webnovel

Kebohongan

Something always brings me back to you

It never takes too long

No matter what I say or do

I'll still feel you here 'till the moment I'm gone

You hold me without touch

You keep me without chains

I never wanted anything so much than to drown in your love

And not feel your reign

Set me free, leave me be

I don't want to fall another moment into your gravity

Here I am, and I stand

So tall, just the way I'm supposed to be

But you're on to me and all over me

Oh, you loved me 'cause I'm fragile

When I thought that I was strong

But you touch me for a little while

And all my fragile strength is gone

Set me free, leave me be

I don't want to fall another moment into your gravity

Here I am, and I stand

So tall, just the way I'm supposed to be

But you're on to me and all over me

I live here on my knees as I try to make you see

That you're everything I think I need here on the ground

But you're neither friend nor foe though I can't seem to let you go

The one thing that I still know is that you're keeping me down

You're keeping me down, eh ooh

You're on to me, on to me, and all over

Something always brings me back to you

It never takes too long

Gravity by Sara Bareilles

Sepanjang lagu itu di suguhi permainan piano yang terdengar damai di telinga. Dentingan-dentingan piano halus dan mendayu semakin membuat para pendengar terpikat dengan keindahan lagu tersebut, Bagai menemukan bintang yang akan membawa pulang saat berlayar di tengah lautan luas.

Suara manis dari Eugene, Suara serak halus dari Linzy dan Suara tinggi dari Hannah melengkapi lagu ini dan membuatnya sangat luar biasa.

Semua orang yang menonton mereka bersorak setelah nyanyian itu selesai, Hannah, Linzy dan Eugene menunduk hormat pada orang-orang yang maju dan memberikan uang receh pada mangkok plastik milik mereka.

"Terima kasih," ucap mereka bersama-sama.

Tanpa mereka sadari seorang laki-laki sedang menatap mereka dari kejauhan dengan senyuman tipisnya, ia pun mendekat dan menyimpan uangnya seperti orang-orang lainnya.

Anak laki-laki berseragam sekolah yang ternyata adalah Ardo itu mencoba berbicara dengan mereka "Aku suka penampilan kalian," pujinya.

"Terima kasih," ucap mereka kembali.

"Kenalkan namaku Ardo Lim." Ardo dengan ramah memperkenalkan dirinya.

"Salam kenal namaku Linzy Schovia," sapa Linzy.

"Hannah Emillie," lanjut Hannah.

"Eugene Karina," lanjut Eugene.

"Kenapa kalian tidak mengamen didepan sekolahku saja disana lebih ramai dan lebih banyak orang aku jamin pendapatan kalian lebih banyak juga," tawar Ardo.

Itu memang kemungkinan besar benar, apalagi didepan sekolah tempat Aarun dan Ardo menimbah ilmu begitu luas serta ada taman yang selalu ramai dikunjungi orang-orang.

Eugene memperhatikan seragam sekolah beralmamater coklat muda tersebut ia sangat yakin jika laki-laki ini satu sekolah dengan lelaki yang akhir-akhir ini sering mengganggunya.

"Kalian tahu kan SMA Zervard, kalian bisa naik bus sampai disana sekitar 20 menitan," jelas Ardo.

"Ah... di bus juga kalian bisa mengamen kan," lanjutnya.

"I...iya kau benar," kata Linzy.

Hannah, Eugene dan Linzy saling melirik satu sama lain, mereka sepertinya bertemu orang aneh lagi, Ardo memang seperti itu ia selalu memikirkan orang hingga lupa memikirkan diri sendiri.

"Ardo ayo berangkat." setelah mendengar namanya dipanggil oleh mamanya, Ardo segera pamitan.

"Jangan lupakan tawaranku ini, aku pergi dulu, bye...". Pamit Ardo melambaikan tangannya dengan ceria.

"Ardo sudah mama bilang dimobil saja kan," kata mamanya setelah mendapati anaknya yang sudah hilang dalam mobil padahal ia hanya singgah sebentar membeli sesuatu ditokoh perabotan rumah tangga diseberang jalan.

"Bosan ma," ucap Ardo.

"Bosan apanya cuma 10 menit kok," elak mamanya.

"10 menit apanya, bahkan sudah 30 menit," tekan Ardo seraya melihat jam ditangannya.

Matanya membulat setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:50 "Ma.. cepat jalankan mobilnya aku sudah terlambat!"

"Apa! Baiklah" mama Ardo segera menjalankan mobilnya.

Ardo hanya bisa memijit kepalanya "Andai saja aku naik bus bersama Aarun saja pasti tidak akan telat," gumamnya kesal.

****

"Aarun sendirian aja." Ken yang melihat Aarun jalan sendirian memasuki gerbang sekolah mencoba menyapanya.

Aarun terus berjalan tanpa menghiraukan Ken, Ken mengerti jika Aarun tidak ingin berbicara apapun lagi pada mereka setelah kejadian kemarin namun ia penasaran mengapa Aarun sampai marah segitunya.

"Hei Aarun!" Panggilnya mencoba berjalan lebih cepat.

"Ah kau benar-benar, kau marah karena kejadian kemarin hah!" Ken meninggikan suaranya hingga beberapa siswa yang lewat meliriknya.

"Aarun! Dengarkan seniormu bicara!" Kesalnya melihat Aarun makin menjauh.

Ardo yang baru keluar dari mobil ibunya melihat Ken yang kembali mencoba mengganggu sahabatnya tersebut, setelah pamitan ia segera menyusul Aarun agar Ken tidak mengganggu Aarun lagi.

Namun tetap saja Ken tidak menyerah, ia menarik lengah kanan Aarun hanya untuk melihatnya "Aarun ayo kita bicara" ucapnya.

Ardo juga menarik lengan kiri Aarun agar tidak pergi bersama Ken membuat Ken geram "Hei Ardo jangan ikut campur"

"Kita bicara disini saja waktunya 2 menit," ujar Aarun yang kini menyilangkan tangannya di perutnya mencoba mendengar penjelasan Ken.

"Baiklah, kau marah soal kemarin kan, aku hanya ingin tahu kenapa kau marah padahal cuma hal sepele seperti itu"

Aarun tidak percaya dengan apa yang ia dengar, apanya yang sepele mereka baru saja menakuti perempuan dan lebih parahnya mereka mau merusak perempuan-perempuan itu dimana letak sepelenya.

Aarun menarik kerah Ken dengan sangat kuat "Kau pikir itu hal sepele hah! Kau dan temanmu memang brengsek," tekannya.

Ardo yang menyadari satpam sekolah sedang memperhatikan mereka menghentikan aksi Aarun "Sudahlah, kita masuk ke kelas sekarang," ucapnya seraya menarik Aarun menjauhi Ken.

Aarun dan Ardo langsung duduk di kursi mereka setelah sampai dikelas, Ardo sedari tadi sudah gatal ingin bertanya pada Aarun soal apa yang telah terjadi kemarin, ia penasaran dan tahu jika ia telah dibohongi.

"Jadi apa yang terjadi kemarin Aarun?" Tanyanya.

"Aku jalan dengan mereka," jawab Aarun datar.

"Sudah kuduga memang ada yang aneh kemarin, terus apa masalahnya?" Tanyanya lagi.

"Mereka membawaku kerumah perempuan -"

"P-perempuan!" Kaget Ardo.

"Jangan putuskan bicaraku bodoh!"

"Baiklah... terus terus?" Ardo makin penasaran.

"Mereka mengganggu perempuan-perempuan itu dan parahnya," Aarun tidak sanggup untuk melanjutkannya.

"Parahnya apa?" Ardo makin penasaran.

"Si Vino brengsek itu mencium salah satu perempuan itu dengan paksa, mereka benar-benar membuatku muak hingga aku memukul Vino sampai babak belur," jelas Aarun.

Ardo menganga mendengar penjelasan Aarun "Kau kenal perempuan-perempuan itu?" Tanya Ardo.

"Tidak, aku baru melihat mereka," jawab Aarun.

"Kasihan sekali pasti perempuan yang dicium oleh si Vino itu mengalami trauma," gumam Ardo.

Aarun berbalik menatap Ardo, ucapan Ardo benar, pasti gadis itu sangat trauma, ia kembali memikirkan gadis itu, apa yang sekarang gadis itu lakukan, jika ia ingat lagi nama gadis itu adalah Hannah.

Apa Aarun harus memastikan Hannah baik-baik saja, ia ingin berbicara dengan Hannah tapi ia takut jika Hannah akan takut kepadanya karena Hannah pasti mengira jika dirinya bersekongkol dengan Vino dan teman-temannya.

****

"Awas saja si Aarun itu," gumam Vino seraya memegangi pipinya yang membiru.

"Anak itu kuat juga sampai membuat bibirmu harus dijahit seperti itu," ucap William yang sedari tadi memperhatikan luka Vino.

"Ayahku saja tidak pernah memukulku separah ini, tunggu saja jika waktu istirahat tiba aku akan menghajarnya," kesal Vino.

"Hei... sudahlah itu malah memperburuk keadaan, nanti kita malah berakhir di ruang BK," Ujar Yuda memperingati temannya agar tidak berbuat masalah disekolah.

"Dari mana saja kau Ken?" Tanya William setelah melihat Ken masuk kelas dan duduk diantara mereka.

"Dari rumahlah memangnya dari mana lagi" ketus Ken.

Ken memperhatikan luka Vino dan ia tahu pasti teman-temannya sedang membicarakan soal kejadian kemarin.

"Aku ketemu Aarun tadi digerbang sekolah," ucapnya tiba-tiba membuat semua temannya berbalik kearahnya.

Mereka masih terdiam menunggu Ken berbicara "Dia benar-benar sombong haha." Aura Ken menampakkan kekesalan yang teramat dalam.

"Jadi kau menyapanya?" Tanya Vino.

"Ya, aku berpura-pura melupakan semuanya namun ia malah tidak ingin berbicara denganku, kalian mau tahu kenapa aku melakukan itu?" Tanya Ken dan dianggukkan oleh teman-temannya.

"Karena aku penasaran mengapa ia sangat marah, dia tidak mengenali siapa gadis-gadis itu namun dia bertingkah sok pahlawan. Cih dasar menyebalkan" jelas Ken muak.

Yuda menghela napasnya "Jadi sekarang kita apakan anak itu?"

"Kita buat hidupnya hancur," Jawab Vino yang sudah gelap mata.

Next chapter