webnovel

Bab 1 Hidup

Elric merasa terombang-ambing dalam gelap. Tidak ada dentingan senjata, ledakan, atau suara tembakan yang menghantui. Hanya gelap dan sunyi. Ketika matanya akhirnya terbuka, dia merasa terkejut. Dia tidak lagi berada di medan perang yang mematikan. Sebaliknya, dia berada dalam sebuah ruangan yang sepertinya tidak pernah dia lihat sebelumnya. Bau lembab dan apek menghiasi udara. Ini bukanlah medan perang yang mematikan yang selalu dia kenal, tetapi sebuah tempat yang jauh dari familiar.

Elric terbangun dalam kebingungan yang tak terlukiskan. Ia merasa seperti dua aliran memori yang saling bertentangan berkecamuk di dalam kepalanya. Saat kegelapan dan cahaya bulan memenuhi sekitarnya, ia merasakan perasaan yang asing, sebagian dirinya adalah seseorang yang telah berjuang melalui medan perang, dengan bahaya dan ancaman setiap saat dan sebagian sebagai seorang anak yang sakit sakitan yang bahkan baru melihat dunia, sensasi ini begitu aneh baginya. Elric merasakan perasaan kebingungan yang begitu mendalam sehingga dia hampir merasa seolah-olah dia telah terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung. Pikirannya melayang-layang antara kenangan penuh perang miliknya dan kenangan orang lain, menciptakan perasaan konflik yang menyiksa. Seperti kilatan memori, dia melihat seorang anak yang tertidur lelap di tempat tidurnya, dengan seorang wanita menyanyikannya. Suara gelak tawa kecil seorang wanita muda menggema di telinganya saat bermain dengannya, mengingatkan Elric pada masa kanak-kanak yang dia tidak pernah dimiliki.Tapi kemudian, kenangan itu berubah gelap. Elric merasakan ketegangan yang pernah dialami ketika dia berjuang di medan perang. Dia melihat ledakan api, mendengar dentingan peluru, dan merasakan rasa sakit luka-luka yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Ini seperti dia terjebak dalam dua dunia yang saling bertentangan. Kenangan Aldric menghantamnya seperti gelombang yang tak terduga, mengingatkannya pada identitas yang sekarang dia pegang, sementara dia masih harus mencoba menjaga kenangannya sendiri. Konflik dalam dirinya semakin dalam saat dia mencoba memahami dan memisahkan antara dua kepribadian yang begitu berbeda ini.

Dengan perasaan penuh konflik, Elric memeriksa tubuhnya yang sekarang berubah. Ini mustahil, pikirnya. Ia yang dulunya seorang prajurit berotot dan kuat, sekarang telah berubah menjadi pemuda yang asing dengan tubuh yang tampak rapuh. Setiap gerakan yang dia coba lakukan dengan tubuh barunya terasa seperti berjalan di atas air. Dia mencoba mengangkat tangannya, dan jari-jarinya gemetar, seolah-olah dia belum pernah menggunakannya sebelumnya.

Ia meremas kasar kulit tubuhnya, mencoba mencari tanda-tanda bekas luka, tanda-tanda bahwa ini adalah bagian dari kenangan yang terlupakan. Tapi tak ada, hanya kulit halus yang tidak kenal dengan perang. Ia merasakan kelemahan dalam tubuhnya, ketidakmampuan untuk berdiri.

Elric menoleh ke sekelilingnya, mencoba untuk memahami apa yang terjadi. Kamar itu terasa sangat asing baginya, meskipun ada rasa keakraban yang samar-samar dalam benaknya. Dia tahu kamar ini bukanlah miliknya. Tempat tidurnya yang biasanya kokoh dan tangguh sekarang tampak jauh lebih kecil dan sempit, diterangi oleh cahaya bulan yang masuk dari jendela, seolah-olah mencerminkan keadaannya yang baru.

Dengan gemetar, dia melihat cermin yang menggantung di dinding. Gambar yang dipantulkan di sana adalah seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan dengan warna mata serasi. Wajahnya tidak lagi dihiasi oleh bekas luka pertempuran dan ketegasan yang mengiringi kehidupan medan perang. Ekspresinya yang dulu selalu tegar dan tajam, kini tampak berubah menjadi kosong dan pucat wajah sesorang pemuda yang menghadapi kematian.

Elric mencoba bicara, tetapi kata-kata yang biasanya mudah terdengar menjadi sulit dan tidak terdengar keluar dari bibirnya. Kengerian melanda dirinya, tetapi di tengah kebingungan itu, dia mengingat suatu bahasa yang sangat berbeda dari semua bahasa yang pernah dia kenal. Bahasa asing ini muncul sebagai bisikan lemah namun bisa diucapkan dengan susah payah, dengan satu kata yang menghiasi pikirannya: "apa" dalam bahasa yang tak dikenal. Elric mencoba mengucapkan beberapa kata dalam bahasa yang dia kenal dari ingatannya. Namun, setiap percobaan hanya menghasilkan suara-suara yang tidak jelas dan frustrasi. Ini menambah tingkat frustrasinya. Dia masih kebingungan dan merasa sangat tidak nyaman dengan perubahan baru yang dialaminya.

Pikiran Elric mulai menerjemahkan dua aliran memori yang saling bertentangan. Dia mulai memahami bahwa dia adalah seorang transmigrator, seseorang yang berpindah jiwa ke tubuh seseorang karena kematian. Dan sementara dia tidak sepenuhnya memahami apa yang telah terjadi, dia tahu bahwa hal ini perlu disembunyikan di pikiran terdalamnya.

Elric dengan hati-hati berdiri, merasa ketidaknyamanan fisik yang tak biasa di seluruh tubuh, terutama lehernya. Dia melihat-lihat kamar yang kini tampak berbeda baginya. Meja yang sederhana tanpa hiasan hanya dengan beberapa barang diatasnya, rak buku dengan sedikit buku didalamnya, kursi dan lemari kayu yang sudah tua, lantai yang pudar, dan kaca yang sederhana, dia melihat kaca sekali lagi setelah kebingungan mereda. Kaca itu tidak mencerminkan bayang masa lalu yang luar biasa, kaca itu hanya memantulkan gambar seorang pemuda kurus, pucat dan lemah dengan tali melilit lehernya seakan baru saja menerima kematian dalam hidupnya. Elric terus menatap cermin, mencoba mencari jejak dirinya sendiri dalam mata pemuda yang mencerminkan kembali pandangan hampa. Kepanikannya semakin dalam saat dia merasa dirinya benar-benar terperangkap dalam tubuh orang lain.

Dia melepaskan tali yang menjerat lehernya sambil memilah ingatan dari fragmen ingatannya. Pemilik tubuh ini bernama Aldric, dia mati karena bunuh diri, yang disebabkan oleh ancaman dari seorang anggota geng yang mengganggu keluarganya. Dia mengancam bahwa jika dia tidak mati sendiri maka kakak atau bibinya lah yang akan menggantikannya. Dia mulai menyusun ingatan dengan hati hati. Saat Elric menyusuri kenangan Aldric, dia menemukan potongan-potongan yang menarik perhatiannya, kenangan tentang kakak dan bibinya, mereka seseorang yang dicintai oleh Aldric. Dia merenungkan kenyataan bahwa dia berada dalam tubuh Aldric karena kematian tragisnya. Rasa ketidakpastian dan rasa beterasingan menyelimuti pikirannya, dan dia merasa kebingungan untuk apa yang dilakukan selanjutnya.

Elric mulai menyelidiki setiap sudut kamar yang asing ini. Dia mengintip laci meja. Didalamnya berisi sebuah buku harian dan sebuah liotin, dia mengambil keduanya. Dia membaca buku harian dan menyelami pemikiran Aldric. Setelah sekian lama dia menggali liontin, Itu adalah liotin biasa dengan foto orang tua aldric didalamnya, dia hanya mengamati dalam diam. Setelah diam begitu lama dia melangkah perlahan ke tempat cahaya yang datang dari jendela. Di sana, dia berdiri diam, menatap keluar melalui jendela pada bulan yang aneh yang berjumlah delapan di langit malam yang kosong. Berdiri dengan tubuh terhuyung-huyung selama beberapa saat, dia menyadari sekali lagi bahwa ini bukan sekedar mimpi.