23 Chapter 5 [part 3]

Chapter5 [part 3]

"Cih…"

Julio sama sekali tidak bisa memukul, ia hanya terus menghindar, Rio sama sekali tidak memberi kesempatan Julio untuk memukul. Pukulannya yang cepat membuat Julio terpaksa harus menghindar. Julio memgamati pergerakan Rio dan mencoba mencari celah agar bisa membalikan keadaan, namun sampai sekarang, pergerakan Rio sangat sempurna, Julio tidak bisa mencari celah dari pergerakan Rio.

"(Sialan… aku tidak bisa mencari celah…)"

Julio masih terus memgamati pergerakan Rio, kecepatan pukulan Rio tiba-tiba menurun, Julio yang melihat kesempatan itupun langsung melancarkan serangannya, ia menunduk lalu menendang perut Rio.

*Bugh!*

"Ugh… Sialan, kau sengaja membuat ku menyerang mu sampai kehabisan tenaga dan saat kehabisan tenaga, kau menyerang ku."

"Salah sendiri menyerang ku tanpa henti." kata Julio sambil memalingkan pandangannya.

"Dasar pengecut! Menunggu lawan lengah dan langsung menghajarnya, itu tindakan pengecut kau tau!"

"Aku lebih suka menyebutnya strategi."

"(Walaupun sebenarnya tidak kepikiran sampai situ sih.)"

Tiba-tiba salah satu teman Rio pun mendekati Rio.

"Sialan, kau takkan ku ampuni!" kata Teman Rio

"Tunggu! Tahan. Ini adalah pertarungan ku, kau kembali ke tempat mu saja dan menyaksikan pertarungannya."

"Tapi, bos."

"Diamlah dan tunggu perintah."

"I-Iya."

Orang itu pun langsung kembali ketempatnya dan menatap Julio dengan tajam, Julio yang melihat itu hanya bersikap masa bodo dan

fokus pada pertarungannya. Rio langsung berlari dengan cepat dan memukul Julio dengan kuat, Julio tidak sempat menghindar, ia pun menahan pukuluan Rio. Namun, pukulannya terlalu kuat, Julio merasakan rasa yang amat sakit di tangan kirinnya sampai perhatiannya teralih sementara dari pertarungan. Kesempatan itu pun di manfaatkan oleh Rio, Rio langsung memukul rahang Julio. Julio pun terjatuh, Rio mendekati Julio, Julio tidak dapat bangun karena ia masih merasakan rasa sakit pada tangan kirinya dan kini rahangnya.

"(S-Sial..an)"

Rio tertawa puas melihat Julio yang sedang menahanrasa sakitnya, Rio menginjak wajah Julio dengan satu kaki sementara kaki yang satunya di pakai untuk menendang-nendang tubuh Julio.

"Julio!" teriak Bella

Rio yang mendengar suara Bella semakin membuatnya tertawa puas.

"Hiiahahahaha… Lihat! Pahlawan mu kini telah tumbang! Sekarang kau bisa apa? Kau berharap pada kamera? Hahahahahaha… sebentar lagi... kamera itu juga akan hancur!" kata Rio yang berbicara seperti orang kehilangan akal.

"(A-Apa masih kurang?)"

"Hiks… sudah… aku mohon… hentikan!" kata Bella yang merasa tidak sanggup melihat kondisi Julio.

"Ouuw, lucunya. Ayo sekali lagi, aku ingin kau memohon padaku!"

"Hiks… hiks… aku mohon Rio, hentikan ini."

"Kenapa? Apa yang akan aku dapat bila aku menghentikan ini?"

"A-Aku akan memberi apapun untukmu… aku mohon."

"Sungguh."

"(Tidak, jangan!)"

"Iya… jadi aku mohon padamu!"

"Hmm… kalau begitu kemarilah."

"(Tidak!)"

Julio mencoba menggeleng-gelengkan kepalanya, Bella yang melihat itu jadi ragu dan Rio yang sadar kepala Julio bergerak langsung menendang tubuh Julio dengan kuat, Julio terdiam dan menahan rasa sakit pada perutnya.

"Ayo… kemari, kalau tidak… aku bunuh orang ini."

Bella ragu untuk melangkahkan kakinya, ia melirik ke arah Julio, namun Julio hanya menatap Bella, lalu memejamkan matanya. Bella merasa bimbang.

"(Apa rencananya sudah gagal?)"

"Ayo… kemarilah…"

"(Apa yang harus aku lakukan?)"

"Cepat kemarilah!"

"(Julio, Sophie, Herry, Jessica... semuanya.. Maafkan ak—)"

*Wuusshhh*

Sebuah Bola pun melesat dengan cepat ke arah Rio.

*Bagh*

"Uaagh."

Hidung Rio pun berdarah karena bola baseball yang melesat dengan cepat ke arahnya, pandangan Rio sedikit kabur, ia tidak dapat melihat pelaku yang melemparnya.

"Kau! Beraninya… membuat Kakak ku menjadi seperti ini!"

"(Agh… Suara ini?)"

Pandangan Rio lama-lama mulai normal, ia begitu terkejut saat melihat siapa pelaku yang melempar bolanya tadi. Bukan hanya Rio, Semua yang ada di situ pun terkejut dengan kehadiran Chelsea dan teman-temannya.

"Tuan... putri?"

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu, sampah!"

"(C-Chelsea!? Dasar adik bodoh, kenapa dia kemari?)"

"C-Chelsea…"

"Kak Bella diam saja. Latifa, Luna, jaga Kak Bella."

"Ya!"

"Ya!"

Chelsea terlihat sangat marah terhadap Rio karena telah membuat Kakaknya terluka parah. Setiap Chelsea melihat Kakaknya, kemarahan dan rasa benci nya pun bertambah. Chelsea yang biasanya bersikap baik kepada para murid termasuk murid yang bermasalah kini telah hilang. Rasa benci dan amarahnya sudah menyelimuti dirinya, Chelsea tidak akan segan terhadap orang yang menyakiti Kakaknya. Bagi Chelsea, Julio adalah satu satunya harta yang paling berharga dan tujuannya untuk terus hidup. Karena itu, siapapun yang mencoba menyakiti Julio meskipun itu keluarga ayahnya sendiri, ia tidak akan pernah memberi ampun dan rasa kasihan selama Julio tidak menghentikannya. Karena itu... Sekarang… nyawa Rio terancam.

***

"Sialan! Padahal Jessica bilang hanya ada 2 orang, tapi kenapa yang datang ada 5?"

"Diamlah Harry, orang itu pasti memanggil teman-temannya."

"Cih, sialan!"

Harry dan Sophie kini harus menahan 5 orang sekaligus agar tidak bisa menerobos masuk kedalam ruang ganti yang didalamnya ada Jessica yang sedang merekam.

"Cepat serang mereka!" perintah salah satu orang dari mereka**

*bugh*

"Aagh!"

Orang itu di tendang secara tiba-tiba tepat di wajahnya, orang itu pun langsung tidak sadarkan diri.Herry dan Sophie terkejut melihatnya, saat melihat siapa yang menendangnya, ternyata itu adalah...

"Lily!?"

"Lily?"

"Kalian! Jangan berani melukai teman-temanku!"

"Cih! Apa-apaan si cebol ini. Kalian urus kedua orang itu! Aku yang mengurus ini!" Kata orang ke 2.

Ketiga orang itu pun langsung mematuhinya, ketiga orang itu langsung berlari dan memulai serangannya, Herry menangkap salah satu pukulan dan memutar tangannya lalu melempar ke orang di belakangnya, sampai orang dibelakang lawannya itu terjatuh. Sementara Sophie, ia tidak kenal ampun, dalam sekejap orang yang berhadapan dengan Sophie langsung babak belur.

"S-Sophie?"

Sophie pun menoleh karena namanya di panggil, tapi Sophie menendang lawannya hingga terjatuh terlebih dahulu.

"Apa?"

"B-Bukanya itu berlebihan?"

"Ah maaf, aku tidak sengaja."

"(Apa maksudmu tidak sengaja,hah!?)"

"Y-Yah sudahlah lupakan."

"(Dia mengerikan! Seperti iblis!)"

Kedua orang yang terjatuh tadi berdiri kembali dan langsung menyerang Herry dan Sophie, namun Herry dan Sophie dapat menjatuhkannya dengan mudah sampai kedua orang itu pingsan.Sementara orang yang berhadapan dengan Lily hanya melirik kebelakang, ia tampak kesal karena melihat betapa lemahnya teman-temannya.

"Sekarang tinggal kau!" kata Lily.

"Cih!"

*bugh*

Orang itu pun pingsan karena di pukul dari belakang oleh Sophie, Lily yang melihat itu hanya menatap datar kepada Sophie.

"Apa?" tanya Sophie

"Tidak, kau mengganggu!" jawab ketus Lily

"Hmm?"

Sophie terlihat seperti orang yang benar-benar polos, Sophie tidak mengerti dengan perkataan Lily. Padahal, Lily kesal karena diganggu olehnya.

"Kalian ini. Oh iya, kenapa kau ada disini?"

"Yah, tidak sengaja aku mendengar semua rencana kalian."

"Kamu menguping." kata Sophie.

"Ti-Tidak! Aku tidak menguping!"

"Sudahlah, ayo bawa mereka masuk."

Mereka pun membawa ke lima orang itu masuk ke ruang ganti, Mereka mengikat orang-orang itu dengan tali yang sudah di siapkan.

"Untung kita bawa banyak tali." kata Herry sambil tersenyum.

"Yah untunglah, hey Jessica bagaimana keadaan dibawah sana?" tanya Sophie.

Jessica hanya terdiam, ekspresinya terlihat sangat terkejut, Sophie pun menepuk pundaknya.

"Jessica?"

"Waa… ah maaf, a-aku…"

"Ada apa?"

"Lebih baik… lihat sendiri."

Sophie pun mendekati jendela yang ber-gorden, ia membukanya sedikit dan melihat kebawah, ia nampak terkejut siapa yang ada disana.

"Sophie, ada apa?" tanya Herry.

Sophie masih terdiam.

"Sophie?" panggil Lily.

"Dia… Chelsea ada disana."

"Apa!?"

To be continue

===================

avataravatar
Next chapter