"Emang ada tulisan nama lo sama temen-temen lo di sini?" ujar gadis berponi tersebut dengan tatapan dinginnya menatap Jasmine.
"Hah?" Jasmine mengangkat alis dan kebingungan. 'Dia kenapa, dah?' Gadis itu bingung mengapa anak yang duduk di kursi yang akan ia tempati itu justru langsung bersikap dingin padanya.
"Bukan gitu." Jasmine masih berusaha ramah dengan tersenyum pada si gadis berponi. "Tapi tadi gua nyampe duluan, lo tiba-tiba aja datang terus-"
"Ini tuh, tempat umum. Nggak ada hak buat lo ngusir gue dari sini." Gadis itu mengeraskan suaranya, membuat beberapa penghuni lain di kantin mulai memperhatikan mereka.
Jasmine langsung menegakkan tubuhnya dan dengan canggung menoleh ke sekitar yang mulai menatapnya dengan aneh. Menyadari suasana aneh yang ada, Kirana langsung melepaskan rambut Cindy dan berjalan cepat menyusul Jasmine, bergitupun Cindy yang juga berjalan cepat ke arah teman-temannya.
"Y-ya udah, gue minta maaf, ya-"
"Eh, eh, eh!" Kirana memotong ucapan minta maaf Jasmine yang baru saja keluar. "Ngapain lo yang minta maaf sih, Yash? Udah jelas-jelas dia yang nyerobot." Gadis itu langsung menatap tajam gadis berponi yang masih menatap Jasmine dengan tatapan bencinya.
Cindy yang baru datang pun langsung terkejut mendapati si gadis berponi yang mencari gara-gara dengan Jasmine. Ia langsung menarik lengan Jasmine dan menatapnya sembari menanyakan keadaannya. Gadis itu pun kebingungan dan menggeleng, ia berkata jika ia tak kenapa-kenapa dan mengapa Cindy menanyakannya.
"Temen lo aja yang mau ngusir gue, padahal dia tau ini tempat umum."
'Sialan, nih cabe. Kata-katanya nggak kasar, tapi kenapa harus keras banget sih, ngomongnya. Najis banget,' batin Kirana mulai mendidih oleh nada suara gadis di hadapannya.
"Emang hak lo apa, sih? Kantin ini punya lo?" Gadis itu masih saja mengatakan hal-hal nyeleneh pada Jasmine dengan nada yang sangat keras, membuat semakin banyak orang yang memperhatikannya.
"Gu-gue kan Cuma-"
"Diem aja, Yash. Biar Kirana yang urus dia." Cindy menarik tangan Jasmine dan memintanya untuk diam.
Gadis bertubuh tinggi dan rambut panjang itu menoleh ke Cindy dan kebingungan. "Hah?" Padahal ia berpikir bahwa itu bukan apa-apa dan bisa untuk langsung ditinggal begitu saja, namun ia juga sedikit kesal pada gadis berponi, namun juga merasa tak enak hati.
'Gila! Sekarang udah mulai berani gangguin Yashmine dia.' Cindy menekuk alis dan langsung menarik Jasmine untuk menuju ke tempat duduk yang tak begitu jauh dari tempat tadi. "Gue percaya sama lo, Ran!" teriaknya pada Kirana.
Kirana langsung menarik kursi dan duduk di samping gadis berponi itu. Ia melirik name tag si gadis dan tersenyum miring untuk sejenak. Lantas dengan santainya ia tersenyum pada si gadis dengan name tag Julia Ayu Indrawari tersebut.
"Lo ada masalah pribadi sama Yashmine? Hm? Julia?" tanyanya lirih. Satu alis Kirana terangkat dengan sebelah tangan yang mulai menopang kepala di atas meja.
Julia berdecak dan mulai tak memedulikan Kirana. Ia langsung beralih menatap makanannya yang tadi ia bawa. Tanpa ingin menghiraukan gadis di sampingnya, ia langsung menyantap makanannya begitu saja, membuat Kirana berdecih dan tertawa hambar melihat kelakuan absurd siswi sekolahnya.
Gadis kaya nan manja itu kembali menegakkan tubuh dan meregangkan otot-otot tangannya. Tanpa aba-aba Kirana langsung menggebrak meja, membuat Julia dan juga Jasmine di kejauhan spontan terkejut dan berjingkat. Jasmine hendak berdiri menghampiri Kirana, namun Cindy menghentikannya.
"Ini 'kan, yang lo mau, Julia?" Kirana menaikkan nada bicaranya, persis seperti yang Julia lakukan. Suara keras tanpa kata-kata kasar. "Lo mau kita diliat semua warga kantin 'kan?"
Julia sedikit merasa ciut, namun ia tak mau menunjukkan jika dirinya sedang merasa takut. Ia pun menoleh dan menatap tajam Kirana yang justru tersenyum lebar padanya. Julia mendadak berdiri dan menimbulkan bunyi decitan dari kaki kursi juga lantai secara tiba-tiba. Kirana masih terlihat tenang menghadapi gadis tersebut, ia justru bertanya apakah Julia mau pergi. Jika iya, Kirana berkata jika dirinya tak akan membiarkan Julia pergi begitu saja.
"Gue bisa laporin lu ke guru BP, ya!" ancam Julia. "Jangan halangin jalan gue!"
"Wah!" Kirana merasa terperangah dan langsung bertepuk tangan. "Kayaknya lo anak baru, deh. Lo nggak tau gue siapa, ya?" Kirana menggoda dengan menelengkan kepalanya.
"Gue laporin lo atas kasus pembulian." Julia mulai banyak bicara.
Kirana menyingkirkan senyumnya dan menyilangkan tangan di atas perut, ia memundurkan tubuh dan duduk dengan tenang. "Silakan. Gue nggak takut, tuh."
"Lo pikir gue bercanda?" Julia kembali menaikkan volume suaranya.
"KAGAK!" Saking kesalnya, Kirana langsung berteriak. "Semua orang yang ada di kantin ini juga tau, kali, siapa yang bikin masalah duluan!" ceplosnya begitu saja.
"Anak itu aneh banget nggak, sih?"
"Di kelas juga dia nggak punya temen."
"Kalo ngomong suka nyudutin orang."
Julia mengembuskan napas pelan dan tersenyum miring mendengar orang-orang yang mulai berbisik di sekitarnya. "See? Orang-orang ada di pihak gue," ujarnya dengan sangat percaya diri.
Kirana spontan tertawa keras dan menatap Julia yang terkejut olehnya. "Sinting lo ya, ternyata. Gue jadi kasian sama lo. Jangan-jangan lo nggak pernah punya temen, ya?"
"Kiran! Lo ngapain sih, di sana? Mending sama temen-temen lo, noh!"
"Iya, nih. Lo ngapain sih, Ran, ngurusin orang nggak jelas? Atau sini aja deh, lu, makan sama gua."
Teman-teman yang berada di satu kelas yang sama dengan Kirana mulai memanggilnya. Mereka tahu pasti jika Kirana tak akan mengganggu orang tanpa sebab, kecuali orang tersebut adalah Cindy. Sehingga mereka berpikir agar gadis itu tak perlu memusingkan Julia dan mengajaknya untuk mulai makan.
Kirana menoleh dan tersenyum. "Iya, nih. Gua gabut, dan kebetulan lagi tertarik sama seseorang," jawabnya dengan sangat ringan.
Mendengar bagaimana akrabnya Kirana pada yang lain, Julia pun mulai merasa sedikit panik. Dengan keras ia mendorong Kirana dan berlari keluar dari kantin. Gadis itu tak berpikir jika dirinya akan dihadapkan dengan kejadian seperti ini. Dalam pikirannya ia akan bisa jadi berani dan melawan orang-orang yang terus mengganggu hidupnya, nyatanya ia justru tak memiliki satu orang pun untuk membela.
Kirana berdecak dan mulai berjalan menuju ke tempat Jasmine dan juga Cindy. Di tengah jalannya, beberapa orang mengatakan jika gadis bernama Julia itu memang aneh dan tak memiliki teman di kelasnya. Ia juga terkesan manipulatif dengan mengatakan hal yang tak benar menggunakan suara yang cukup keras.
Jasmine menunggu dengan khawatir, sedangkan Cindy mulai sibuk menghubungi seseorang sejak tadi melalui aplikasi chat-nya. Kirana datang dan langsung menarik mangkuk es oyen milik Cindy, tanpa banyak bicara ia langsung melahapnya begitu saja. Cindy pun sudah tak begitu memedulikan hal itu, ia hanya kesal karena orang yang tengah berusaha ia hubungi tidak merespon sama sekali.
"Lo tadi ngapain sih, Na? Harusnya nggak usah kayak gitu," ujar Jasmine dengan merasa khawatir.
Kirana tersenyum. "Lo musti tau gimana orang harus memperlakukan orang lain dengan baik, supaya mereka juga mendapat perlakuan baik," jawabnya.
Gadis berambut panjang nan lurus itu diam sejenak. "Tapi lo tau, nggak, dia anak kelas mana? Kayaknya gue nggak pernah liat deh." Jasmine akhirnya mengutarakan rasa penasarannya.
Mendadak saja seseorang yang tampak payah dengan napas terengah-engah datang dan menabrak meja tiga gadis itu. mereka kontan terkejut dan menatap aneh si anak yang baru saja datang itu.
*****
Kamar Tukang Halu, 06 juni 2022