webnovel

Menggendong Cucu?

Editor: Wave Literature

Begitu Shen Dongyuan bangun, ia melihat Zhu Haimei duduk di depan meja. Zhu Haimei tampaknya sedang menulis dan menggambar. Zhu Haimei masih memakai pakaian yang sama dengan yang ia kenakan tadi pagi, dan rambutnya terurai di pundaknya.

Rambut panjangnya itu rapi, jauh lebih baik daripada rambutnya yang seperti sarang burung dulu.

Dilihat dari belakang saja, Shen Dongyuan sudah tahu kalau tangan kiri Zhu Haimei sedang menopang pipinya, dan tangan kanannya tidak bergerak. Sepertinya Zhu Haimei sedang memikirkan sesuatu.

Saat ini Zhu Haimei benar-benar sedang memikirkan banyak hal. Hari ini, kakak ipar dan suaminya datang untuk mendiskusikan tentang pembuatan makanan kaleng dengannya. Awalnya, kak Chunlai dengan percaya diri menjamin bahwa ia sendiri yang akan mencari tempat agar mereka bisa memasarkan produknya, tetapi sekarang ia tidak bisa melakukannya.

Memproduksi makanan kaleng tidak seperti menjual makanan di warung, yang selama ada orang datang untuk membelinya maka sudah cukup. Proses pembuatan makanan kaleng sangatlah sulit, karena buah persik kuningnya cepat matang, sehingga harus segera diolah dan dipasarkan. Jika tidak dilakukan dengan cepat, maka bisnis mereka akan gagal.

Selain itu, mereka juga harus memikirkan tentang merek dagang produk mereka, jaminan kualitas produk, modal awal, model penjualan produk jadi, dan juga distribusi laba produk setelah penjualan. Semua itu harus diatur dengan baik berdasarkan aturan tertentu. Zhu Haimei pun menghela nafas, membuka bisnis ternyata sangatlah sulit.

Shen Dongyuan pun tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kenapa kamu menghela nafas?"

Zhu Haimei terkejut dan berbalik. "Kamu sudah bangun? Kamu pasti lapar, kan?"

Shen Dongyuan sebenarnya juga terkejut begitu Zhu Haimei berbalik. Wajah Zhu Haimei tampak mempesona di bawah cahaya lampu. Poni miringnya membingkai indah dahi dan wajahnya yang ramah, dagunya yang berlipat-lipat itu juga mulai tajam. Matanya yang juga sedikit membesar itu sekarang sedang menatap Shen Dongyuan dengan tatapan bingung.

Shen Dongyuan tiba-tiba merasa bahwa mulutnya kering dan tubuhnya mulai tidak nyaman.

Zhu Haimei yang melihat Shen Dongyuan sedang menatapnya, hanya menganggap bahwa Shen Dongyuan seperti itu karena baru saja bangun dan belum pulih dari kesadarannya. Ia lalu berkata, "Kamu sudah tidur seharian, apakah kamu mau makan? Aku akan membuatkanmu makan malam. Orang rumah sudah tidur."

Shen Dongyuan lalu bangkit dari ranjang. "Sekarang sudah jam berapa?"

Zhu Haimei kemudian melihat arlojinya. "Sudah hampir jam sepuluh."

Ternyata sudah malam sekali. Shen Dongyuan benar-benar sudah terlelap begitu lama. "Aku akan pergi membuatnya sendiri. Kamu istirahat saja, ini sudah malam."

Zhu Haimei lalu berdiri. "Aku saja yang pergi." Jika ibu mertuanya tahu, selesai sudah, selesai, jangan cari masalah, jadi sebaiknya ia yang pergi.

Begitu ia pergi, Shen Dongyuan juga turun dari tempat tidurnya, dan merenggangkan ototnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan tidak nyaman. Misi kali itu berlangsung lama. Dan selama itu, ia tidak menyentuh tempat tidur sama sekali, jadi begitu berbaring di atas ranjang, ia pun langsung terlelap.

Di malam hari, udara terasa sangat dingin dan halaman rumah pun tampak gelap. Sedangkan lampu dapur tampak redup. Saat Shen Dongyuan melangkah masuk ke dalam dapur, Zhu Haimei sedang memasukkan nasi ke dalam mangkok. "Kebetulan sekali. Aku jadi tidak perlu pergi ke sana untuk membawakanmu makanannya. Makanlah di sini. Tadi pagi aku juga merebuskan sup ayam untukmu, apa kamu mau memakannya sekarang?"

"Tidak usah, kalian makan saja besok." Ujar Shen Dongyuan lalu duduk dan mengambil mantou (roti kukus khas tiongkok) lalu mulai memakannya.

Zhu Haimei juga duduk di dapur. Saat melihat tubuh besar Shen Dongyuan yang duduk di bangku kecil itu terlihat tidak nyaman, ia lalu berkata, "Apakah duduk di sana tidak nyaman? Bagaimana kalau kamu makan di ruang makan saja?"

"Tidak perlu."

Shen Dongyuan kemudian makan dengan cepat, seperti angin yang bertiup dan menggulung awan. Tak lama setelah itu, dua mantou dan dua mangkuk sup sudah ia lahap habis. Setelah ia tidur seharian, semangatnya kini kembali penuh, tetapi Zhu Haimei merasa lelah dan menguap tanpa henti.

Shen Dongyuan lalu mengambil mangkuk di tangannya. "Aku akan membersihkannya. Tidurlah."

Zhu Haimei berhenti sebentar sebelum berkata, "Aku akan kembali ke rumah Ibuku saja."

"Sekarang? Lebih baik kamu pergi tidur."

Semua orang di desa tahu bahwa Shen Dongyuan kembali hari ini. Jika hari ini Zhu Haimei kembali ke rumah ibunya, apa yang akan dipikirkan oleh ibu mertuanya? Bagaimana kalau ia tidur di sini untuk malam ini saja? Tetapi tempat tidur itu….

Terlalu kecil dan hanya bisa ditiduri satu orang saja.

Zhu Haimei terlebih dahulu kembali ke kamar. Setelah memikirkannya, ia lalu mengangkat selimut yang ada di tempat tidur, dan tidur di sisi dinding dengan menambahkan satu selimut lagi di dalamnya.

Saat Shen Dongyuan kembali ke kamar, Zhu Haimei sudah tertidur di balik selimut dengan menghadap ke dinding. Zhu Haimei menyisakan lebih dari setengah tempat tidur untuknya. Ia tidak tahu apakah Zhu Haimei sudah benar-benar tertidur atau belum.

Ia lalu pergi ke meja tulis. Di atas kertas putih tersebut ada sepuluh daftar yang ditulis menggunakan pensil. Ia pun terkejut, bentuk huruf yang ada pada kertas putih itu berbeda dengan bentuk huruf yang ada pada surat jaminan yang diberikan padanya terakhir kali.

Meskipun bentuk huruf di tulisannya yang terakhir kali itu indah dan rapi, tetapi sepertinya ada semacam ketakutan di dalamnya. Sedangkan bentuk hurufnya kali ini seperti mengalir bebas.

Benar, seperti mengalir bebas, halus dan indah.

Ada banyak simbol yang digambar di bagian bawah kertas putih tersebut. Ada satu kaki yang di atasnya terdapat singkatan, MH. Mata Shen Dongyuan lalu menyipit. Rupanya Zhu Haimei juga bisa menyingkat huruf dalam tulisan bahasa Inggris.

Dirinya dan Zhu Haimei memiliki usia yang terpaut enam tahun. Meskipun mereka berada di desa yang sama, tetapi ketika ia menjadi prajurit, Haimei masih berusia sebelas atau dua belas tahun. Dan pelajaran bahasa Inggris hanya diajarkan di SMA. Apakah Zhu Haimei bersekolah sampai ke jenjang SMA?

Shen Dongyuan lalu melihatnya lagi dengan hati-hati. Oh, ini adalah daftar rencana untuk membuat buah persik kuning kalengan, bagus juga pemikirannya. Khususnya di daftar bagi hasil, metodenya adalah 3, 3, 3, 0.5, 0.5. Boleh juga. Biaya produksinya dibagi rata antara dirinya dan kakak pertamanya. Sedangkan untuk pembagian laba, Zhu Haimei hanya mau tiga poin, dan kedua orang tua masing-masing mendapatkan 0.5 poin, sangat menarik. Sepertinya Kakak pertamanya itu memang benar-benar bodoh.

Shen Dongyuan lalu mengubahnya menjadi 4, 2.5, 2.5, 0.5, 0.5, karena memang sudah seharusnya begitu. Pada daftar simbol yang ada di bawah, ia sengaja menggambar seekor monyet yang memakan setengah buah persik di tangannya dengan gambaran yang kecil, sangat lucu. Gambar ini adalah gambar yang paling jelas dan hidup untuk digunakan sebagai simbolnya, pikir Shen Dongyuan. Untuk biaya produksi, setiap keluarga harus mengeluarkan uang sebesar dua ratus yuan. Tetapi, biaya produksi dari keluarga kakak pertamanya dihitung menggunakan harga buah persik kuning di pasaran. Jika dilihat-lihat, kerjasama ini hanya menguntungkan keluarga kakak tertuanya saja.

Ia lalu teringat saat ia kembali tadi pagi, ibunya mengatakan bahwa ketika ia di rumah sakit, Zhu Haimei lah yang bersikeras untuk meminta ibunya melakukan operasi. Ibunya juga sudah pergi lagi ke rumah sakit untuk memeriksakan kakinya, dan Dokter mengatakan bahwa kakinya pulih dengan baik. Karena itulah Shen Dongyuan benar-benar merasa sangat berterima kasih pada Zhu Haimei yang telah menggantikannya membuat keputusan saat ia tidak ada.

Seharusnya ada bonus di misi kali ini, bagaimana kalau ia memberikan semua bonus itu kepada Zhu Haimei? Bagaimanapun juga, uang yang dikeluarkan Zhu Haimei untuk membiayai tagihan rumah sakit ibunya, adalah uang hasil kerja keras Zhu Haimei sendiri.

Shen Dongyuan tak bisa menahan diri untuk berbalik ke arah Zhu Haimei. Sekarang tubuhnya sudah tidak menghadap ke tembok, namun menghadap ke arahnya. Wajahnya tampak tenang dan damai, ia tidur dengan sangat nyenyak.

Ada kepuasan tersendiri di dalam hati Shen Dongyuan saat melihat wajah terlelap Zhu Haimei itu. Lalu ia terkejut dengan dirinya sendiri karena bisa merasakan perasaan seperti itu.

Shen Dongyuan kemudian mematikan lampu dan naik ke tempat tidur. Ia lalu hendak mengambil selimut yang ada di sebelah kaki Zhu Haimei, namun, ia tertegun begitu tangannya menyentuh sepasang kaki. Ia kemudian menarik tangannya dengan panik dan kembali menyalakan lampu.

Dengan hati-hati, ia meletakkan kaki itu kembali ke dalam selimut, dan mulai berbaring. Begitu ia menutup mata, sepasang kaki itu terbentang lagi ke atas kakinya. Dan keesokan harinya, lingkaran mata Shen Dongyuan tampak hampir menghitam.

Jika Zhu Haimei mengetahuinya, ia pasti akan berteriak menangisi kesalahannya dan mengatakan bahwa ia benar-benar tidak sengaja. Tempat tidurnya sangat kecil, dan tidurnya juga tidak bisa diam, ia menendang ke mana-mana.

Pagi-pagi sekali, Shen Dongyuan sudah bangun, lalu merebus air untuk membuat makanan babi, menggembalakan domba dan memberi makan ayam. Ia sangat sibuk.

Begitu ibunya keluar, ia segera berteriak saat melihat putra sulungnya sedang sibuk bekerja "Mengapa kamu yang melakukannya?! Di mana istrimu?!"

"Ia tidur terlalu larut tadi malam. Biarkan ia tidur lebih lama."

Mata ibunya lalu tampak berbinar setelah mendengar ucapan barusan. "Apakah aku akan segera menggendong cucu?"

Begitu Shen Dongyuan mendengar kata-kata ibunya, ia yang saat itu sedang mengangkat satu tong besar untuk memberi makan babi, dan hampir memasukkan kepalanya ke dalam tong makanan babi saking terkejutnya. Ibunya itu benar-benar membuatnya tidak habis pikir, apa katanya? Menggendong cucu?