webnovel

Jodoh [Aku yang Memilihmu]

Gathan yakin kalau dia telah menjatuhkan hatinya pada wanita yang tepat. Maka dari itu dia akan menggunakan seluruh waktunya untuk mencintai wanita yang dipilih oleh hatinya. Meskipun akan sulit, tapi dia akan tetap berusaha. Sekalipun masalahnya ada pada keluarganya. Tanyakan pada hatimu, apakah ia siap untuk selamanya ku jatuhi? Jika jawabannya iya, aku akan membuatmu berada di pihak yang diperjuangkan sedangkan aku yang berjuang__Gathan. Jika jawabanku iya, tapi semesta tak mendukung kita. Apakah kamu masih mau memperjuangkan aku?__Rana.

seinseinaa · History
Not enough ratings
230 Chs

Bab 7

Pulang sekolah Rana berjalan pelan menelusuri lorong di lantai 3. Lantai dimana ruang-ruang ekskul sekolah berada. Di sekolah Deandles memang banyak sekali ekskul yang bisa diikuti, renang, panahan, basket, sepak bola, futsal, mading, fotografi, menari, dan masih banyak lainnya. Pilihan Rana jatuh pada ekskul yang mengabaikan sebuah momen menjadi karya yang luar biasa.

"Klub fotografi," gumam Rana membaca tulisan yang ada i atas sebuah ruangan dengan pintu kaca.

Tangannya terulur untuk membuka pintu tersebut. Perlahan dia masuk ke dalam ruangan, banyak sekali foto-foto yang telah di abadikan oleh anggota klub fotografi. Rana sendiri baru saja bergabung di klub ini pas awal masuk kelas 2, bisa dibilang dia masih anggota baru, masih anak bawang.

"Hai, Ran," sapa Aneke, ketua dari klub mading. Gadis itu tengah membersihkan lensa kamera saat Rana masuk ke dalam ruangan.

"Hai, An," sapa balik Rana.

"Duduk aja sambil nunggu yang lain," suruh Aneke ramah.

Rana hanya mengangguk mengiyakan.

Brak!

Pintu dibuka dengan kasar. Seorang pria dengan seragam berantakan masuk ke dalam ruangan sembari mengomel-ngomel. "Woy, Keket! Lo kok ninggalin gue sendiri di kel...." Ucapan Binar langsung terhenti saat melihat Rana duduk tak jauh darinya. "Rana! Kok lo ada di sini sih?" tanya Binar mendekati Rana. Niatnya yang ingin mengomeli Aneke telah hilang saat melihat sosok Rana.

"Lo siapa? Kok lo tahu nama gue?" tanya Rana bingung.

Binar segera duduk di sebelah Rana, "Gue itu..."

"Berandalan yang suka tebar pesona sama cewek-cewek di sekolah ini," sahut Aneke.

Binar melirik gadis itu sinis. "Diem lu!" ketusnya.

Aneke hanya memeletkan lidahnya.

Binar kembali menoleh ke arah Rana. "Kenalin, gue Binar anak IPS 1. Gue anggota klub fotografi juga sama kayak Aneke." Tangannya yang terulur langsung disambut oleh Rana.

"Kok waktu diklat kemarin, gue nggak lihat lo?" tanya Rana heran.

"Hehehehe, kemarin gue emang nggak ikut diklat. Lagi sibuk soalnya," sahut Binar cengengesan.

"Iya! Sibuk grepe-grepe cewek!" balas Aneke sinis.

"Aduh, Yang, lo kenapa sih? Dari tadi sensi banget sama gue. Cemburu karena gue tadi ngobrol sama Anggun di kelas," oceh Binar tersenyum meledek.

"Ih, najis gue cemburu sama lo,' balas Aneke sewot.

Binar hanya mencibir. "Jadi lo anggota baru itu." Kepalanya kembali menoleh ke arah Rana.

"Iya, mohon bantuannya senior," canda Rana tersenyum lebar.

"Hahahahaha, bisa aja. Santai aja kalau sama gue. Gue ajarin semua teknik fotografi supaya lo bisa menghasilkan mahakarya yang super dasyat," celoteh Binar menyombong.

"Heleh, mahakarya lo 'kan dada sama pantat cewek doang. Jangan mau, Ran, ntar mata lo jadi katarak karena virus mesum dari Binar." Aneke kembali menghina Binar.

"Sialan, mulut lo ye."

Rana hanya tertawa melihat perdebatan mereka berdua. Waktu terus berlalu dan lama kelamaan klub fotografi penuh dengan para anggota, baik anggota baru atau pun anggota lama.

*****

"Assalammu'alaikum," sapa Rana saat sudah sampai di rumahnya.

"Waalaikumsalam," sapa Rajasa yang berada di ruang keluarga bersamaan dengan Saras yang ada di dapur.

Rana segera menyalami Ayahnya.

"Kok tumben jam segini baru pulang, Ran?" tanya Saras datang dari dapur membawa secangkir teh dan juga sepiring martabak manis untuk suaminya.

"Ada kegiatan di klub fotografi, Bu," jawab Rana.

"Oh, yang kamu bilang dulu ya?"

"Iya." Rana mengangguk membenarkan. "Beli martabak di tempat biasa ya? Wah, pasti enak nih," celotehnya lalu mencomot satu martabak rasa pisang keju.

"Itu dari temen kamu, tadi sore dia ke sini bawain martabak ini."

"Temen siapa, Yah?" tanya Rana bingung.

"Kalau nggak salah namanya Gathan," ujar Rajasa enteng.

"Uhuk, Ayah bilang apa? Gathan ke sini ngasih martabak ini?" Rana melotot kaget. Saking kagetnya dia sampai tersedak.

"Iya."

"Gathan yang tinggi, putih, ehm, ganteng."

"Iya yang itu."

"Cuma sebentar kok, ngasih ini doang. Dia nggak mampir ke dalam," imbuh Saras. "Kenapa sih?"

"Kok kalian terima sih?"

"Lho, ada rejeki kenapa di tolak?"

"Ya tapi 'kan..."

"Udah-udah, mending sekarang kamu mandi, ganti baju terus kita makan malam bersama," suruh Saras.

"Ya udah. Aku ke kamar dulu."

Selesai mandi, Rana langsung turun ke bawah. Makan malam dengan menu favoritnya, mengobrol santai dengan orangtuanya di ruang keluarga, lalu kembali ke kamar karena ingin mengerjakan PR.

Begitu selesai memgerjakan PR, Rana tiduran di atas kasur. Sejak naik ke atas, dia terus mengcek ponselnya seperti menunggu notif pesan dari seseorang. Bahkan saat ia mengerjakan PR tadi, dia berulang kali mengcek ponselnya. Tidak seperti malam sebelumnya, malam ini ponselnya terlihat sepi seperti kuburan. Tidak ada notif dari pria itu.

"Ish, kok gue jadi nungguin pesan dari Gathan sih," gumam Rana melempar ponselnya ke kasur. "Ah, gue tidur aja, capek banget," ujarnya sebelum terlelap dalam mimpi.