webnovel

Kalkulasi Cerita Nostalgia

Sekarang bukanlah waktu untuk merefleksikan kembali takdir kelam yang sudah begitu lama terkubur dingin. Bukan juga merupakan alasan yang tepat untuk menulis riwayat atau silsilah indah yang tertanggal agar kembali utuh seperti awal mula. Cinta tak ubahnya hanya sebentuk osmotaksis yang mudah menguap, lalu meninggalkan jejak seperti debu yang hinggap pada bingkai kaca di bilik jendela. Hilang tak berarti ganjil, kembali tak berarti berbalik genap. Mampukah ia menghadirkan cerita baru yang bahagia dengan takdir yang telah terpaut di garis tangannya?

Lucky_Damara · Urban
Not enough ratings
2 Chs

Prolog

Putih bintang berkelip di gelap malam. Bulan pun memekarkan cahaya merkuri temaramnya di antara awan-awan yang berkepul dan bersembunyi di balik rimbun cahaya redupnya.

Lelaki berambut senja itu bangun dari kursi. Setelah tak sanggup lagi menahan hasut dingin yang bermanja di kulitnya yang menipis.

Ia sudah begitu lama mengembara jauh dari usia lama. Tubuh itu kini tak lagi bertenaga, sebab telah menyerahkan diri terhadap renta. Sebagaimana engsel pintu yang menyerah kepada karat.

"Aku akan bermimpi indah malam ini." katanya menekan saklar, memadamkan lampu. Lantas berlabuh ke tempat pembaringan, sekaligus laut yang akan melayarkan mimpi yang berulang terpanggil dalam igaunya.

Detik dalam kaca arloji terus berdetak menjadi ritme klasik pengantar bagi istirahat tubuhnya yang hanya tinggal menunggu waktu untuk abadi.