Putih bintang berkelip di gelap malam. Bulan pun memekarkan cahaya merkuri temaramnya di antara awan-awan yang berkepul dan bersembunyi di balik rimbun cahaya redupnya.
Lelaki berambut senja itu bangun dari kursi. Setelah tak sanggup lagi menahan hasut dingin yang bermanja di kulitnya yang menipis.
Ia sudah begitu lama mengembara jauh dari usia lama. Tubuh itu kini tak lagi bertenaga, sebab telah menyerahkan diri terhadap renta. Sebagaimana engsel pintu yang menyerah kepada karat.
"Aku akan bermimpi indah malam ini." katanya menekan saklar, memadamkan lampu. Lantas berlabuh ke tempat pembaringan, sekaligus laut yang akan melayarkan mimpi yang berulang terpanggil dalam igaunya.
Detik dalam kaca arloji terus berdetak menjadi ritme klasik pengantar bagi istirahat tubuhnya yang hanya tinggal menunggu waktu untuk abadi.