webnovel

Pelajaran Pertama

Editor: Wave Literature

Guru Lu berjalan ke arah meja itu dan kemudian mengetuknya beberapa kali.

Pria berjubah abu - abu itu terbangun, lalu mengusap matanya dan menengadah, menatap Guru Lu. Pria itu sangat gembira, namun juga terkejut melihat baju dan sepatu Guru Lu yang berlumuran lumpur.

"Kakak Lu, apa yang sebenarnya terjadi?"

'Saat anak kecil sudah bisa berjalan, ia tidak akan pernah berpikir untuk kembali merangkak dan begitu juga seorang ahli bela diri yang sudah bisa mengendarai pedang terbang, siapa yang masih mau berjalan kaki?' pikir pria berpakaian abu - abu itu.

"Hanya berjaga - jaga." jawab Guru Lu. "Kalau tidak hati - hati, guru dari puncak gunung lain akan mendengar berita ini dan datang mengambil anak - anak ini. Kalau sampai itu terjadi, apa yang akan kita lakukan?"

"Kita semua masih satu sekte, harusnya tidak masalah kan?" jawab pria berpakaian abu - abu itu dengan enteng.

"Lalu, bagaimana kalau orang dari sekte lain datang mengambil anak - anak itu?" protes Guru Lü.

Pria berpakaian abu - abu itu tertawa, "Aku rasa, kamu sedikit berlebihan, kakak. Aku ingin lihat bakat seperti apa yang kamu temukan, yang membuatmu jadi begitu gugup."

Guru Lu memberi isyarat pada Jing Jiu dan Liu Shisui untuk maju dan memperkenalkan diri. "Ini adalah Immortal Master1 Gerbang Selatan di sekte kita, namanya Ming Guoxing. Kalian harus memanggilnya Guru, sampai kalian sendiri menjadi anggota sekte."

"Guru Ming!" Liu Shisui langsung berteriak.

Perlu beberapa saat bagi Ming Guoxing yang terkejut untuk tersadar setelah ia melihat Jing Jiu. "Sungguh anak laki - laki yang tampan, seperti boneka yang terukir dari batu giok. Kakak Lu, kamu benar-benar menemukan seseorang yang luar biasa kali ini." Puji Ming.

"Aku masih ragu, apakah ia hanya anak yang berwajah tampan saja. Aku lebih memilih anak yang lebih muda itu."

Guru Lu menghela nafas, komentar itu dilontarkan tepat di depan Jing Jiu, tanpa berusaha untuk menutupinya.

Hanya setelah tiga hari perjalanan, persepsinya terhadap Jing Jiu menjadi semakin buruk dan ia bahkan merasa sedikit menyesal telah membawa Jing Jiu.

Ia tidak pernah melihat orang semalas ini.

Akan tetapi, apa yang membuatnya benar - benar marah adalah Liu Shisui, yang menurutnya adalah seorang jenius, malah dimanfaatkan oleh seseorang sebagai budak.

Mendengar komentar ini, Paman Guru Ming melihat Liu Shisui. Selain sikapnya yang santai, Liu Shisui mampu mempertahankan tatapan matanya dengan Guru Ming. Sehingga Guru Ming menganggukan kepalanya menandakan ia setuju. 

Saat Paman Guru Ming memeriksa Liu Shisui dengan Piercing Discernment2, ia sangat terkejut, dan suaranya mulai bergetar karena gembira.

"Kualitas Taoist yang sangat alami!"

"Benar." Guru Lu tersenyum gembira.

"Lalu, kita tunggu apa lagi?" Ming Guoxing berteriak gembira. "Ayo masuk!"

Guru Lu berjalan melewati gerbang batu itu bersama dengan Jing Jiu dan Liu Shisui.

Ming Guoxing, menyentuh dadanya pelan, lalu tersenyum pada Guru Lu ketika pandangan mereka bertemu, sebelum akhirnya merasa tenang.

Ketika memasuki gerbang gunung itu, saat itu juga, mereka menjadi murid dari Sekte Green Mountains kita dan tidak ada seorangpun yang bisa membawa mereka pergi.

Tidak ada ahli bela diri dari sekte lain, bahkan orang - orang dari Zhaoge, atau orang - orang dari Forest of Longevity, ataupun Curtain Rollers, yang berani menginjakkan kaki di sini.

Tidak ada seorang pun yang berani membuat keributan di Sekte Green Mountains.

Ming Guoxing mengambil kuas, mencelupkannya ke batu tinta, dan membalikkan beberapa halaman di bukunya, lalu melihat ke arah Liu Shisui, "Siapa namamu?" tanyanya.

"Liu Shisui." jawabnya gugup.

(Shisui : Sepuluh Tahun)

Ming Guoxing sedikit terkejut, kemudian kembali bertanya, "Namamu, bukan umurmu."

Liu Shisui menjawab dengan matanya terbuka lebar,"Nama saya Liu Shisui, apa ada yang salah?"

Liu mulanya tidak begitu senang dengan namanya, namun, ia sudah terbiasa dan akhirnya mulai menyukainya.

Dalam hal ini, "Kamu bisa memanggil dirimu sendiri dengan nama "Sepuluh tahun" atau "Seribu tahun," ucap Ming Guoxing dengan alis melebar dan mata yang tersenyum.

"Dan kamu?" ia menatap Jing Jiu dan bertanya, setelah mendata informasi Liu Shisui.

Walaupun Ming sudah mempersiapkan mentalnya, ia tetap menyipitkan mata dan berucap "tsk, tsk" beberapa kali, saat melihat wajah yang luar biasa indah itu.

"Jing Jiu dari Zhaoge."

Anak muda itu menjawab dengan santai, melayangkan pandangannya ke puncak gunung yang tampak menyendiri di kejauhan.

Ming Guoxing tidak memperhatikan ketidaksopanannya ditengah kegembiraan yang dirasakannya. Dia bahkan menyemangati Jing Jiu dengan kata - kata yang hangat. Lalu, ia berpaling ke arah Liu Shisui, sudah siap untuk kembali berkomunikasi dengan anak laki - laki yang memiliki kualitas Dao alami ini.

Tanpa disangka, Liu Shisui berjalan ke arah gerbang batu, tanpa menoleh ke arahnya, karena Jing jiu sudah terlebih dahulu berjalan ke sana.

Di jalan setapak di gunung itu, anak muda berpakaian putih itu berjalan di depan, diikuti oleh anak yang lebih muda yang membawa semua barang bawaan mereka.

Melihat pemandangan ini, Ming Guoxing menjadi bingung,"Apa yang terjadi disini?" tanyanya.

"Mereka adalah tuan dan pelayan."

Guru Lu merengut, saat ia mengingat apa yang dikatakan oleh ayah Liu padanya malam itu.

"Bagaimana bisa, seseorang yang memiliki talenta alami menjadi pelayan orang lain?" Ming Guoxing lagi - lagi terkejut dan berpaling memandang Guru Lu, "Tidak peduli apapun hubungan mereka, selama mereka telah melewati gerbang gunung, semua masalah di dunia luar tidak ada artinya disini. Bukannya kamu sudah menjelaskan hal ini pada mereka?" tanyanya.

Guru Lu tidak bisa melakukan apa-apa. Ia telah memberitahu anak-anak itu tentang peraturan ini dengan sangat jelas, sejak hari pertama, akan tetapi, Liu Shisui menolak untuk mendengarkan dan Jing Jiu juga tidak mengatakan apa-apa.

...

...

Kabut mulai menipis, namun, angin di daerah itu masih terasa lembab dan jalan setapak di gunung ini sungguh sangat mulus. Cukup menyenangkan untuk berjalan diatasnya.

Memandang lereng gunung dan juga puncak-puncak gunung disekitarnya, Liu Shisui dipenuhi rasa ingin tahu, gembira, dan gugup, semua perasaan ini terlihat jelas di wajah kecilnya.

Mungkin, karena terpengaruh oleh ekspresi Liu, atau mungkin karena ia teringat akan kenangannya di masa lalu, Jing jiu memandang pemandangan dan objek di sekitarnya sedikit lebih lama.

Mereka berjalan lebih dari sepuluh mil dengan penuh nostalgia, menyusuri jalan setapak gunung itu, hingga akhirnya sampai di sebuah lereng di tengah - tengah pegunungan..

Pohon - pohon tinggi ada dimana - mana dan diantaranya, tersebar belasan pondok jerami.

Awan kabut mulai muncul, menutupi sebagian pondok - pondok jerami. Namun, jika diperhatikan, setiap pondok jerami itu dipisah oleh sebuah pagar.

Satu jalan terpecah menjadi banyak jalan di sisi bukit. Liu Shisui tidak tahu harus pergi ke mana, dan melirik ke arah Jing Jiu.

Suara air di belakang lereng gunung itu terdengar renyah dan menyenangkan di telinga. Itu pastinya adalah suara mata air dan gema suara musik yang mengiringi suara air itu, membuat suasana terasa semakin sejuk.

Jing jiu berjalan ke sana, dengan Liu Shisui mengikuti dari belakang.

Mereka berdua mengikuti suara air di sekitar pepohonan hijau dan menemukan sebuah bangunan yang samar, terlihat di dalam kabut.

Sinar matahari tiba - tiba turun dan mengusir kabut itu. Seketika, terlihat sebuah bangunan disana, bangunan besar dengan atap berwarna hitam dan dinding hijau yang memberi kesan mengerikan.

Itu adalah aula latihan dari Sekte Green Mountains, di Pine Pavilion Selatan, dimana murid - murid yang baru terdaftar tinggal dan belajar di sana untuk waktu yang lama.

Belasan anak perempuan berdiri di lapangan di depan aula, mengenakan pakaian berwarna biru dengan model yang serupa.

"Kita hanya menunggu kalian berdua saja, cepat bergabung dengan yang lain." perintah Guru Lu, sambil berdiri di tangga batu.

Liu Shisui terkejut, "Tuan muda, bagaimana cara Immortal Master bisa sampai disini?" tanya pada Jing Jiu. "Aku sama sekali tidak melihatnya melewati kita di jalan tadi!"

Di dalam gerbang gunung, Guru Lu tidak perlu khawatir lagi kehilangan murid - murid barunya ke sekte lain, walaupun terekspos pada orang luar. Sekarang, ia bisa mengendarai pedang terbang dan tiba disini dalam sekejap.

Jing Jiu tahu tentang hal ini, namun Liu Shisui benar - benar tidak tahu apa - apa.

Saat mendengar apa yang baru saja dikatakan Guru Lu, para murid, yang berjumlah puluhan orang itu, mengalihkan perhatian mereka kepada Jing dan Liu, penuh dengan rasa ingin tahu.

Murid - murid di depan aula itu berkata di antara mereka sendiri, "Oh, mereka akhirnya sampai disini".

Murid - murid ini datang dari segala penjuru negeri dan sudah tinggal di Paviliun Pinus Selatan selama beberapa waktu, tapi tidak ada satupun dari mereka yang diajari kekuatan magis atau teknik pedang. Mereka sudah tidak sabar untuk mendapatkan kesempatan itu.

Mereka telah mendengar kabar, bahwa guru pelatih sedang menunggu seorang murid yang istimewa. 

Setelah menghabiskan begitu banyak waktu orang hanya demi seorang murid, maka bisa kamu bayangkan betapa pentingnya orang ini bagi guru pelatih. 

Semua murid di sini dipilih secara pribadi oleh Immortal Master dari Sekte Green Mountains, mereka yakin, mereka akan menemukan jalan menuju surga. Dengan situasi seperti itu, tentu dapat dimaklumi, jika mereka mengantisipasi kedatangan murid baru ini dengan sedikit rasa benci. 

Namun, mereka semua adalah murid - murid dari berbagai daerah yang baru terdaftar, sehingga mereka tidak bisa mengenali talenta Liu menggunakan Piercing Discernment. Sehingga perhatian mereka hanya terfokus pada Jing Jiu.

Suara bisik - bisik yang terdengar di kerumunan murid itu berubah menjadi diskusi dan perdebatan yang seru, seperti dengung lebah.

"Bagaimana ia bisa setampan itu?"

"Bagaimana mungkin seseorang terlahir dengan wajah seperti itu?"

"Caranya membawa diri benar - benar luar biasa, ia pasti berasal dari keluarga bangsawan di Zhaoge."

Wajah murid - murid itu, terutama yang perempuan menjadi hangat dan mereka sampai memalingkan wajah mereka, mengipasi pipi mereka menggunakan tangannya, setelah mereka melihat penampilan Jing Jiu yang tampan.

"Apa menurut kalian telinganya tidak terlihat aneh?" seorang murid laki - laki, tiba - tiba bertanya.

Mendengar komentar ini, semua orang menemukan bahwa pemuda berpakaian putih itu, ternyata memiliki sepasang telinga yang bisa dibilang terjepit, yang kelihatan...

"Lucunya!"

Seru seorang gadis yang tergila - gila pada Jing Jiu.

Guru Lu pun terpaksa berpura - pura batuk.

Anak - anak itu, yang bersedia untuk berlatih Dao sepenuh hati di tengah - tengah pegunungan ini, sambil menjaga Daoist conscience3 nya, berhenti mengamati dan mendiskusikan Jing Jiu, saat mereka diingatkan oleh gurunya.

Aula latihan menjadi sangat sepi.

Setelah diberi tanda dengan gerakan mata dari Guru Lu, Jing Jiu dan Liu Shisui berjalan ke ujung barisan.

"Ini adalah petunjuk untuk level awal, pelajari dengan baik."

Guru Lu mengayunkan lengan bajunya ringan dan puluhan buku terbang keluar dari aula latihan, buku - buku itu berjatuhan seperti dedaunan yang menyebar, dan mendarat dengan tepat di tangan tiap - tiap murid.

Pemandangan ini sungguh mengagumkan dan semua murid yang ada disitu tercengang, termasuk Liu Shisui.

"Ada banyak ahli bela diri di dunia, dengan teknik self-cultivation4 yang berbeda di berbagai sekte. Tapi walaupun berbeda-beda, namun intrinsic essence5nya tetap sama. Apa yang akan kalian pelajari adalah jurus magis level-awal."

Guru Lu lalu menyuruh murid - murid itu untuk membuka buku mereka. "Teknik utama dari Sekte Green Mountains kita cukup sederhana. Ada dua level awal dan salah satu diantaranya adalah Possession of Virtue."

Akhirnya, murid - murid itu bisa belajar jurus magis yang digunakan oleh para praktisi. Para murid muda ini tampak serius, mata mereka fokus ke buku pelajaran dan mereka mendengarkan penjelasan dari guru mereka dengan sungguh - sungguh.

"Apa itu 'Possession of Virtue'?" Menurut koleksi Dao dari Nanhua, tubuh kita punya atribut dan prinsip yang spesifik, dan inilah yang disebut Nature6."

"Apa yang sekarang harus kalian lakukan adalah mempelajari teknik kultivasi level awal dengan baik, memperkuat tubuh kalian dan melatih tekad kalian. inilah cara latihan yang benar. Dengan melakukan hal ini, kalian akan bisa menggabungkan keduanya sampai sempurna."

"Jika kalian sudah berhasil mencapai level Possession of Virtue, barulah Daoist quality dalam tubuh kalian menjadi stabil dan bisa bertahan menghadapi kekacauan pikiran yang harus kalian hadapi untuk mencapai level selanjutnya, yaitu Spiritual Stability.

Mendengar kata - kata itu, beberapa murid kemudian mengangkat kepala mereka dan wajah mereka penuh dengan harapan dan kerinduan.

"Apa itu Spiritual Stability?", "Spiritual Stability adalah tahapan dalam Huaiji. Dimana saat jiwa sudah stabil, maka tubuh juga akan menjadi seimbang."

"Level ini adalah lanjutan dari Possession of Virtue dan bisa disebut sebagai lompatan pertama yang diambil oleh praktisi. Saat mencapai level ini, tekad seorang praktisi tidak akan tergoyahkan dan mereka dapat merasakan Aura di dunia secara alami. Dan secara bertahap mereka bisa meningkatkan kualitas Dao dan meridian mereka. Terlebih lagi, mereka juga mampu menyerap energi langit dan bumi dan mengubahnya menjadi kekuatan yang sesungguhnya, mengisi Mata Air Spiritual mereka dan memperkenalkan mereka ke tahapan yang selanjutnya, walaupun untuk meraih keberhasilan ini, semua bergantung pada keberanian mereka sendiri..."

Walau suara Guru Lu tidak nyaring, namun, semua kata - kata nya terdengar jelas di telinga murid - muridnya.

Matahari sudah naik sampai ke puncaknya dan kabut, serta awan sudah benar-benar hilang. Sinar matahari terasa menyengat.

Tapi tidak ada seorang murid pun yang mengeluh tentang hawa panas itu, mereka semua memperhatikan dengan seksama pelajaran yang diberikan oleh Immortal Master mereka, seakan lupa akan pikiran - pikiran mereka yang lain.

Lalu, seorang murid muda dari Lelang County yang terpesona mendengar penjelasan yang diberikan oleh Immortal Master, tiba - tiba mendengar suara bisikan di sekitarnya.

Dia berpaling dan melihat pemandangan yang ada di depannya dan tertegun karenanya.

Liu Shisui tampak sedang mengisi cangkir teh untuk Jing Jiu.

Teh yang ada di teko, menjadi dingin bahkan sebelum dituangkan, sehingga tidak ada uap yang terlihat keluar dari cangkir.

Tapi, suara teh yang jatuh ke cangkir terdengar begitu jernih dan renyah, suaranya terdengar seperti suara mata air.

Jing Jiu lalu mengambil cangkir itu, meminumnya sampai habis, dan kemudian mengembalikannya kepada Liu.

Liu Shisui lalu meletakkan kembali teko dan cangkir itu ke tempatnya semula, ia kemudian mengambil sebuah kipas bundar, dan mulai mengipasi Jing Jiu.

Suara angin dari ayunan kipas bundar itu terdengar jelas di aula latihan yang sunyi itu.