Selama satu minggu bergabung di perusahaan Androlux.., Naura mendapatkan banyak pengalaman menarik. Mulai dari teman-teman yang mengasyikkan, lingkungan kerja yang dilengkapi dengan fasilitas yang tidak membosankan.., sampai tawaran bonus di luar salary yang akan mereka terima per bulan. Bahkan baru satu minggu bekerja, Naura sudah berhasil mendapatkan transferan dua kali bonus, karena atasan mengapresiasi cara kerja dan karya desain yang dia hasilkan dengan cepat, dan sesuai dengan fokus customer yang dituju.
"Na.., dipanggil Boss Ridwan tuh.." Irwan memberi tahu Naura jika gadis itu dipanggil manajer divisinya.
"Yapz..., tapi aku tuntaskan dulu kerjaanku." Ivona menjawab tanpa melihat Irwan. Dia tetap fokus dan konsentrasi pada draft desain yang ada di layar komputernya.
"Finished juga akhirnya..., yuhuyyyy...." Naura tersenyum kemudian dia berdiri dan melakukan peregangan pinggang ke kiri dan ke kanan. Gadis itu melongok ke kubik yang ada di sampingnya, dan terlihat Irwan yang sedang meletakkan kepalanya di atas meja samping perangkat komputernya. Tidak mau mengganggu laki-laki itu, Naura langsung berdiri dan berjalan menuju ruang kerja manajer divisinya.
"Ssttt..., Na.., mau kemana?" Aniss memanggil Naura.
"Ke Boss Ridwan sist.." tanpa menoleh, Naura langsung berjalan meninggalkan gadis itu. Beberapa saat kemudian, gadis itu sudah berada di depan pintu manajer divisinya.
"Tok.., tok.., tok..." Naura mengetuk pintu ruang kerja Boss Ridwan secara perlaham.
"Masuk.." setelah terdengar jawaban dari dalam ruang kerja, Naura mendorong pintu kemudian masuk ke dalam. Sebuah sofa minimalis mengisi ruang yang diperuntukkan untuk menerima tamu, dan di pojok ruangan terdapat meja kerja dengan interior bergaya maskulin sesuai dengan pemilik ruangan.
"Duduklah Na..!" suara Ridwan sedikit mengagetkan Naura, laki-laki itu baru keluar dari rest room yang ada di ruangan itu.
"Ya Boss.." Naura langsung duduk di sofa bagian depan ruangan tersebut, dan Ridwan membawa satu lembar print out ke arah sofa tempat duduk gadis itu. Setelah duduk di kursi, Ridwan tidak langsung mengajak Naura bicara, tetapi malah mencermati gambar dan tulisan yang ada pada lembar kertas yang dipegangnya.
"Jelaskan..., apa alasan kamu menggunakan warna dominan ini!" ucap Ridwan tanpa melihat ke mata gadis yang duduk di depannya. Naura tersenyum setelah melirik kertas yang dibawa Boss nya itu. Ternyata itu adalah print out draft desain yang baru tadi pagi dia selesaikan.
"Saya hanya melihat target pasarnya Boss. Target anak kecil usia lima tahun ke bawah, kita belum bisa menawarkan manfaat atau kandungan nutrisi untuk mereka. Anak-anak usia sekitar itu, hanya dapat ditarik aware nya melalui paduan warna-warna dominan. Merah, biru, kuning adalah warna dominan untuk usia sekitar itu. Dengan memadukannya dengan kartun-kartun animasi.., akan mengasah kemampuan motorik mereka untuk mencerna produk yang mereka lihat. Itu saja Boss.., tidak ada maksud yang lain." tanpa membuka catatan, Naura dengan lancar menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang disampaikan Boss Ridwan. Laki-laki itu terkesima dengan cara penyampaian gadis itu, langsung fokus tanpa berputar-putar, seperti yang selalu dilakukan oleh anak buahnya yang lain.
"Okay.., noted. Jangan pergi keluar untuk makan siang.., jam satu kamu harus menemani saya untuk rapat Direksi. Kamu menjadi notulen saya untuk rapat nanti." tanpa meminta persetujuan gadis itu, Boss Ridwan langsung memberi tugas Naura untuk menemaninya rapat.
"Sebentar Boss.., kenapa harus saya?? Tidakkah Boss mengajak rekan kerja yang lain, yang lebih senior daripada saya?" tidak mau menimbulkan gesekan dengan rekan kerja lainnya, Naura dengan halus menolak ajakan Boss Ridwan.
"Kembalilah ke kubikmu.. aku tidak menerima penolakan. Jam satu siang, kamu sudah harus berada kembali di ruang kerjaku!" dengan tegas, Boss Ridwan menekankan kembali perintahnya pada Naura. Gadis itu menghela nafas, kemudian tanpa menunggu pengulangan perintah, dia segera berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut.
*********
Dengan bersungut-sungut Naura keluar dari ruang kerja Boss Ridwan. Merasa pekerjaannya sudah tuntas, gadis itu berjalan menuju balkon untuk menghirup udara segar. Baru saja dia akan keluar dari pintu, sesosok tubuh menghalangi langkahnya. Gadis itu menengadahkan wajahnya, dan di depannya terlihat laki-laki tengil yang senyum-senyum sedang melihatinya.
"Minggir.., aku mau lewat!" tanpa sopan santun, Naura mengusir Johan untuk tidak menghalangi langkahnya. Laki-laki itu malah menggoda Naura, dia malah menyandarkan punggung dan kepalanya di rangka pintu sehingga gadis itu tidak bisa menuju balkon.
"Mau cara kasar atau tahu diri untuk minggir?" dengan tegas tanpa rasa takut, Naura kembali bertanya pada laki-laki itu.
"Berani juga ya kamu padaku. Tidak sadar apa ya, jika kamu itu masih pegawai baru disini." dengan senyum-senyum menggoda, Johan malah semakin membuat Naura jengkel. Tanpa diduga, bukannya menjawab dengan perkataan, kedua tangan Naura langsung menarik tangan Johan dan menyingkirkannya dari pintu tersebut. Melihat ada peluang untuk keluar, Naura langsung keluar dari pintu tersebut dan menuju balkon.
"Buset..., apa sih makanmu?? Tenagamu sangat kuat, bisa menarik dan membuat tanganku merah begini." ucap Johan sambil geleng-geleng kepala. Laki-laki muda itu tidak marah melihat perlakuan gadis itu padanya, dia malah melihat sikap yang ditunjukkan gadis itu lucu. Baru saja Johan akan mendatangi Naura.., tiba-tiba..
"Tuan Johan..., berkas yang Tuan minta sudah kami siapkan. Apakah kami antar ke meeting room, ataukah kami serahkan langsung pada Tuan?" terdengar suara sekretaris mengajak bicara laki-laki itu. Johan membatalkan niatnya untuk melanjutkan ulahnya mengerjai Naura, dia mendatangi sekretaris yang memanggil namanya.
Sepeninggalan laki-laki itu, Naura seperti tersadar saat mendengar suara sekretaris tadi.
"Tuan Johan..., bukankah laki-laki itu bernama Johan? Siapa dia..., meeting room..?? What the fuck..." menyadari ucapan sekretaris yang ditujukan untuk laki-laki tengil itu, Naura seketika terlihat pucat. Gadis itu berada dalam pikirannya sendiri.
"Apakah laki-laki itu CEO pada perusahaan ini?? Ah masak.., bukan ah. Tapi kenapa sekretaris perusahaan memanggilnya dengan sebutan Tuan, jika laki-laki tadi tidak memiliki posisi tinggi pada perusahaan ini?" Naura semakin tenggelam dalam pikirannya. Gadis itu menjadi pias karena pikirannya.
"Aku akan kembali ke ruangan saja. Aku akan menanyakan pada Aniss atau Irwan, siapa Direktur Utama perusahaan ini. Semoga saja bukan laki-laki tengil itu." Naura tidak jadi menenangkan pikirannya di balkon, gadis itu membalikkan badan dan kembali ke ruang kerjanya. Seperti orang kehilangan akal, gadis itu berjalan tanpa menoleh ke kanan ke kiri.
Untungnya Naura bertemu dengan Irwan yang sedang berada di dekat pintu masuk ruangan mereka. Tanpa berkata apapun, gadis itu langsung mendorong punggung laki-laki itu kembali ke dalam kubiknya.
"Wow.., wow.., wow.., ada apa Na? Main dorong-dorong punggung orang saja. Apa kamu berpikir, punggungku ini sudah tidak ada manfaatnya apa?" Irwan memprotes perlakuan Naura padanya, tetapi Naura tidak mau tahu, gadis itu tetap mendorong punggung Irwan dan mendudukkannya di atas kursi.
"Wan..., jawab pertanyaanku!! Siapa nama CEO perusahaan Androlux, apakah kamu sudah pernah bertemu dengannya?" begitu Irwan duduk, Naura langsung memberondong laki-laki itu dengan pertanyaan.
************