Di sebuah tempat makan yang memang sudah Siska booking untuk merayakan keberhasilan atas misi pertama yang para anggotanya.
Begitu meriah mereka merayakan penuh dengan canda tawa namun terlihat hanya Tia yang seperti tidak begitu menikmati tidak seperti di awal ia yang sangat antusias sekali merayakan keberhasilan ini, bukan hanya Siska yang menyadari akan hal itu tapi Jenny juga menyadarinya hanya saja memang dia tidak akan nampak memperhatikannya karena memang ekspresi wajahnya selalu datar dan dingin.
"Heii Tia apakah kau menikmati pesta kita ini hehe", tanya Siska pada Tia mencoba membuat ia lebih menikmati pesta daripada menutupi hal yang ia renungkan.
"Ohh iiyaa komandan tentunya yeayy haha", jawab Tia namun tetap tidak akan bisa membohongi seorang Siska.
"Oh begitu mari kita lanjutkan minumnya dan habiskan makanannya juga jangan sampai kita lewatkan malam ini dengan sia-sia", ujar Siska dengan meriahnya sampai merangkul Rizki.
"Heii komandann ini berlebihan sepertinya", ucap Rizki karena terlalu kaku dan tidak enak dengan komandannya.
"Haha kita sedang tidak bertugas Rizki jadi nikmati kemeriahan ini hahaha", jawab Siska sambil terus tertawa.
"Haha kau baper ya kawan hahaha dasar si cemen baperan", lanjut Tia menertawakan Rizki dengan ekspresi lucunya.
"Ia cukup mahir menyembunyikan kesedihannya tapi mataku tidak bisa di bohongi, ternyata sedih karena sosok pria hmm dasar", gumam Jenny tanpa sadar mengaktifkan kemampuan matanya karena ia merasa komandan dan yang lainnya tidak menyadari itu.
Baru beberapa saat Jenny melihat Tia ia terkejut melihat sosok pria yang ada di pikirannya Tia sekilas memancarkan sebuah cahaya kecil di matanya hingga membuat Jenny tak sengaja menyenggol gelas miliknya hingga terjatuh.
Sedikit penjelasan untuk kemampuan Jenny yang dimana ia adalah sisa anak dari suku legenda yang memiliki kemampuan pada matanya dan kemampuan matanya saat ia aktifkan itu dapat membaca pergerakan lawan dan mampu membaca pikiran lawan namun tidak berlaku untuk pikiran yang bisa di kontrol oleh targetnya karena kemampuan itu hanya mampu melihat pikiran orang yang panik, sedih, dan marah.
"Kau harus berhati-hati Jenny nikmati pesta ini dong", tegur Siska dengan senyum yang begitu misterius.
"Airmu tumpah Jenny biar ku pesan lagi ya", ucap Doni lalu beranjak dari tempat duduknya menuju kasir.
"Ahh iya terima kasih aku juga ingin memesan cemilan lagi", jawab Jenny dan beranjak dari tempat duduknya menyusul Doni.
"Apa kau sedang memperhatikan Tia sedari tadi Jenny", tanya Doni pelan.
"Ah tidak aku hanya sedang melamun saja tadi", jawab Jenny
"Ka saya pesan jeruk hangat lagi ya satu dan kopi hitam satu", pesan Doni pada mba-mba kasir.
"Iya ka di tunggu ya", jawab mba kasir itu.
"Ka satu steak panggang dengan saus teriyaki ya", pesan Jenny.
"Ada lagi ka?", tanya mba kasirnya.
"Sudah itu saja ka", jawab Jenny.
"Wahh cukup elegan pesananmu ya Jenny", ucap Doni pelan.
"Apa kau menyadari Tia seperti sedang tidak menikmati pesta ini?", tanya Doni sambil duduk menunggu pesanannya di buat.
"Aku tidak mengetahui itu , semua orang memiliki masalah dan kegelisahannya masing-masing", jawab Jenny pura-pura tidak menyadarinya.
"Haha walaupun kamu begitu dingin dan judes kamu terkadang sangat baik padanya, dan cara bicaramu terhadap tim juga sangat kejam terkadang tapi aku menganggap itu adalah hal benar jadi tak apa", ucap Doni merespon jawabnya dari Jenny.
"Aku tidak suka pujian orang lain, aku bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi yang mengharuskan aku melakukannya", ucap Jenny dingin.
"Iya juga si hehe", ucap Doni.
"Ka ini kopi hitam dan jeruk hangat serta steak panas saus teriyakinya ya ka", ucap mba kasir kepada mereka berdua karena pesanan mereka sudah jadi.
"Baik terima kasih ya ka, ini uangnya", ucap Doni.
"Baik ka ini masih kembali . . . .", belum sempat menyelesaikan ucapannya Doni langsung mengatakan, "ambil saja ka kembalinya anggap saja tip dari saya".
"Wah terima kasih ka, selamat menikmati hidangan dari tempat kami", ucap mba kasir tersebut.
"Terlalu baik pada orang lain hanya menumbuhkan harapan untuk orang lain yang tidak bisa kita wujudkan dan menghasilkan bentuk kekecewaan sendiri", ujar Jenny melihat kebaikan Doni.
"Haha kau sangat kritis ys Jenny", ucap Doni.
"Itu realita", jawab Jenny.
"Semua harapan tidak sepenuhnya menghasilkan kekecewaan tinggal bagaimana kita menghasilkan bentuk harapan itu menjadi sebuah sebab bukan kita jadikan untuk menghasilkan akibat", tambah Doni.
Setelah mereka semua melanjutkan lagi makan dan minumnya tiba-tiba Tia pamit.
"Komandan maaf saya izin untuk pulang karena ibuku sudah mengirimkan pesan".
"Wahh siall kalo kau sudah mengatakan ibu aku tidak bisa membantahnya, yasudah sampai ketemu besok ya Tia hati-hati di jalan", jawab Siska.
"Maaf ya semuanya aku pamit duluan", ucap Tia pada para anggota.
"Yahh hati-hati Tia", ucap Doni.
Tak lama Tia meninggalkan tempat makan itu Jenny pun pamit juga kepada Siska.
"Komandan terima kasih atas pestanya saya pamit", ucap Jenny dingin.
"Heii jadi pulang semua ya", ujar Rizki.
"Doni dan Rizki kau tidak boleh pulang dulu kita masih belum selesai pestanya jangan sia-siakan makanan dan minuman ini karena kalian berdua di asrama jadi tidak ada alasan untuk kalian", tegas Siska sedikit mabuk.
"Iya baiklah Jenny tetap waspada ya", jawab Siska dengan senyum yang penuh makna.
Di perjalanan pulang Tia pulang dengan jalan kaki menyusuri malam yang tidak begitu sepi.
"Kenapa aku justru mengingatnya di saat pesta keberhasilan misi pertama divisi kami", ucap Tia dengan kesal namun berekspresi sedih.
"Kita harus merayakan keberhasilan kamu yang lolol masuk akademi pelatihan menjadi siswa kesatuan keamanan nanti malam"
Ucapan itu adalah milik Tyo mantan kekasihnya yang pernah merayakan akan keberhasilan Tia masuk dan lolos menjadi siswa akademi kesatuan.
"Kenapa komandan mengatakan ucapan yang sama persis dengan Tyo", gumam Tia lagi di sepanjang perjalanan.
"Ambisi balas dendamku tidak akan pernah sirna aku tidak peduli apa pun aku akan selalu membencinya di saat kenangan indah muncul", ujar Tia.
Tanpa di sadari Tia sedari tadi Jenny mengawasinya dengan penuh kehati-hatian dan mendengar semua gumaman dari Tia.
"Jika ia bersedih karena mengingat kenangan bersama mantan kekasihnya lantas kenapa ia harus memaksakan diri untuk ambisinya balas dendam", gumam Jenny.
"Dan yang terpenting siapa mantan kekasihnya itu apakah ia juga salah satu dari suku yang sama sepertiku atau dari suku lain yang memiliki kemampuan yang sama sepertiku dan kakak atau yang tadi itu hanyalah sehuah kilatan cahaya", ucap Jenny bertanya-tanya dengan apa yang ia dengar dan ia lihat dalam pengelihatannya.
Tak sadar Jenny mengikuti Tia hingga dekat dengsn rumahnya namun ia tak menyadari bahwa Tia telah menyadari bahwa ia di ikuti setelah memasuki gang pertama menuju rumahnya.
Saat Jenny ingin meyembunyikan diri tiba-tiba Tia berkata dengan sangat menakutkan. "Sejak kapan kau mengikutiku hei?".
"Hah apa dia menyadarinya", ucap Jenny bertanya-tanya.
Tiba-tiba sebilah belati melesat menuju Jenny dan saat itu Jenny menyadari belati itu dan menghindar hingga belati itu tertancap tepat di samping wajahnya.
"Kemampuan apa itu", ujar Jenny sedikit panik.
Saat Tia mencoba mengejarnya Jenny sudah pergi melarikan diri dan saat Tia tiba dia hanya mendapati belatinya yang menancap di tembok.
Lalu Tia pun beranjak pulang ke rumahnya dengan berlari.
"Tok. . . Tok"
"Ibu Tia pulang", ucap Tia sambil mengetuk pintu dan memanggil ibunya.
"Iya nak sebentar", jawab ibunya.
"Anak ibu sudah pulang gimana hari ini pekerjaanmu nak?", tanya ibunya setelah membukakan pintu dan menyuruh anaknya masuk.
"Sungguh melelahkan ibu",
"Ibu Tia ingin mandi air hangat lalu istirahat ya bu", ucap Tia dengan nada kekanak kanakannya.
Di luar Jenny masih berdiri melihat kediaman Tia,
"Aku salah menilainya ternyata , aku tak menyadari bahwa kemampuannya itu sudah sangat jelas terjadi di depan mataku selama 2 kali", ucap Jenny.
Tak lama handphone Jenny berbunyi dan itu adalah komandannya ysng menghubunginya.
"Heeii Jenny bagaimana apakah kamu sudah mendapatkan informasi tentang partnermu sendiri hehe", ucap Siska di telpon.
"Hah bagaimana kau tahu aku mengikuti Tia??", tanya Jenny bingung karena ia masih berada di keadaan panik saat Tia bertindak serius.
"Tentu saja tidak ada yang aku tahu Jenny, sudahlah kamu pulang dan istirahat karena besok kan kamu akan bekerja", ucap Siska.
"Merepotkan sekali punya komandan sepetimu", ucap Jenny kesal dan ingin mematikan telponnya namun di tahan oleh Siska.
"Hei jangan matikan dilu telponnya",
"Balas dendam terbaik memang hanya dengan menyelaminya kan Jenny hehe", ucap Siska penuh dengan makna dan misterius lalu mematikan telponnya.
"Heii apa maksud . . .", belum sempat Jenny meneruskan pertanyaannya telpon sudah di matikan.
"Aku akan terus waspada untuk mengetahui madu dan racun di divisi ini", ucap Jenny.
Bersambung . . .