Tak terasa tahun-tahun berlalu. Hany mulai menjalani hidup nya dengan baik. Seiring berjalan nya waktu, Hany mencoba membuka hatinya untuk orang lain. Banyak pria yang singgah silih berganti namun Hany merasa tidak cocok dengan nya dan tidak bisa menerima nya dengan baik. entah karena alasan itu atau karena ia masih memikirkan Tama.
Saat Hany sedang dekat dengan seorang pria yang menurutnya bisa menjadi kekasihnya, Ada satu nomor interlokal menghubungi ponsel nya. Pikiran Hany mulai melantur kemana - mana. ia menerka - nerka, apakah yang menghubungi nya adalah Tama. Kedua kalinya nomor tersebut menghubungi nya dan lagi - lagi Hany tidak merespon nya.
Sampai akhirnya ketika Hany sudah dirumah, Tante nya bilang kepadanya bahwa Tama menghubungi ke ponsel nya menanyakan keadaan Hany. Hany yang mendengar nya tiba - tiba terkejut. Hany juga merasa kesal dan marah kepada Tama.
Nomor itu tiba - tiba muncul di layar ponsel Hany, Hany pun kemudian mengangkat nya.
" Halo. " jawab Hany terlebih dahulu
" Hany, ini aku Tama. " sahut Tama di telepon.
Seketika hening. Bibir Hany terasa kaku. Tiba - tiba Hany tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Hany cukup shock saat itu. Kemudian dari balik telepon Tama memanggil - manggil lagi. Hany tersadar dan segera menjawab dengan sedikit gugup.
" Ha,, ha,, halo. Ada apa? " jawab Hany terbata - bata.
" Maaf aku baru bisa menghubungi mu. " kata Tama lagi.
" Apa?! Maaf?! Setelah selama ini kamu menghilang dari ku, hanya itu yang bisa kamu ucapkan?!? " ucap Hany dengan marah.
" Ku mohon maafkan aku han. Aku tidak tahu bahwa akan selama ini baru bisa menghubungi mu kembali. " kata Tama yang mencoba menjelaskan.
" Akh sudah lah! Itu semua hanya alasan mu saja! Jangan pernah kamu menghubungi ku lagi! Termasuk keluarga ku juga. Hubungan kita sudah berakhir! " sahut Hany sambil menutup telepon nya.
Tama hanya terdiam mendengarkan kemarahan Hany yang begitu besar kepada nya. ia cukup sadar bahwa dirinya sudah membuat kesalahan begitu besar. Tama kemudian mencoba mengirim pesan teks kepada Hany yang berisi bahwa dia akan segera kembali ke Indonesia.
" Han, beberapa minggu lagi aku akan pulang. Kumohon tunggu aku. Kita bisa membicarakan semua nya baik - baik. I love you. " kata Tama dalam pesan teks nya.
Hany hanya membaca nya dan tidak membalas pesan tersebut. Menurut Hany, Tama sudah keterlaluan karena mempermainkan kepercayaan yang selama ini sudah mereka bangun. Terlebih lagi Tama tidak menjelaskan permasalahan yang sebenarnya kepada Hany. Dan sebenarnya Hany pun sedang dekat dengan seorang pria yang saat ini selalu membuat Hany tersenyum bahagia.
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tama mencoba menghubungi Hany sesering mungkin namun Hany tidak pernah merespon nya. Hany merasa cukup jengah dan juga sakit hati terhadap Tama. Perasaan Hany sebetulnya mulai goyah lagi saat Tama mulai menghubungi nya kembali. Namun kenyataan nya ada seseorang yang saat ini selalu berada di sisi Hany yaitu Vino.
Hampir dua tahun Vino selalu menemani Hany. ia lah yang selalu menghibur dan menyemangati Hany selama ini. Sampai akhirnya perasaan Hany yang awal nya sekeras batu menjadi lunak karena Vino. Vino merupakan pria baik hati yang juga rekan kerja Hany di kantor nya. Awal nya Hany tidak tertarik sedikit pun dengan Vino, Namun karena tekad Vino dan semangat Vino yang selalu menempel pada Hany, akhirnya Hany luluh juga.
Hany merasa kehadiran Vino sangat mengobati luka hati nya yang begitu dalam. Vino mengisi hari - hari nya penuh dengan kebahagian. Sampai akhirnya hany membuka pintu hatinya kepada Vino dan melabuhkan hatinya pada Vino. Namun karena kedatangan Tama yang begitu tiba - tiba, membuat Hany merasa sedikit goyah.
Pagi itu Hany hendak pergi untuk mengantar nenek nya ke rumah sakit. Seperti biasanya nenek Hany harus mendapatkan perawatan rutin. Di sela - sela menunggu pemeriksaan, nenek nya sempat bertanya kepada Hany tentang Tama. Hany mengatakan bahwa Tama dan diri nya sudah tidak menjalin hubungan. Sangat disayangkan kata nenek nya Hany. Nenek nya begitu menyayangi Tama seperti cucu nya sendiri. Hany hanya tersenyum mendengar perkataan nenek nya itu. Sepulang dari mengantar nenek nya ke rumah sakit, Vino menghubungi Hany dan mengajak Hany untuk pergi keluar. Hany pun segera bersiap - siap.
Vino kemudian datang untuk menjemput Hany. Vino mengirimkan pesan teks bahwa ia sudah sampai didepan rumah Hany. Hany bergegas pergi ke luar tanpa pamit dengan nenek nya. Biasanya kemana pun Hany pergi ia selalu pamit. Hany sudah sedikit berubah semenjak ia mengenal Vino.
Di sisi lain, Tama hanya bisa terus memandangi foto ia bersama Hany di ponsel nya. Tama begitu sangat takut kehilangan Hany. Tama sama sekali tidak mengetahui bahwa Hany sudah memiliki orang lain disampingnya. Tama hanya berharap bahwa ia belum terlambat untuk memperbaiki semua nya.
Hany kemudian pergi ke sebuah pusat perbelanjaan bersama dengan Vino. Vino juga mengajak nya untuk menonton film bioskop. Setelah mereka selesai menonton, Vino mengajak Hany untuk makan di salah satu restoran yang ada di dalam mall tersebut. Saat mereka sedang berbincang - bincang, tiba - tiba Hany menerima panggilan di ponsel nya. setelah dilihat ternyata nomor tersebut nomor internasional. Hany terkejut seketika.
" Ah, bukan kah ini nomor luar, apakah ini Tama yang menghubungi ku? haruskah ku angkat saja? Tidak,, tidak. aku tidak ingin lagi berhubungan dengan nya. " Kata Hany dalam hati nya.
" Kau tidak mengangkat nya? " tanya Vino tiba - tiba.
" Tidak. biarkan saja mungkin ini hanya telepon iseng. " jawab Hany.
" mm begitu. " sahut Vino.
Hany memilih untuk tidak mengangkat nya. Tama merasa Hany tidak ingin menjawab panggilan nya dan seperti biasa nya ia hanya mengirimkan pesan teks kepada Hany mengatakan bahwa ia baik - baik saja dan segera pulang untuk menemui nya. Hany berharap ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Tama. Hany merasa begitu kecewa dengan Tama.
Malam semakin larut. Hany memutuskan untuk kembali kerumah nya. kemudian Vino mengantar nya sampai didepan rumah nya.
" Terimakasih untuk hari ini Vin. " kata Hany sambil tersenyum.
" Sama - sama. " sahut Vino.
" Apakah kamu tidak mau mampir sebentar? untuk sekedar memberi salam kepada nenek ku atau tante ku? " tanya Hany.
" Ah, aku terburu - buru saat ini. mungkin lain waktu aku akan mampir ya. " jawab Vino yang berusaha mencari alasan.
" Oh begitu. baiklah. hati - hati di jalan. " ucap Hany sedikit kecewa.
" Oke bye. " kata Vino lagi sambil menyalakan mesin mobil nya.
" Bye. " jawab Hany singkat sambil memandangi mobil Vino yang perlahan mulai berjalan menjauh.
Hany merasa sedikit kecewa terhadap Vino. karena Vino selalu saja mencari alasan untuk tidak ingin terlalu dekat dengan keluarga nya. Nenek nya pun berulang kali menegur Hany karena Hany tidak seperti biasanya. Hany tiba - tiba membandingkan Vino dan Tama di pikiran nya. Namun setelah dipikir kan lagi, Hany mulai nyaman dengan Vino walaupun ada beberapa sisi buruk yang dimiliki oleh Vino. Hany tidak bisa menampik bahwa hampir selama dua tahun ini Vino lah yang selalu ada untuk nya dan mengerti dirinya.
Ke esok hari nya Hany begitu enggan masuk kerja. Rasa nya begitu malas dan hanya ingin menghabiskan waktu nya untuk tidur. Dari lantai bawah nenek nya sudah memanggil - manggil nya untuk sarapan pagi. Hany bergegas turun untuk menemui nenek nya.
" Selamat pagi nek. " sapa Hany kepada nenek nya.
" Pagi Hany sayang. ayo makan sarapanmu. apakah kamu tidak pergi bekerja? " tanya nenek nya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng kepada Hany.
" Ah aku begitu malas hari ini. Harus kah aku bolos bekerja dan hanya bermain bersama mu? hehehe. " jawab Hany sambil menggoda nenek nya.
" Ada - ada saja kamu ini. kamu itu masih muda jangan malas. cepat habiskan makanan mu dan berangkat. " ucap nenek nya sambil menasehati.
" Mmm. baiklah,,, baiklah. " jawab Hany sembari menghabiskan makanan nya.
Setelah sarapan, Hany bergegas bersiap - siap untuk berangkat ke kantor. kebetulan hari ini tante nya tidak membawa mobil nya. Hany berniat memakai nya untuk pergi ke kantor. Setelah rapih Hany tak lupa berpamitan terlebih dahulu kepada nenek nya.
Sesampai nya di kantor Hany memulai kesibukan nya. Tak sedikitpun mata nya tidak tertuju pada pekerjaan nya yang begitu numpuk.
" Huaah,, banyak sekali. bisakah aku menyelesaikan nya hari ini? " kata Hany dalam hatinya mengeluh.
Tiba - Tiba ada yang menghampiri meja Hany. Ternyata Vino yang menghampiri Hany untuk mengajak nya makan siang.
" Han, makan siang yuk. sudah waktu nya nih. kamu mau makan dimana? " ajak Vino.
" Hmm,,, seperti nya aku tidak bisa makan siang saat ini. pekerjaan ku begitu banyak dan harus selesai hari ini. " jawab Hany.
" Yah, ayolah kau bisa lanjutkan nanti setelah makan. " pinta Vino sambil memohon.
" Tidak bisa Vin, sorry yah. " sahut Hany lagi.
" Huh! baik lah. kamu jangan lupa makan ya nanti. " kata Vino lagi sambil mengingatkan Hany untuk makan.
Vino akhirnya meninggal kan Hany sendiri. Hany pun kembali melanjutkan pekerjaan nya.
Dddrrrrt dddrrrrt.... Suara getar ponsel yang berasal dari sudut meja Hany.
Ternyata Hany mendapatkan pesan dari Tama. Hany membuka ponsel nya dan membacanya. isi pesan tersebut ialah ;
" Jaga kesehatan mu ya Han, jangan sampai telat makan. aku akan segera kembali. " tulis Tama pada pesan yang dikirim nya.
Membaca pesan Tama mengembalikan ingatan beberapa tahun lalu saat Tama masih bersama diri nya. Hany seketika membayangkan kembali hal - hal yang dahulu ia sering lakukan bersama Tama. Tak ada satupun yang tak terlintas di benak Hany. Dan Hany sangat merindukan hari - hari yang ia lewati bersama Tama. Namun saat ini Vino telah hadir di kehidupan Hany menggantikan Tama. Hany tidak boleh lagi goyah. ia mencoba meyakini diri nya bahwa saat ini Vino lah yang terbaik untuk nya.
Disaat Hany mencoba menerima hubungan jarak jauh dan meyakini bahwa akan berhasil bersama dengan cinta pertamanya yaitu Tama. Pada kenyataan nya ia malah dikecewakan dan memilih untuk menyerah dengan hubungan tersebut. Disaat ia menyerah dengan cinta pertama nya itu dikarenakan jarak dan waktu yang memisahkan keduanya, kini cinta pertama itu muncul kembali di kehidupan nya dan membuat kebingungan di dalam hati Hany. Kini perasaan Hany pun menjadi bimbang.
Di sisi lain, Tama yang terus menerus mencoba memperbaiki hubungan tersebut, mencoba berbagai cara agar Hany bisa kembali lagi kepada nya sekalipun nanti nya saat bertemu ia harus berlutut dihadapan Hany, Tama rela melakukan nya asalkan Hany kembali lagi kepelukan nya.