"Kenapa kamu lama sekali ke toilet?" tanya Galaxi dengan raut wajahnya yang datar menunggu Bintang di depan pintu perpustakaan.
"Ya suka-suka dong!" jawabnya singkat dengan wajah cemberut langsung masuk kedalam perpustakaan.
Seketika tangan Bintang pun ditarik oleh Galaxi sehingga langkah Bintang pun terhenti. Bintang yang melihat Galaxi tiba-tiba menarik tangannya, ia langsung menolah kearah Galaxi.
"Kita belajar dikelas saja, kelas kamu kosong kan?" tanya Galaxi.
"Loh kok tiba-tiba sekali sih, emang kalo didalam perpustakaan kenapa?" tanya Bintang ketus karena moodnya belum sepenuhnya membaik.
"Didalam ada adik kamu dan adik saya sedang bimbingan juga."
"Terus masalahnya apa?" tanya Bintang kembali.
"Kamu tidak akan focus bimbingannya."
Tanpa basa-basi lagi Galaxi langsung menarik tangan Bintang dan membawanya pergi dari ruangan perpusatakaan itu menuju kelas.
"Awch! Jangan tarik-tarik gitu dong Pak Gala! Sakit." Protes Bintang sembari menggubris tangan yang ditarik oleh Galaxi.
"Kamu kalo gak ditarik gak akan nurut," balas Galaxi terkekeuh.
"Kamu!" tukas Bintang sembari menyoroti matanya dengan membulat kearah Galaxi dengan mengepalkan tangan kanannya seakan ia mencoba untuk memberi pukulan kepada Galaxi saking kesalnya.
"Take a breath…."
Bintang mencoba menarik nafas dan sedikit menurunkan emosinya ketika berhadapan dengan Galaxi.
"Baik! Hari ini kita akan belajar dikelas," ucap Bintang ketus lalu berjalan melewati Galaxi menuju kelasnya.
Sedangkan Galaxi yang melihat tingkah aneh dari wanita yang baru saja dibuatnya kesal itu hanya menggelengkan kepala.
"Gadis aneh," gumamnya.
Diruangan kelas, tampak terlihat Bintang sudah siap dengan buku pelajarannya sembari terus menerbitkan raut wajah yang ketus dan amat kesal. Galaxi yang melihat hal itu merasa sangat terganggu. Ia pun menaikka kedua tanganya keatas pinggag, jelas Galaxi terlihat sedang emosi.
"kenapa Pak?" tanya Bintang sembari duduk santai sembari memutar-mutar pulpennya.
"Mau belajar atau tidak?"
"Maulah, tidak lihat nih kalo aku sudah siapkan buku-buku diatas meja? Cih, aneh," ujarnya sembari mengangkat alis kanannya lalu menerbitkan senyuman smirk.
"Kamu suka Mars?" celetuk Galaxi. Seketika Bintang terkejut mendengar ucapan Galaxi dengan mulut mengaga dan bola matanya membola besar.
"Apah! Ma-maksud Pak Gala apa? Kok tiba-tiba bicara kayak gitu!" sahut Bintang tak terima dengan tuduhan Galaxi, ia pun beranjak dari tempat duduknya dan berdiri sembari menunjuk kearah Galaxi.
"Apa hubungannya dengan Kak Mars, jangan asal tuduh!" sambung Bintang protes.
Ya, walaupun apa yang dikatakan Galaxi itu benar, tapi Bintang tak terima jika orang lain termasuk Galaxi tahu tentang rasa Sukanya itu kepada Mars.
"Haha…" Galaxi tertawa tipis, kali pertama bagi Bintang melihat laki-laki yang da dihadapannya itu tertawa.
"Waras Pak?" celetuk Bintang seketika Galaxi pun terdiam dan kembali lagi mengerutkan wajah datarnya dan focus kaearah Bintang.
"Sepertinya saya mulai tidak waras karena berlama-lama dekat denganmu," balas Galaxi tak terima dirinya dikatai seperti itu, untuk pertama kali ia di tanya tentang kewarasannya oleh seorang manusia. Pasalnya Galaxi adalah orang yang sangat disegani oleh orang yang mengenal dirinya, bahkan oleh temannya sekali pun.
"Okey… mudah saja bagi Bapak jika tidak ingin menjadi seorang dosen tidak waras yaitu dengan membatalkan perjodohan denganku, jika Pak Gala menikahiku sudah aku pastikan Pak Gala akan merasa prustasi dan akhirnya gila," seloroh Bintang menakut-nakuti Galaxi.
Galaxi pun semakin di buat geleng-geleng dengan perkataan yang keluar dari mulut Sefira. Ia mengira bahwa wanita yang akan di jodohkan dengannya itu memiliki sifat kalem sebagaimana yang diceritakan oleh ibunya kepadanya. Faktanya ternyata Bintang adalah wanita yang berhasil membuatnya elus dada setiap kali melihat tingkah lakuknya dan ucapannya.
Galaxi melangkah mendekat ke meja siswa dimana Bintang duduk. Membungkukkan tubuhnya kearah Bintang dan menatap mantap.
Bintang yang melihat Galaxi bersikap aneh kepadana itu, kedua matanya terbelalak membola besar.
"Aku tidak semudah itu dibodohi oleh kamu. Besok aku akan menemui kamu di rumah, jangan kabur. Pernikahan saya dan kamu akan segera terjadi."
"Tapi… jika kamu menerima syarat dari saya, maka saya akan pikirkan kembali niat saya ini," bisik Galaxi mengancam.
Klek!
Bintang menelan salivanya, ia tidak bisa membalas bisikan Galaxi yang membuat bulu kuduknya bergidik. Pita suaranya seakan tercekik setelah mendengar ancaman Galaxi.
Galaxi yang sangat puas membuat Bintang terkukuh diam tak berkutik, ia pun langsung pergi kembali ke meja guru dan memulai pembelajarannya. Terlihat jelas di bibir eksotisnya Galaxi menerbitkab senyuman smirk.
"Sialan! Bang Galaxi sudah menampakan siapa jati dirinya yang sebenarnya," batin Bintang.
***
Sepulang bimbingan, Bintang keluar dengan raut wajah yang kesal, jalannya pun seakan dirasanya tidak menapak kebumi. Berbeda dengan Bulan, ia keluar dengan raut wajah sumringah dan senyuman yang amat lebar.
"Bintang!" panggil Bulan dari arah kejauhan sembari melambaikan tangannya.
"Bahagia sekali adikku itu," batinnya bergumam, dengan rauy wajah sedih.
"Hey hey hey… By the way, ada apa dengan wajahmu itu, sangat kusut sekali," tanya Bulan.
"Emang wajahku begini adanya Bulan, kayak baru tahu ajah deh," balasnya ketus.
"Eh, gimana Bimbingan sama Bang Galaxi, apa kamu sudah membuatnya kesal kembali?" tanya Bulan.
"Ya begitulah, seperti yang kita tahu bahwa Bang Galaxi bukan pria biasa yang mudah ditaklukkan begitu saja, sulit rasanya aku membuatnya bertekuk lutu dan menuruti permintaanku, yang ada malah aku yang diancam olehnya, menyebalkan!"
"Haha… bagaimanpun kamu harus bisa membuat Bang Galaxi membenci kamu Bintang, perjodohan kamu harus di hentikan," ujar Bulan dengan nada yang berapi-api.
Bintang hanya menatap heran kearah Bulan, pasalnya Bulan lah yang sangat antusias dalam membatalkan perjodohannya dengan Galaxi.
"Aku tahu Bulan, kamu pasti sangat mencintai Kak Mars, sehingga kamu terus menyemangatiku untuk sebisa mungkin menghindari perjodohan ini. Cintamu tak ingin terhalang olehku, walaupun sebenarnya cintaku juga sangat besar kepada Mars, tapi sepertinya cinta kamu lebih dan lebih besar kepadanya daripada aku," batin Bintang.
"Hey! Kenapa diam saja dan menatapku dengan tatapan seperti itu, apa jangan-jangan kamu kerasukan kodam peletnya Bang Galaxi?"
"Duh takut banget aku," ujar Bulan seraya menghindar dari Bintang.
"Hemmm, adikku mulai lagi deh kumat. Susah juga kalo punya adik yang banyak tidak warasnya dari pada warasnya," gumam Bintang seraya menggelengkan kepalanya, lalu ia pun tetap berjalan kembali dan meninggalkan Bulan.
"Ehh eh eh…. Kenapa malah tinggalin aku Bint!" sahut Bulan tak terima ditinggalkan begitu saja oleh Bintang.
"Katanya tadi takut sama aku, yaudah aku tinggalin," balas Bintang tak peduli dan tetap melanjutkan perjalanannya.
"Bintang… tunggu ih! Iya iya maaf, kamu ini gak bisa yah di ajak becanda," protes Bulan sembari memonyongkan bibirnya karena kesal.
"Bilang apa sekali lagi?"
"MAAF!" teriak Bulan.
"Bagus, lain kali kalo kamu bersikap aneh lagi, aku akan adukan sama Mamah untuk bawa kamu ke psikiater," ancam Bintang.
"Iya Nona, maaf," balas Bulan sembari mengatupkan kedua tangannya dengan wajah ketus.