Apa yang dimaksud Fu Hansheng dengan itu semua? Apa dia jauh-jauh datang kesini hanya untuk memarahiku?
Kurasa tidak demikian.
Aku menstabilkan diri lalu berkata dengan suara rendah, "Aku kira kamu ada di sini karena Jiang Yu, Jangan sampai kita membuat lelucon. Jika tidak kita berdua akan menanggung malu."
Aku ingin mendorongnya menjauh, tetapi cengkraman lengan itu menjadi semakin kuat. Hampir seperti memenjarakanku di pelukannya.
Br*ngsek!
Fu Hansheng mengerahkan kekuatannya lalu berkata dengan suara tenang, "Mantan kekasihmu menabrakku. Ini belum berakhir!"
Aku mengangkat kepalaku dengan marah, "Apa urusannya denganku jika dia menabrakmu? Tolong lepaskan."
Fu Hansheng meniup telingaku, "Kenapa? Apakah kamu memiliki kekuatan untuk menantangku sekarang? Jiang Ran, kamu akhir-akhir ini jadi semakin berani."
Ketika dia selesai mengatakan itu, aku hampir diseret olehnya ke koridor kosong.
Dalam cahaya redup, matanya seperti air di musim gugur. Aura dingin yang biasa sudah hilang, sekarang menampilkan pesona yang memabukkan.
Tapi aku sedang tidak ingin mengaguminya, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
Fu Hansheng berkata, "Membantumu membalikkan keadaan."
Sebelum aku tahu apa maksudnya. Fu Hansheng sudah mengambil tindakan, dia menggigit leherku.
Aku terkejut dan mulai mendorongnya dengan kedua tangan. Tapi dia malah menggigitku lebih keras.
"Fu Hansheng! Kamu gila!"
Dia menggigitku tidak keras tapi juga tidak lembut. Lalu bibirnya bergerak dengan bebas di dadaku.
Binatang buas! Ini namanya kekerasan!
"Jika kamu menjadi gila seperti ini, aku tidak berkewajiban untuk bekerja sama denganmu… Sshh…"
Gigitan terakhirnya jatuh di daun telinga kananku, aku pun menyipitkan mata karena kesakitan.
Pada akhirnya, dia menatapku dengan puas. Seolah-olah dia mengaggumi hasil pekerjaan yang telah dia buat.
Sudah terlambat untuk menutupinya, karena di sekitar tulang selangkaku, ada cupang ekstra mempesona di mana-mana. Sementara itu, di ujung lain koridor, aku mendengar ibuku memanggilku.
Pikiranku menjadi kosong selama beberapa detik.
Fu Hansheng kembali ke penampilannya yang kejam dan tanpa perasaan. Pakaiannya tampak rapi. Di sisi lain, aku seperti baru terbangun dari mimpi lalu berjalan keluar dengan wajah terbakar.
Tatapan panasnya tadi sudah menghilang, hanya menyisakan kedinginan.
"Jiang Ran, hari ini adalah pesta pertunangan Xiao Yu. Kamu berpakaian seperti ini, apa berniat untuk mencuri perhatian? Dan juga, bagaimana bisa kamu mendapatkan cupang di lehermu? Apa kamu tidak tahu malu?!" Orang yang berbicara itu adalah ayahku, Jiang Xu.
"Oh, aku bahkan tidak punya kebebasan untuk berpakaian. Jiang Yu yang bertunangan, dan aku tidak punya kewajiban memainkan peran pendukung untuknya."
Meskipun jantungku masih berdetak liar, tetapi aku masih memiliki banyak kekuatan untuk memarahi orang.
"Bagaimana kamu bisa tidak menghormati ayahmu sekarang!" Nenek tiba-tiba masuk, Jiang Yu menopang wanita tua itu dengan wajah penurut.
Nenek menatapku tegas, kemudian tersenyum pada Fu Hansheng, "Hansheng juga ada di sini. Kamu adalah orang yang sibuk, harusnya kamu suruh Jiang Ran saja yang datang. Akan terlalu merepotkan untukmu jika harus bolak-balik."
Kata-katanya menunjukkan bahwa aku tidak bisa apa-apa. Ibuku mengernyit mendengar itu.
"Bu, Ranran biasanya sibuk di kelas. Dia harus menyiapkan rencana pelajaran dan ujian. Dia tidak sebebas yang kamu bayangkan."
Nenek melanjutkan dengan kejam, "Aku baru mengucapkan beberapa patah kata kepada Jiang Ran, tapi kamu sudah merasa tidak suka? Kamu terlalu memanjakannya. Jika kamu tanya padaku, dengan temperamen seperti ini, aku takut dia akan dipukuli di rumah mertuanya. Jika bukan karena Jiang Xu ada di belakangnya, dia tak akan bisa hidup dengan sangat nyaman!"
Ibuku tidak berani membantah ibu mertuanya, tapi aku berbeda.
Aku hanya berkata, "Kenapa itu menjadi atas nama keluarga Jiang? Semua warisan yang ditinggalkan oleh kakek dan nenekku diserahkan kepada ibuku. Itu adalah properti pra-nikah, dan Villa itu juga masih atas nama ibuku. Orang lain bilang itu adalah rumah keluarga Jiang, tetapi kamu harusnya kamu menyadari kenyataan yang sebenarnya, kan."
Wajah nenek menggelap karena marah. Wajah ayahku juga tidak baik. Jika ini terjadi di Villa keluarga Jiang, aku rasa dia akan langsung memukulku dengan tongkat.
Bagaimana dia bisa begitu sopan? Aku mendengus dengan jijik.
"Ranran jangan bicara lagi."
Ibuku memelototiku, dan Jiang Yu mulai menunjukkan sisi baiknya lagi. Dia berusaha menenangkan suasana, "Kak, nenek tidak bermaksud begitu. Jangan diambil hati."
Jiang Yu menatapku, matanya yang penuh kewaspadaan seakan tunduk padaku.
Dibandingkan dengannya, aku tampak galak dan jahat.