webnovel

Chapter 1

"siapa yang sudah menghamili kamu" aku baru saja membuka mata ketika pertanyaan itu hinggap ditelinga. Suamiku Fahmi yang terlihat sangat marah tengah menatap dengan penuh emosi.

Aku arahkan pandangan kesekeliling ruangan yang didominasi warna putih, serta ada jarum infus yang terpasang ditangan. apa yang

sudah terjadi denganku.

Memutar kembali memori yang terjadi kepadaku sebelum aku berbaring diranjang rumah sakit. Aku yang sedang nonton tv tiba-tiba merasakan sakit perut dan berlari menuju toilet tidak memperdulikan peringatan mbak sumi yang sedang mengepel lantai untuk tidak lari hingga akhirnya tergelincir dan jatuh. Aku merintih merasakan sakit perut yang teramat menyakitkan hingga berakhir dirumah sakit ini.

Lalu apa Fahmi bilang tadi, aku hamil? Mana mungkin aku bisa hamil, aku masih perawan. Belum ada seorangpun yang menyentuhku bahkan suamiku sendiri. Lalu bagaimana bisa aku hamil. Lelucon dari mana itu.

"jawab aku Renaya siapa yang sudah menghamili kamu" kembali pertanyaan itu diucapkan Fahmi dengan suara yang tertahan. Aku semakin bingung dibuatnya tapi ada sesuatu berbeda yang aku rasakan didalam sana. Aku meraba perutku sendiri, seperti ada yang hilang dalam sana.

"apakah aku hamil?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulutku. Rasanya sangat tidak percaya jika hal itu benar-benar terjadi. Bagaimana mungkin.

"yah, kamu wanita jalang yang menyerahkan kehormatanmu pada laki-laki lain dan ketika kamu hamil, kamu menyuruhku untuk menikahimu. Pantas saja kamu tidak menolak perjodohan itu rupanya untuk menutupi kebusukanmu" sakit. Sangat sakit ketika harus mendengar kata-kata makian diucapkan langsung oleh orang yang kita cintai.

Semudah itu Fahmi mengucapkan kata-kata umpatan ketika baru saja kemarin ia menyatakan cinta padaku.

"tapi aku tidak hamil Fahmi, bagaimana mungkin aku bisa hamil jika kamu saja belum pernah menyentuhku" aku hanya bisa menangis.

"karena kamu sudah membiarkan laki-laki yang bukan suamimu menyentuhmu sehingga kamu bisa hamil. aku tidak menyangka kamu wanita seperti ini Renaya. aku kira kamu wanita baik-baik, nyatanya hanya seorang jalang"

"cukup Fahmi, aku bukan wanita jalang seperti yang kamu katakan. aku..." aku menangis tergugu, tidak bisa lagi melanjutkan kata-kata. Apa ini tuhan, baru saja sehari aku meraup cinta kasih yang tulus dari Fahmi lalu mengapa semuanya kembali seperti awal perjumpaan kami, bahkan lebih parah.

"mengapa kamu harus mengajak aku dalam lingkaran yang sudah kamu buat Renaya, mengapa kamu tidak meminta pertanggung jawaban dari laki-laki brengsek itu, mengapa harus aku yang kamu korbankan" suara pelan fahmi layaknya sayatan-sayatan silet jatam, perih dan sangat sakit.

Apa aku salah telah menerima perjodohan itu dulu. Bahkan dulu aku tidak mengetahui jika aku sedang hamil, yang membuat aku hamil pun aku tidak tau. Lalu bagaimana keadaan janin dalam perutku ini sekarang. Aku tidak tau harus berbuat apa. Bahkan aku sendiri masih terkejut dengan apa yang sudah menimpa diriku.

"adek, sayang bagaimana keadaan kamu" mama tiba-tiba masuk diikuti papa dan juga abang Renan. Semoga mereka tidak mendengar keributan yang baru saja terjadi.

"nak Fahmi, apa yang terjadi pada Aya?" papa mengalihkan pandangannya menatap Fahmi meminta penjelasan. Aku menangis, tidak bisa menerima kenyataan pahit jika aku sudah hamil.

"adek, kamu nggak apa-apa? mana yang sakit?" aku semakin menangis tergugu ketika abang Renan menghampiri sisi ranjangku. Ya Allah, sebenarnya apa yang terjadi padaku. Fahmi hanya terdiam dengan raut wajah yang penuh emosi.

"Renaya keguguran pa" ucapan Fahmi kembali membuatku tertegun. baru saja aku tau bahwa aku hamil, sekarang aku harus mendengar lagi kenyataan bahwa aku telah keguguran. apa yang harus aku lakukan. bersedih karena kehilangan bayi yang aku kandung atau berbahagia karena kehilangan bayi yang tidak ditau siapa ayahnya.

Mama memelukku erat mencoba menguatkan. Tatapan mata Fahmi tak perna lepas dariku, tatapan yang penuh kebencian bukan lagi tatapan cinta seperti beberapa hari yang lalu.