webnovel

Jangan panggil aku Pelacur

Fanya, remaja yang lahir dari keluarga yang sangat hancur. Awal kehancuran keluarganya adalah setelah kepergiaan sang ayah. Hingga dirinya bertemu dengan Deka si sebuah club malam. Fanya bukannya menjadi wanita penghibur di sana, melainkan ia sebagai pelayan yang mengambilkan minum untuk para tamu. Saat ini ia masih duduk di bangku SMA kelas 11. Ia terpaksa bekerja di tenpat seperti itu hanya demi biaya sekolahnya yang sudah tidak lagi di tanggung oleh sang Ibu. Aku terlahir dari krluarga yang hancur, dan kamu ikut menghancurkan hidupku?? ~Fanya Renata Putri~ Akan aku pastikan hidupmu akan tetap baik-baik saja, karena aku akan selalu ada di sampingmu. ~ Deka Putra Atmajaya ~

Doraemon_Cantik · History
Not enough ratings
244 Chs

Bab 25

25. Natural make up

Drap ... drap ... drap

Langkah kaki itu semakin mendekat. Fanya tau ini sudah lebih dari jamnya ia berdandan. Suara Langkah kaki siapa lagi kalau bukan Deka.

"dasar lemot sekali," cerca Deka.

"aku hanya make up sedikit saja dan ini pun sangat natural. Seharusnya kau tau kalalu aku itu tidak pandai memakai make up." Gadis itu memprotes.

"kan sudah aku bilang kaku harus belajar, mengapa sampai sekarang pun kau tidak pandai-pandai juga. Lihat itu memakai alis saja kau tidak bisa," ujar Deka.

"husst, jangan berisik. Aku sedang berusaha, dan kau diam di situ!" ucap Fanya.

Rasanya memang lebih nyaman seperti ini, berbicara layaknya teman. Deka pun perlahan sudah bisa menghilangkan sikap dinginnya. Dan ketika berbicara dengan Fanya pun terlihat lebih mengenakan.

"waktu kita tidak lama, bisakahan kamu cepat sedikit," ujar Deka.

"sudah jadi, make up natural ala Fanya," sahutnya.

"dari tadi dandan dan hanya seperti itu yang kau dapatkan?" tanya Deka.

"memangnya kenapa?" tanya Fanya balik.

Meskipun agak takut Fanya tetap berani menjawab ucapan Deka. entah akan kena marah lagi seperti yang lalu-lalu atau pun tidak Fanya tidak peduli.

Dan hal yang bikin mengejutkakn adalah, Deka bukannya marah tapi justru malah tertawa terbahak.

"mengapa kau tertawa?" tanya Fanya. "tidak ada yang lucu sama sekali," imbuh Fanya.

"gadis itu pun akhirnya berlalu mendahului Deka.

Tiba-tiba saja, saat Fanya hendak naik ke dalam mobil Deka ia di kagetkakn dengan alm pada ponselnya. Dan rupanya sedari tadi Fanya hanyalah bermimpi.

"cihhh, apaan sih. Gue kira beneran tadi, gak taunya cuma mimpi aja," ketus Fanya.

Gadis itu bangkit dari tidurnya dan segera pergi mandi. Waktu baru menunjukan pukul 3 sore, gadis itu rupanya sengaja membunyikan alrm karena jam 4 sore nanti Deka akan menjemputnya dan ia sudah harus siap.

Karena tadi Fanya sangat mengantuk dan takut kalau sampai tidak bangun dan membuat marah Deka, maka itu ia menyalahakan alrm.

Byuuuur..... dinginnya air dan wanginya aroma terapi membuat Fanya menjadi lebih fresh. Gadis itu memang sengaja mandi dengan aroma terapi agar terlihat lebih fresh.

"akhirnya ritual mandi gue selesai juga, sekarag saatnya gue ke ganti baju nih," ujar Fanya.

Gadiis itu kemudian mencari hoddie yang ada di lemarinya. Kemudian ia padankan dengan jeans bewarna navi.

"dah, gini aja lebih simple dan gak ribet."

Setelah berganti baju, Fanya pun beralih ke meja rias. Gadis itu merias wajahnya sebisanya. Mulanya ia hanya mengoleskan sedikit foundation, kemudian baru ia sapukan beda tipis-tipis dan memaki lipstik.

"sudah beres, terserah deh mau gimana komentar Deka nanti," ujar Fanya.

'

Setelah selesai dengan dandannanya gadis itu langsung turu ke bawa. Dan ternyata waktu sudah memnjunujkan pukul 4. Dan Fanya semakin di buat terkejut karena ternyata Deka sudah ada di bawah.

"aku udah bilang kan tadi di chat jam berapa kamu harus siap terus kenapa kamu malah baru saja siap?" tanya Deka. "dan satu lagi dandanan kamu itu norak sekali," tambah deka.

"maaf, aku ketiduran tadi. Dan untuk dandanan aku memang tidak bisa berdandan," jelas Fanya.

"cepat masuk ke mobil, kita harus segera berangkat," perintah Deka.

Fanya pun langsung melangkahkan kakinya dan langsumg masuk begitu ia sampai di mobil Deka.

"gue kira akan seindah mimpi gue tadi, dan ternyata kenyataan tetaplah sama. Si manusia dingin itu tetaplah dingin," ujar Fanya.

"kau tau, kau adalah orang yang paling benci akta terlambat. Dan gara-gara menunggumu kita jadi terlambat, kau harus terima hukumannya nanti malam."

"maaf," hanya itu yang dapat keluar dari mulut Fanya. itupun suaranya bergetar saat ia mengucapkannya.

Meskippun Fanya itu termasuk gadis pemberani, tapi kalau sudah seperi ini masalahnya maka Fanya akan langsung diam seribu bahasa.

"turun kamu," perintah Deka.

Bukannya kita sudah terlambat?" tanya Fanya.

"aku akan lebih malu jika dandanan kamu seperti itu," tegas Deka.

Fanya tidak menajwab lagi, ia hanya menurut saa ketika penampilanya di rubah oleh mua profesiaonal yang saat ini berdiri di sampingnya.

"saya mau jangan terlalu menor tapi juga jangan pucat," pinta Deka.

"baik Tuan," sahut Mua tersebut.

30 menit kemudian, Fanya telah berubah menjadi sangat cantik. Deka kemudian menyodorkan kartunya untuk membayarnya.

"saya sangat puas sekali, lain waktu saya pasti akans kesini lagi," ucap Deka.

"ayo," ajaknya.

"hmmm."

"aku mau kalau pakai make up itu yang seperti ini, ukannya seperi tadi norak," tegas Deka.

"aku akan belajar," jawab Fanya.

Deka kembali melajukan mobnya, dan beberapa menit kemudian mereka telah sampai di tempat acara.

Saat Fanya melangkah masuk, semua mata langsung memandang ke arah Fanya.

"gilla Men, dapat dari mana lo?" tanya salah satu teman Deka.

"ini calon istri gue, sahut Deka.

Ia tidak nyaman dengan teman-temannya yang terus menatap wajah Fanya penuh arti.

"ohhh, ini calon istri lo. Gue kira lo itu mau betah menjomblo sampai kakek-kakek. Gue ikut senang dan gue tunggu uandangannya," ujarnya.

Teman-teman Deka tidak ada yang tau kalau ia akan meniah beberapa hari lagi. Deka memang tidak terlalu banyak menyebar undangan, mengingat pernikahan ini hanya di atas kertas saja.

"lihat semua yang ada si sini, mereka semua adalah gadis yang berkelas. Jadi, kau jangan coba-coba untuk mempermalukan aku," tegas Deka.

"dia fikir aku ini gak bearkelas. Aku hanya belum menjadi sepeari mereka, lihat saja aku akan menjadi jauuh lebih baik dari mereka," ujar Fanya dalam hati.

"ayo kita kesana, di sana ada teman kuliahku yang tinggal di luar negri. Ingat kamu jangan bikin malu," ujar Deka kembali mengingatkan Fanya.

"iya," sahut Fanya.

"hay Natsya," sapa Deka.

"ahh, Deka lama sekali kita tidak bertemu." Gadis itu kemudian memeluk Deka setelah membalas sapannya.

"cihh, apaan sih. Biasa aja kali gak sah pakai acara peluk-peluk segala," ujar Fanya.

Fanya terlihat tidak suka dengan tingkah gadis yang bernama Natsya itu.

"ohh iya Sya, kenalin ini Fanya calon istri gue!" ujar Deka.

"ohh, hayy!" sapa Natsya.

"hayy," sahut Fanya.

"gimana LA sekarang, lo masih betah aja tinggal di sana," ujar Deka.

"ya iyalah, gue kalau sepupu gue gak lagi nkah gak bakalan gue pulang ke Indo," sahut Natsya.

"idihh, sombongnya. Pulanglah Indonesia juga merindukanmu," ujar Deka lagi.

"Indonesia atau orangnya yang rindu," sahut Natsya.

"kamu gak berubah ya, dari dulu masih tetap sama. Lucu dan kocaknya masih tetap ada," timpal Deka.

"itu udah karakter kali Ka, mana bisa hilang hahaha." keduanya pun tertawa bersama.