webnovel

Jika Itu Kamu

Gelombang biru yang besar telah menarik Mila ke dalam dunia novel yang dibuat oleh ibunya sendiri! Awalnya, Mila menyukai dirinya berada di dunia novel, tapi itu tidak bertahan lama. Adengan demi adegan sudah dilalui Mila. Ternyata Ibunya suka membuat tokoh utama menangis. Tujuan Mila sekarang adalah untuk keluar dari dunia novel! Dia tidak mau menjadi tokoh utama. Sampai akhirnya, ada seseorang yang menyadari bahwa dirinya tidak berada di dunia nyata. Orang itu membantu Mila agar sama-sama bisa keluar dari dunia yang fiksi ini. Apakah Mila bisa keluar dari dunia novel? atau takdir berkata lain?

Syafira_Putt · Fantasy
Not enough ratings
12 Chs

*Laki-laki Berbeda*

"Jangan, sayang. Sekarang sudah larut malam. Aku tidak mau kau sakit gara-gara kurang tidur," ujar Ryon tetap tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun.

"Tapi..."

Ryon menatap lekat kedua netra cokelat Lala membuat Gadis yang ditatapnya terdiam. "Sudah. Kau sebaiknya pulang, okay? Aku akan mengantarmu,"

"Tapi aku masih mau di sini," tolak Lala.

"Besok malam kita dinner di sini lagi ya," ucap Ryon lemah lembut agar Lala tak bersedih lagi.

"Setelah kau menjenguk temanmu, kau harus menelfonku ya? Janji?" Lala menujukkan jari kelingkingnya.

Ryon dengan segera mengaitkan jari kelingkingnya. Tak lupa dia memunculkan senyum manis.

Setelah itu, Mereka berdua pulang menggunakan mobil yang Ryon bawa. Saat sudah sampai di depan rumah, Lala segera masuk.

"Udah dinnernya?" tanya Rina, ibu kandung Lala.

"Sudah,"

"Kau harus tidur. Tidak baik anak gadis tidur terlalu malam," Rina melepaskan jaket Ryon yang menyadar di tubuh Lala.

"Baiklah, Mah," Lala terlebih dahulu ke dapur untuk mengambil minuman. Seusai minum, dia beranjak ke kamarnya.

"Oh ya, Lysti di mana?" Lala memerhatikan setiap sudut rumah. Tidak ada orang yang dimaksudnya.

"Dia sedang tidur di kamar Mamah, Nak." jawab Rina.

"Ah, benarkah? Aku mau melihatnya," Lala berjalan ke arah kamar Rina yang terletak tak jauh dari lantai yang ia pijak saat ini.

"Eits, tunggu. Jika kau ke sana, kau akan membangunkannya, Nak," cegah Rina berdiri tepat di depan Lala.

"Tapi aku mau melihatnya,"

"Besok saja ya. Kau sekarang tidak lelah, huh?"

"Aku lelah," ujar Lala menampakkan wajah lesunya.

"Ya sudah. Kalau begitu, kau harus tidur." Rina menuntun Lala menuju kamar yang berada di lantai atas.

***

"Kenapa kau baru datang?! Di sini banyak nyamuk yang mengigitiku dan rasanya sangat menyebalkan!" dongkol Lysti pada Ryon yang baru saja tiba.

"Aku minta maaf, honey. Dia memintaku untuk mengantarnya jadi, aku sedikit telat." ucap Ryon berusaha menenangkan kekasihnya yang sedang marah.

"Aku sudah lelah berpura-pura. Sampai kapan kita akan berkencan secara diam-diam seperti ini," Lysti mengeluh.

"Sabar, sayang." Ryon menarik Lysti ke dalam dekapannya. Mereka saling berpelukan dengan erat. Keduanya saling mencintai selama 1 tahun ini. Namun, hubungan Mereka dirahasiakan. Hanya beberapa orang yang mengetahui hubungan Mereka.

"Kau tidak sungguhan menyukai Gadis itu kan?"

"Tidak, sayang. Aku hanya menyukai sekaligus mencintaimu," Ryon mengusap rambut hitam Lysti. Mereka berdua memulai dinner untuk merayakan anniversary Mereka yang ke satu tahun.

***

Mila lega akhirnya dia telah selesai memainkan sebuah adegan. Dia merasakan perutnya kembung dan tak lama kemudian, dia muntah-muntah tanpa henti. Melelahkan rasanya. Di dunia ini, dia tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan.

"Hooeekk... hooeekk..."

Brakk

Mila tersentak. Dia menengok ke arah pintu yang baru saja dibuka dengan cara kasar.

"Kau siapa? Mengapa kau tidak sama seperti yang lain?" tanya seorang Laki-laki berwajah cukup tampan.

"Justru ak- hoeekk... hooeek..." Mila tak bisa melanjutkan perkataannya karena tak kuasa menahan.

"Kau ini kenapa? Apa kau hamil?"

Mila dengan cepat menggeleng-gelengkan lengannya. Dia terus saja mengeluarkan kari ayam yang dia makan tadi.

Laki-laki itu mengernyitkan dahi. Ia melipat tangan di dada dan tubuhnya menyandar di tembok.

"Darimana kau berasal? Kenapa kau bisa sampai ke dunia ini?"

Mila terus saja memuntahkan makanan. Lelaki tersebut memilih turun ke lantai bawah untuk merebahkan dirinya di sana.

"Membosankan," ujar Arka. Ya, nama lelaki itu adalah Arka Fernando. Dia baru saja sampai ke rumah ini setelah melakukan perjalanan panjang ke negeri ginseng.

Akhirnya perut Mila kini sudah tidak terasa mual-mual lagi. Dia hendak menidurkan diri di size bad nya itu, namun terlintas wajah laki-laki asing di kepalanya.

"Oh ya!" Mila bergegas menuju Lelaki tersebut. Kala sudah sampai di lantai bawah, dia mendesau lega. Untung saja Lelaki itu masih berada di rumah ini. Dia berjalan menghampiri Laki-laki sedang tertidur di sofa dengan wajah yang tertutup sebuah buku.

"Hey." Mila menyentuh sekilas pundak Laki-laki itu.

"Kau mengapa tidak seperti yang lain?" lanjut Mila bertanya.

Dengan ragu-ragu, tangannya bergerak untuk membuka buku yang menutupi wajah Lelaki asing tersebut.

Greepp!

Tangan Arka memegang erat lengan Mila. Mila seketika terkesiap. Dia refleks mundur ke belakang hingga pinggulnya terbentur ujung meja.

"Aw..." Mila meringis kesakitan.

Arka mendudukkan diri. Senyum jahil terukir di wajah tampannya. "Apakah sakit?"

"Kau sung-"

"Mengapa kau bisa sampai ke dunia ini?" tanya Arka dengan cepat memotong kalimat Mila.

"Kau sendiri?" Mila menatap sinis.

"Aku terlempar ke dunia ini karena kecerobohan ibuku,"

"Maksudmu?" dahi Mila berkerut.

"Ibuku berteman dengan wanita yang bernama Naura,"

"Itukan na-" kali ini ucapan Mila tidak dipotong oleh Arka. Tubuhnya serasa tertarik dan juga suara decitan terdengar keras hingga telinganya terasa ditusuk.

Mila membuka mata. Dia mendadak sudah ada di luar rumah. Hari yang tadinya sudah larut, menjadi cerah alias pagi. Dia menatap jenuh. Ternyata dirinya akan melakukan suatu adegan. Sungguh tidak nyaman. Di dalam benaknya, dia terheran-heran kenapa Lelaki itu terlempar ke dunia fiksi ini karena ibu Laki-laki tersebut berteman dengan ibunya?

"Kakakmu sebentar lagi akan sampai!" seru Rina. Raut wajahnya begitu sumringah.

"Aku sangat tidak sabar, Mah." Kedua mata Lysti berbinar-binar. "Oleh-oleh apa yang dibawta Kak Arka ya? Aku sangat penasaran.

"Di mana Ryon? Apakah dia tidak ikut menyambut kedatangan Kak Arka?" Lala menoleh ke kanan ke kiri berharap melihat kehadiran orang yang paling dia cintai.

"Di pikiranmu hanya ada Ryon. Apa kau tidak bosan memikirkannya?" tegur Rina.

"Jangan bertanya seperti itu, Mah. Kak Lala sudah sangat mencintai Kak Ryon. Cinta Mereka adalah cinta mati," ujar Lysti tanpa mengalihkan pandangannya dari depan gerbang.

"Ah, iya. Kau benar juga," balas Rina. Lala tersipu malu.

"Kakak sudah datang!" Lysti berlari cepat meghampiri Arka yang baru saja turun dari bus. Dia mendekap kuat tubuh kakak laki-laki kesayangannya ini.

"Adik rewelku ini sudah tumbuh besar ya, sampai-sampai aku merasa sesak ketika dipeluk," respons Arka.

Mila terkejut bukan main. Ternyata Lelaki yang dia temui di sofa adalah Laki-laki yang berperan sebagai kakaknya.

'Dunia fiksi ini mempunyai banyak kejutan' batin Mila takjub.

"Ayo! Biar aku antar ke dalam rumah," Lysti melangkup lengan Arka. Dia meninggalkan koper besar Kakaknya begitu saja.

"Koperku..."

"Ada Bibi," kata Lysti membuat Arka menurut.

"Kau semakin tampan," puji Rina.

"Dan adikku yang satunya terlihat lebih cantik," kedua netra cokelat Arka terarah pada Lala yang sedang merasa pangling.

"Lala akan menikah dengan Ryon setelah kuliah," bisik Rina dengan tatapan menggoda.

Raut wajah Lysti berubah menjadi tak suka. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi sampai kapanpun.