webnovel

Jangan jatuh cinta

"Maaf, kakak gapernah kepikiran untuk menjalin hubungan dengan kamu erika . Kakak cuma menganggap kamu sebatas anak dari teman bisnis papaku. Aku agak risih kalau kamu menganggap semua perlakuan baikku ke kamu selama ini itu karna ada rasa suka yang lebih sama kamu." kata-kata yang mengalir dari mulut seorang Kevin Saputra Wijaya, lelaki yang ku tembak 5 menit lalu di belakang halaman sekolah. Setelah peristiwa penolakan itu aku memblokir segala akses komunikasi dengan kak kevin dan pindah ke sekolah lain supaya enggak kepikiran dan gaperlu berpapasan dengan kak kevin. Dan bisa mulai move on dari kak kevin dengan rutinitas di sekolah baruku. Awalnya semua berjalan terasa sempurna. Tetapi, kira kira 5 tahun berlalu dari saat itu. Tiba-tiba dia muncul begitu saja didepanku dan menerima perjodohan diantara kami dan memperkenalkan dirinya sebagai Calon Suamiku. Ya 'dia' yang ku maksud tidak lain dan tidak bukan adalah Kak Kevin, orang yang menolak perasaanku 5 tahun yang lalu dan hanya menganggapku sebagai anak dari kolega bisnis papanya.

uliclaudia02 · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

2

Sesampainya di kampus....

"ERIKA WOYYYY! kau kemana aja bolos kelas tadi?!" teriak siska sambil bergelayut manja di lengan kananku.

"Haaahh.... tadi aku berdebat kecil sama Orangtuaku tadi pagi. Berantam kecil, rupanya aku dijodohin gitu karna ayah ga mau aku nerusin bisnisnya dan calon suamiku pilihan mereka yang bakal nerusin semua itu." kataku lirih kearah siska.

"Emang ribet ya jadi orang kaya, nikah pun diatur atur supaya jadi keuntungan. Untung mamak bapakku ga kayak gitu. Bagi mereka udah syukur aja kalau aku bisa bawa cowok ke rumah untuk dikenalkan jadi menantu mereka nantinya." jawab siska enteng sambil mengunyah kentang goreng miliknya.

" Gataulah pusing aku. Sis aku nginap ya di tempat mu malam ini? aku tadi pas lagi marahan bilang gabakal pulang   tadi, gapapakan?" kataku cepat ke siska.

" Iya deh iya boleh. Ada ada aja deh semoga cepat baikan deh sama orang tua kau." kata siska mengiyakan permintaanku.

"Makasih siska cantik. Memang kau yang terbaik lah" kataku memuji siska.

"Kalau ada maunya aja lah kau bilang aku cantik ya bahluap." kata siska sinis walau tetap tersenyum senang dipuji cantik.

" Yaudah kita jalan ke mall yuk sekarang. Terus habis itu karaoke bareng untuk melepas stress dan segala beban pikiran yang mengganjal di otak kecil kita " kata siska sambil menarikku meninggalkan area kampus untuk having fun.

Setelah itu kami menghabiskan waktu kami untuk senang-senang sampai lupa waktu dan pulang ke rumah siska tanpa mengecek hpku yang lowbatt dan  sudah amat  banyak terdapat panggilan dan pesan yang dikirim bunda yang tidak kubaca.

"eh ga nyadar rupanya hape aku mati dari tadi. Untung sebelum mandi udah ku cas" kataku sambil menghidupkan hapeku sambil dicas.

" Jangan-jangan udah banyak panggilan dan pesan dari orang tua kau nanyain kau kok belum pulang hahaha" ledek siska asal ke arahku dan penasaran.

"Gak mungkin lah, asal aja kau lah kau menduga-duga" kataku ga percaya praduga asal-asalan nya si siska ini.

"Eh anjir.... banyak banget riwayat panggilan tidak terjawab dari bunda" ceplos ku ketika melihat notif setelah hapeku hidup.

Bundanya Eri.

"Kak pulang kak, ayah jantungnya kambuh kak"

"kak kakak dimana? Ayah drop dilarikan kerumah sakit karna gak sadarkan diri"

"kak kakak dimana? ini bunda sharelock alamat rumah sakitnya ya kak"

'BRAKK' Hapeku terlepas gitu aja dari tanganku dan air mataku menetes membaca pesan dari bunda yang menyatakan kondisi ayah yang kritis

dan menangis tersedu sedu

"Eh anjing?! lu kenapa ri?" tanya siska sambil memungut hapeku dan membaca pesan yang dikirim bunda.

"astaga ri. Yang tabah ya ri, kau gaboleh panik sekarang mau ku antarin ke rumah sakit hah?" tanya siska sambil mengguncang pundakku pelan.

" engga sis kayaknya aku gajadi nginap, maaf ya sis. Aku pulang dulu, gausah dianterin aku naik motor aja biar cepat" jawabku cepat sambil berlari menuju halaman rumah siska dwngan cepat ketika kesadaranku mulai kembali.

'ayah harus baik-baik aja, maafin eri ayah' gumulku didalam hati sambil menancap gas sepeda motorku menuju ke rumah sakit.

"Bunda! Bun...bundaaa!" teriakku memanggil bunda yang sedang duduk di depan pintu ruang rawat inap nya ayah.

"Erika...." lirih suara bunda menyahuti. "Ayah kondisinya gimana bunda? udah sadar? udah baikan?" tanyaku kepada bunda.

"Ayah udah sadar sayang, eri masuk ya ada yang ayah mau omongin sama eri." kata bunda menyuruhku masuk ke dalam kamar rawat ayah.

Aku mengangguk dan masuk ke dalam kamar rawat inap ayah. Saat sudah masuk ke dalam kamar aku melihat  punggung seorang laki-laki yang duduk disamping ranjang tidur ayah sambil menemani ayah berbincang.

"A...ayah" panggilku memecah perhatian ayah dari sosok orang tersebut. Ayah yang melihatku tersenyum dan melambaikan tangannya yang lemah menyuruhku mendekat ke tempat ayah tidur.

Aku yang melihat gerakan tangan ayah langsung berlari berhamburan memeluk ayah sambil meminta maaf. Melupakan ada orang lain di kamar ayah, aku langsung nangis sejadi jadinya dan meminta maaf ke ayah.

" Ayah maafin eri, eri bakal patuh semua kata-kata ayah. Tapi ayah harus sehat dan pulih, Eri bakalan mencoba ngejalanin perjodohan apapun itu yang ayah bilang, eri gabakalan bersikeras menentang dan maksain keinginan eri untuk ngelanjutin bisnis ayah kalau itu malah bikin ayah drop. Asal eri ga kehilangan orang-orang yang eri sayang lagi" cerocosku panjang lebar didalam pelukan ayah.

"iya...iya ayah mengerti. Nah karna kamu setuju untuk ngejalanin perjodohan nya, kamu kenalan dulu sama calon suami kamu. Tapi kamu lupa ada orang lain di ruangan ini, kamu gamalu diliatin calon suami kamu nangis kayak anak kecil gini?" jawab ayah sambil ngegoda aku yang masih nangis dipelukan nya.

Aku yang tersadar seketika terdiam. Dan mulai berpikir.'Orang lain? Calon suamiku?' pikirku. Saat otakku mulai nyambung, aku langsung mengatur pandanganku untuk melihat orang lain yang dimaksud ayah tadi.

"Ka Kevin?" ceplosku saat memandang orang tersebut. Ya dia adalah kak Kevin Saputra Wijaya, Senior yang dulu pernah kusukai saat masa SMA dan menolak perasaanku hanya karna dia menganggapku sebatas anak dari sahabat bisnis orangtuanya. Yap, Orangtuanya kak kevin merupakan salah satu mitra bisnis ayahku, hubungan kedua keluarga sangat terjalin dengan baik karna Papanya kak kevin adalah sahabat ayah dari zaman SMP. Mereka berjuang merintis bisnis bareng-bareng dari nol, saling support dan rupanya mereka bermimpi menikahkan putra putri mereka.

"Hai Erika" Sahut kak kevin santai. "Apa yang kakak lakukan disini?" tanyaku rada sinis kearah kak kevin.

"Menjenguk Ayahmu, atau bisa kubilang calon papa mertua." jawab kak kevin tanpa ragu. "Calon ayah mertua?emang kakak mau nikah sama siapa,cih!" jawabku risih mendengar jawabannya.

"Erika! jaga bahasa mu boru"kata papa berusaha menjawab lebih lagi dan kak kevin menahan ayah dan menjawabku lagi.

"Ya dengan siapa lagi aku menikah ri? ya dengan kamu lah Erika Uli Panjaitan. Calon istri dan ibu dari anak-anakku di masa depan." jawab kak kevin cepat dan tegas.

"A-apa sih! siapa bilang aku mau sama kakak. Jangan ngarep deh jadi orang."kataku mengelak jawaban kak kevin.

"Kamu yang bilang tadi ke ayah kamu di depanku, kalau kamu bakal mencoba menjalaninya ri" kata kak kevin sambil berpindah duduk di sebelahku.

"Ayah, saya boleh permisi ngajak erika untuk ngobrol lebih jauh tentang kelanjutan hubungan kami kedepannya? nanti saya yang antar erika pulang" kata kak kevin ke ayah sambil menatapku.

Aku yang ditatap lekat, salah tingkah dan berusaha menjawab. "Gak bisa, kapan-kapan aja kalau aku ada waktu entah kapan! aku mau nemanin ayah sekara-" kataku belum selesai dan dipotong ayah.

"Boleh kok nak kevin, hati-hati ya diperjalanan dijaga erikanya" kata ayah lembut ke arah kak kevin.

Kak kevin yang sudah mendapat persetujuan ayah langsung berpamitan dan mengajak aku keluar dari ruang rawat. Saat di pintu luar kamar kami bertemu ibu, saat ingin mengajak ibu ngobrol kak kevin langsung berpamitan ke ibu untuk membawaku dan ibu memperbolehkannya begitu saja.