webnovel

Badai di atas badai

Pada musim kemarau ke dua, Ticha sedang tumbuh mekar. hari-harinya tak lagi sunyi. Ia nampak bahagia setelah tiga minggu menjalin asmara dengan si Filman pria amburadul yang tak paham aturan hidup.

"selamat pagi"? sapa Ticha melalui via telepon. Ticha tampak gelisah campur khawatir akan perubahan Filman dua hari belakangan. "maaf, dua hari ini aku sibuk mengikuti latihan kompetensi tanpa memberitahumu terlebih dahulu" jawab Filman santai.

Ticha adalah gadis temperamen yang tak segan-segan mengakhiri apa pun. "kau tahu? hampir lima jam Aku menunggu kabarmu di samping kampus tiga hari lalu" balas Ticha dengan nada kecewa. Filman pria tak waras namun cerdik, setiap kata yang diucapkannya mampu membunuh amarah Ticha. "aku salah" balasnya santai.

usai sarapan, Ticha meninggalkan ruang makan lalu masuk kamar untuk membereskan kembali pekerjaan yang tidak beres semalam suntuk. Ticha nampak lelah atas semua beban hidup yang kadang tak masuk akal.

menjadi Mahasiswa adalah tuntutan bagi Ticha. " jika bukan karena keluarga, ku sudahi saja perjuangan ini" pekik Ticha dalam hati. Ticha si mungil berbibir merah itu sesungguhnya sangat tegar namun, Ticha tak jarang tumbang dalam soal percintaan.

derrrr...derrrr.. ponsel Ticha bergetar. " hai Cha, siang ini kita ada ujian dadakan, kamu masih ingat materi Minggu lalu kan?" Ivi teman kelas Ticha menelepon. "A, a, Aku..anu..aku, tidak menyimak" suara Ticha terbata bata.

nampaknya Ivi paham apa yang dialami Ticha. tanpa perduli ia segera memohon pamit untuk mematikan obrolan telepon mereka.

matahari sudah naik setengah tiang. Ticha membersihkan diri lalu berangkat. sesampainya di gerbang kampus, Ticha nampak kebingungan. entah apa yang dipikirnya. bagi Ticha, tak ada pembahasan yang lebih masuk akal lagi selain memperjelas hubungannya dengan pria yang jauh darinya itu.