotong jangan pergi… Siapa Shangshan Xiaxiang? Biar kuberitahu, tidak ada lelaki baik-baik zaman sekarang, kau jangan mau…"

DAR!

"Dibodohi…" kata terkahir Liu Zilang terhenti oleh pintu yang dibanting tiba-tiba.

Bocah ini, mengapa dia tidak mengerti maksudku?

Menatap kosong pada pintu yang tertutup, Liu Zilang menggaruk kepalanya frustasi. Lalu tiba-tiba, ia teringat sesuatu.

Ya, benar!

Dia belum mencari tahu tentang identitas Shangshan Xiaxiang!

Meski Zhang Xiaotong menolak laki-laki ini di QQ, dia punya andil dalam hal ini juga.

Namun, bagaimana jika anak itu benar-benar teman Zhang Xiaotong di kehidupan nyata, bisa teman kelasnya, kakak kelas, atau mungkin siapa...

Seperti kata pepatah, 'wanita yang baik takut dengan tekanan dari pria'. Begitu dia menyerah, dia akan menangis.

Saat memikirkan tentang hal itu, Liu Zilang segera berdiri dari sofa, berjalan ke depan pintu Zhang Xiaotong dan mengetuk pelan. Dia berkata dengan suara rendah, "Xiaotong, ini salahku. Aku tidak seharusnya melihat ponselmu. Aku menyadari kesalahanku. Buka pintunya dan beri kakak kesempatan untuk minta maaf, oke?"

Hening, tidak terdengar suara apa pun dari kamar.

"Xiaotong?"

Tetap hening ...

"Xiaotong-chan?"

Dengan suara 'duk', sepertinya sebuah bantal atau sesuatu yang mirip dilemparkan ke arah pintu dari dalam kamar.

Kaget, Liu Zilang melompat lalu menyeka hidungnya sebelum akhirnya kembali ke sofa ruang tengah.

Dia berpikir, 'Mungkin bocah ini masih sangat marah. Mungkin sekarang bukan saatnya'.

Duduk di sofa, dia melamun. Matanya lalu tidak sengaja melihat satu foto yang terbingkai di samping televisi.

Di dalam bingkai itu adalah foto keluarga yang diambil tiga tahun lalu saat Zhang Xiaorong dan ibu tirinya baru saja tinggal di sini.

Saat itu, Liu Zilang masih 'pecandu internet' berusia empat belas atau lima belas tahun. Dia diseret ke luar dari warnet oleh ayahnya untuk dapat mengambil foto keluarga ini.

Dia berpose dengan tangan menyilang di depan dadanya, terlihat tidak senang ke arah kamera.

Sementara Zhang Xiaotong adalah gadis kecil yang lemah lembut dan cantik, yang terlihat malu-malu memegang tangan ibunya. Dia berdiri menyamping dengan memiringkan kepala kecilnya mencoba untuk melirik ke arah Liu Zilang.

Melihat foto itu, hati Liu Zilang menjadi tenang kembali. Mata sipitnya semakin terlihat hanya seperti garis.

Shangshan Xiaxiang?

Beraninya kau berpikir macam-macam tentang adikku!

Bocah!

Tamat riwayatmu!

Setelah mandi, ia kembali ke kamarnya.

Sambil berbaring di tempat tidur, Liu Zilang meraih ponselnya dan membuka QQ. Dia lalu mengetikkan "Shangshan Xiaxiang" pada pencarian teman.

Hasil pencarian menampilkan beberapa orang, tapi tidak ada avatar yang dapat ia kenali.

Tampaknya ada yang salah!

Sementara, ketika dia mencoba mengingat-ingat, Liu Zilang menepuk dahinya tiba-tiba!

Amarahnya membuat dia bertingkah konyol!

Dia mengulangi lagi mengetik, Shangshan Xiaxiang dengan karakter yang berbeda.

Menekan tombol 'cari'.

Hasil pencarian berganti dan muncul sejumlah nama. Liu Zilang melihat satu per satu dan akhirnya menemukan gambar profil yang dia kenali.

'Tambahkan sebagai teman.'

Dia mengirim pesan, "Hai, boleh kenalan denganmu?"

Akun yang Liu Zilang gunakan adalah akun kedua. Setelah mengubah beberapa detil, gambar profilnya saat ini adalah gadis lucu dari sebuah anime dan jenis kelamin juga berganti menjadi perempuan. Username yang digunakan untuk akun tersebut tertulis 'Intracloud Mei'.

Setelah menambahkan sebagai teman, Liu Zilang menaruh ponselnya ke tempat tidur.

Karena permintaan pertemanan baru dikirim dua menit yang lalu, siapa sangka suara notifikasi ponsel itu akan terdengar?

Kau telah berhasil menambahkan sebagai teman!

Apa-apaan, cepat sekali!

Liu Zilang tercengang beberapa saat sebelum selanjutnya mengumpat dalam diam.

Sekali lihat dan dia sudah bisa katakan bahwa orang ini bukan orang baik-baik!

Tenang, tenang…

Pertama, dia perlu mendapatkan kepercayaan dari anak ini lalu bicara.

Liu Zilang mencoba merenungkannya sejenak. Menahan rasa jijiknya, dia mengetik, "Halo kakak, melihat gambar profilmu, sepertinya kamu suka anime juga."

Lawan bicaranya cepat menjawab, "Ya, apakah kamu seorang gadis kecil?"

Liu Zilang melanjutkan, "Benar, benar! Aku lihat alamatmu tadi dan kau berasal dari Jianghai juga. Kakak, ini pasti takdir."

Liu Zilang adalah lelaki normal, jadi jelas sekali dia tidak memiliki pengalaman menggoda seorang pria.

Jika itu orang biasa, kalimat tadi pasti membuat orang berhati-hati tentang kemungkinan ini adalah penipuan internet.

Namun, orang ini tidak terlihat normal.

Melanjutkan pesan Liu Zilang, dia benar benar membalas bahwa dia merasa ini pertemuan yang sudah ditakdirkan pula.

Takdir? Bukan masalahku!

Liu Zilang sudah mengabaikan rasa tidak nyamannya dan larut dalam obrolan dengannya.

Namun, dia menyadari bahwa lawan bicaranya tiba-tiba menjadi waspada, dan menolak untuk memberikan info yang benar.

Setelah beberapa saat, lawan bicaranya tiba-tiba menyebutkan bahwa akan ada konvensi anime dan video game 'firefly'. Karena keduanya berada di Jianghai, mereka dapat bertemu dan bertukar pikiran tentang anime.

Sial, bertemu secepat ini?

Apakah anak-anak zaman sekarang seserius ini?

Liu Zilang agak kebingungan sekarang.

Namun jika dia pikirkan kembali, sebenarnya tidak apa bertemu. Saat tiba waktunya, semua akan menjadi jelas dengan bertanya.

Jika 'keadaan sebenarnya' membolehkan, mungkin dia bahkan bisa menahan anak itu dan memukulinya!

Tetapi ketika dia baru saja akan bertanya di mana 'firefly' dan bagaimana detil pertemuan itu… Sebuah permintaan Video Chat muncul dari lawan bicaranya.

Sial!

Liu Zilang panik seketika.

Jika hanya telepon, dia mungkin dapat mengelabuinya dengan alat pengubah suara.

Tapi cara yang sama tidak berlaku dengan video.

Bahkan jika dia berdandan dengan baju wanita, Liu Zilang tidak akan pernah bisa berubah menjadi gadis imut seperti layaknya yang dilakukan oleh pria-pria kekar di internet.

Tidak bisa menjawab!

Liu Zilang memutuskan untuk menolak.

Lawan bicaranya tidak menyerah, dia meminta untuk video chat kembali.

Sekali lagi, tolak!

Setelah dua kali permintaan, lawan bicaranya kembali tenang.

Sembari merenungkan baik-buruknya untuk menyalahkan 'antusiasme' seseorang, dia perlu mencari alasan untuk si lawan bicara.

Namun, saat sebuah pesan terkirim, sistem menampilkan 'penerima bukan lagi temanmu!'

Terhapus!

Sialan! Orang macam apa dia ini!

Liu Zilang kesal sejadi-jadinya sampai-sampai dia tertawa karena keputusasaannya. 'Bertekad', pikirnya, 'tapi jangan sampai aku melihatmu di konvensi 'firefly' besok, jika bertemu, itu akan mejadi masalah bagimu!'