Happy Reading
***
"Javas?" Qanshana mengeluarkan suaranya lagi. Javas tak menanggapinya.
"Apa yang mengganggu pikiranmu, sih?!" tanya Qanshana mulai geregetan.
Javas hanya diam. Tak ada perasaan yang harus dibagi dengan wanita yang baru saja dikenalnya ini.
"Ku dengar kau memperpanjang masa pameranmu?" Qanshana tak mau menyerah.
"Untuk apa?"
"Bukankah harga sewa auditorium ini sangat mahal?"
"Karyamu sudah habis terjual 'kan? Ku lihat burung phoenix itu belum ada yang membelinya. Boleh aku yang membelinya?"
Javas tetap diam.
"Kau tidak lelah?"
"Kau tidak tidur?"
"Jangan-jangan kau belum makan?"
"Sudah minum?"
"Sudah mandi?"
Qanshana menghela napas sepanjang jalan tol. Dadanya mendadak penuh dengan emosi kejengkelan. Javas memang tak bisa di sabari orangnya. Tangannya sangat gatal, ingin menjambak rambut ikal Javas yang sebahu itu, menendang pantatnya hingga terbang keluar angkasa– bersama burung phoenix-nya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com