webnovel

Bab32. Ketahuan

Bian sampai di rumah Diandra saat ini, Bian sempat ke rumah sakit tapi tidak menemukan Diandra di sana, suster mengatakan jika Diandra telah memaksa pulang sesaat setelah kepergian Bian.

Setelah tahu hal itu, Bian langsung pergi dan mendatangi rumah Diandra saat ini, Bian mengetuk pintu rumah tersebut dan terdiam menunggu hingga pintu itu terbuka.

Tapi setelah berkali-kali mengetuk dan setelah lama menunggu, Bian tak juga melihat Diandra membukakan pintu, Bian lantas memasuki rumah tersebut tanpa permisi.

Biarkan saja lagi pula di dalam sana hanya ada Diandra seorang, dan Diandra tidak akan masalah jika Bian datang dan memasuki rumahnya.

"Di, kamu dimana?"

Bian memasuki setiap ruangan, sampai ke kamar pun Bian masuki tapi tetap saja tak menemukan Diandra.

Bian diam, kemana lagi perginya wanita itu, kenapa tidak ada di rumahnya sekarang.

"Aku sudah bilang, tunggu aku sampai jemput kamu, Diandra."

Bian mengusap wajahnya dan mengeluarkan ponselnya, tidak ada barang Diandra di kamar, berarti memang Diandra sempat pulang dan pergi lagi setelah membawa barangnya.

Bian kembali keluar rumah sambil terus menghubungi Diandra, ponselnya aktif tapi tidak sekali pun menjawab panggilan dari Bian.

"Apa lagi yang terjadi sama kamu, kemana aku harus cari kamu sekarang?"

Bian melihat sekitar, kemana Diandra dan apa benar keadaannya sudah membaik sekarang ini, atau mungkin Diandra justru celaka nanti di luar sana.

"Diandra."

Bian berdecak dan menutup panggilannya, Bian berjalan memasuki mobilnya dan melaju pergi meninggalkan rumah Diandra.

Bian akan mencari kemana pun Diandra pergi, sampai Bian menemukannya nanti, dan akan membawanya kembali ke rumah.

----

"Di, mau kemana?" tanya Maya.

"Aku mau beli makanan dulu buat nanti malam."

"Biar aku saja."

"Tidak perlu, aku saja, aku sudah bilang kok sama, Mamah."

"Kenapa gak online saja?"

"Enggaklah, gak puas juga kalau lewat online."

"Oh ya sudah, tapi jangan hilang lagi ya."

Diandra tersenyum dan menggeleng, Maya kembali memasuki rumah saat Diandra pergi meninggalkannya.

Diandra berjalan kaki untuk sampai ke rumah makan, jaraknya memang sedikit jauh, tapi Diandra malas untuk naik taxi.

Diandra ingin sekalian menggerakan tubuhnya agar kembali normal, karena sampai saat ini tubuhnya masih saja lemas.

Diandra melihat sekitar, tidak ada yang dikenalinya satu pun, padahal banyak sekali orang yang berlalu lalang di sana juga.

Diandra tersenyum, tentu saja Diandra merasa senang dengan itu, karena dengan tidak ada yang mengenalinya, maka tidak akan ada yang membongkar siapa dirinya.

Diandra merapikan rambutnya yang berantakan dan menghalangi penglihatannya, setiap hari Diandra selalu seperti ini sejak dulu, kecuali kalau memang lagi manja atau kalau Diana lagi tidak baik-baik saja.

Diandra memasuki rumah makannya, bukan rumah makan mewah, tapi menurut Diandra makanan di sana enak-enak dan cocok di lidah Diana juga.

Diandra memilih menu yang diinginkannya, sedikit lebih banyak dari biasanya karena masakan yang tersedia sangat menggoda Diandra.

Diandra menyebutkan semua yang diinginkan olehnya, dan meminta di bungkus dalam waktu cepat, Diandra lantas duduk menunggu sampai nanti pesanannya diantar ke mejanya.

Diandra membuka ponselnya dan berkutat di sana, tentu saja panggilan dari Bian itu bisa dilihatnya sekarang, tapi Diandra tetap abai dengan itu.

"Bian, pasti sedang cari aku sekarang, biarkan saja biar dia pusing dulu dan akhirnya merasa kehilangan."

Diandra tersenyum dan menyimpan kembali ponselnya, Diandra menoleh dan tersenyum saat pesannya diantarkan.

"Berapa, Bu?" tanya Diandra.

"123.000 saja."

"Oke, ini ya kembaliannya ambil buat bonus soalnya masakan sore ini enak-enak."

Diandra memberikan uang 150.000 pada pedagang itu, Diandra lantas pamit dan pergi meninggalkan warung untuk segera kembali ke rumah.

Diandra kembali menyusuri panjanganya jalan yang harus dilewatinya, sampai di rumah nanti Diandra tinggal mandi saja dan segar tanpa harus berkeringat lagi.

"Itu kan, Diandra," ucap Bian.

Diandra tak sadar jika ada mobil mendadak menurunkan kecepatan lajunya di belakang sana, itu adalah mobil Bian yang sejak tadi terus berkeliling mencari keberadaan Diandra.

"Benar, itu Diandra, bawa apa dia dan mau kemana juga, rumahnya kan bukan di daerah ini."

Bian melihat sekitar, tentu saja benar karena tempat itu jauh dari rumah yang disewakan olehnya untuk Diandra.

Bian meminggirkan dan menghentikan laju mobilnya, sekarang Diandra sudah berhasil ditemukannya dan Bian tidak akan melepaskannya lagi.

Bian diam menunggu akhir dari langkah Diandra, tapi sepertinya masih jauh dan sebaiknya Bian ikuti saja wanita itu.

Bian mengangguk dan turun dari mobilnya, dengan sembunyi-sembunyi Bian mengikuti langkah Diandra yang entah kemana tujuannya.

Diandra memasuki gang di sana, dan Bian terus saja mengikutinya, fikiran Bian mulai kacau kemana sebenarnya tujuan Diandra.

Apa mungkin Diandra membohonginya selama ini, atau mungkin Diandra hanya sedang menghindari Bian saja sehingga memilih tempat lain untuk tinggalnya sementara.

Bian menghentikan langkahnya dan berdiri di balik pohon, Bian melihat Diandra yang memasuki rumah kecil itu.

"Untuk apa Diandra kesana, rumah siapa itu kenapa Diandra bisa masuk begitu saja."

Bian melihat sekitar, tempat itu tidak dikenalinya sama sekali, tapi kenapa bisa Diandra tahu tempat itu.

Bian masih sangat ingat jika saat pertama bertemu, Diandra mengaku tidak punya kenalan siapa pun dan tidak juga punya tempat tinggal.

"Iya, itu memang benar, tapi sekarang apa, rumah siapa yang dimasuki Diandra itu."

Bian menggeleng, untuk apa banyak menerka, bukankah Bian sudah ada di sana dan Bian telah melihatnya sendiri, jadi tidak akan ada kesalahan untuk menemui Diandra di sana.

Bian berjalan mendekati pintu rumah tersebut, setelah beberapa saat terdiam, tangan Bian terangkat dan mengetuk pintu tersebut.

Mendengar suara ketukan itu, Diandra dan Maya menoleh bersamaan, keduanya sedang menyiapkan apa yang tadi Diandra beli.

"Siapa, May?"

"Mana aku tahu, kamu ajak siapa tadi?"

"Ajak siapa, apaan ajak siapa."

"Ya kan dia datang setelah kamu keluar tadi."

"Ya bukan berarti aku yang ajak juga kali, aku kan gak punya kenalan."

Maya tersenyum dan mengangguk, tentu saja Maya tahu tentang itu dan Diandra pasti tidak mungkin mengajak siapa pun ke rumahnya.

"Ya sudah, aku buka dulu ya, Di."

"Gak usah, biar aku saja, kamu lanjut saja siapkan ini ya."

"Yakin, aku saja, takutnya nanti orang jahat."

Diandra tersenyum mendengar ucapan Maya, siapa orang jahat lagi pula untuk apa orang jahat datang ke rumah kecil seperti rumahnya.

Diandra berjalan dan membukakan pintu, saat itu juga Diandra seketika mematung, Bian ada di hadapannya saat ini.

Bian juga terlihat diam menatap Diandra penuh tanya.