Hera mengangguk. "Iya yang itu. Nah, dan ternyata … cowok itu tuh kak Arsya. Gila tahu gak? Gue terkejut."
"Bukannya emang kak Arsya itu keponakannya kak Litta, kan? Kan kak Irwan udah bilang pas waktu itu, Her." Sherina mengingatkan Hera.
"Ya, gue gak terlalu nyimak. Gue lupa juga soal kak Irwan pernah bilang kalau kak Arsya itu keponakannya kak Litta. Tapi yang buat gue lebih syoknya lagi adalah gue baru tahu kalau laki-laki baik, yang selalu diceritain kak Litta itu kak Arsya orangnya. Gue juga gak ingat soal kak Irwan yang bilang itu. Pas diajak ketemuan, ya … gue gak nyangka ke sana. Gak ingat aja gituh soal kak Irwan yang udah bilang kalau kak Arsya sama kak Litta adalah tante sama ponakan. Dan gue sangat-sangat syok banget pas satu meja sama kak Arsya." Hera menutup wajahnya.
"Syoknya?" Sherina meraba-raba ekspresi Hera. "Syok karena lo udah bisa jatuh cinta sama kak Arsya hanya dari mendengarkan ceritanya saja dari kak Litta? Iya, begitu?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com