webnovel

Bab 14. Dunia yang Gelap

Di suatu tempat yang gelap. Seorang iblis dan bocah SMA duduk menyilang dan saling berhadapan. Lilin menjadi satu-satunya sumber penerangan mereka. Sayangnya lawan bicara iblis itu malah sedang tertidur di posisinya yang seperti itu.

"Randy!"

"Randy!"

"RANDY!!!"

Dalor memanggil nama anak itu sampai terdengar sangat keras. Suaranya sampai membuat satu-satunya lilin di tempat itu tertiup.

"Huahh!" Randy terbangun karena kaget oleh suara yang sangat keras.

"Akhirnya kau bangun juga, bodoh!" Dalor menatap cemas anak itu.

Randy melihati sekitar lalu menatap iblis itu dengan raut muka yang bingung. Dia juga menyadari nada bicara Dalor yang tidak biasa. Jika sudah bernada seperti itu, maka Randy harus mendengarkan perkataan iblis itu dengan serius.

"Kenapa kau memanggilku ke sini?" Randy bertanya dengan penuh kebingungan.

"Kenapa?! Setelah kau hampir mati karena ceroboh, kau tanya kenapa?!" Dalor menajamkan matanya dan mendekatkan mukanya ke anak itu.

Mata Randy membuka lebar dan melotot ketakutan setelah mendengar kata-kata Dalor. Tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai turun di sekujur tubuhnya. Dia sepertinya tidak pernah terpikirkan soal ini.

"Ma-mati?! Bu-bukannya kita bisa menggunakan sihir penyembuh?!" Randy menatap takut iblis itu.

"Meskipun saat itu adalah Dunia Time Fracture dimana para Valkyrie dan Justiciar bisa menggunakan sihir dengan leluasa. Tapi yang namanya mati tetaplah mati!" Dalor mengembalikan posisi tubuhnya ke semula.

"Ka-kalo begitu... Selama ini aku bertarung tanpa memikirkan konsekuensi-nya?" Randy menurunkan pandangannya dengan perlahan.

Tatapannya kosong seakan dia telah mengalami kematian.

"Tenanglah, meskipun begitu, bila kau bisa dengan benar melakukannya. Kau juga bisa menyelamatkan dunia!" Dalor mencoba menenangkan anak itu.

Tapi itu malah membuatnya semakin takut. Tangannya menggenggam kuat, darah muncul dari bekas genggamannya.

"I-itu tidak membuatku tenang sama sekali!" Randy menutup matanya, air mata turun dari sana.

Dalor terlihat marah atas kepengecutan Randy. Perasaan untuk segeran membunuh anak ini menjadi tinggi.

"Bunuhlah...!" Suara pelan dari anak itu terdengar di telinganya.

Bukannya hasrat membunuhnya semakin tinggi setelah mendengar itu. Melainkan dia semakin merasa kecewa dan ingin menyiksanya seumur hidup.

"Kau makhluk lemah!" Dalor memegang bahu Randy dengan keempat tangannya.

"Apa kau lupa janjimu dengan mereka? Mereka yang sudah kau percayai untuk mengembalikan teman mereka!" Dalor mengingatkan Randy pada Ira dan Hannah.

Mereka berdua sebelumnya memiliki sifat yang seperti dipaksakan oleh sesuatu. Namun setelah Randy mengubah kalung mereka, mereka menjadi normal kembali. Tubuh mereka serasa ringan dan mudah sekali berekspresi setelahnya.

Randy semakin memelas sedih setelah mengingatnya.

"Tidak hanya itu! Apa kau lupa dengan misi- bukan melainkan tujuanmu!" Dalor menatap tajam.

"Kau pernah bilang ingin menyelamatkan mereka dari Apate, kan?!"

"Saat ini memang terlihat mustahil, tapi bila kau terus memperbaiki kalung mereka. Maka kau tidak akan bertarung sendirian!"

"Para Valkyrie dan Justiciar akan bertarung melawan Apate disisimu!"

"Itu tidaklah mustahil!"

Dalor memberi harapan padanya.

Randy tidak menjawab apapun. Yang dia lakukan hanya membuka matanya dan memalingkan tatapannya.

Yang ia lihat saat ini adalah kegelapan dari tempat itu. Hal itu seakan membuatnya sadar, dia saat ini seperti lari dari masalah. Dan hukuman bagi orang yang lari dari masalah adalah kegelapan itu.

Perlahan tapi pasti, Randy menoleh ke arah lilin itu. Dia mulai melihat sebuah cahaya saat keinginannya untuk melawan masalah ini mulai bertambah. Dia tidak boleh lari dari ini, demi sebuah cahaya itu. Dia akan melawan masalahnya.

Tatapannya kembali ke arah Dalor yang sedang menunggu balasannya. Dia menatap bosan bocah itu.

"Aku akan melawannya!" Randy berdiri dan menatap rendah ke bawah Dalor.

"Aku menyelamatkan mereka semua!" Dadanya ia pegang seakan menandakan dia siap untuk konsekuensi terburuknya.

"Tapi ingat ini baik-baik, aku melakukan ini hanya karena ingin melindungi seseorang ,bukan karena hal lain. Bila alasanku untuk bertarung hilang, maka aku akan diam dan tidak mau tahu apa yang terjadi di sini!" Randy memberi syarat padanya, meskipun syarat itu sama sekali tidak berguna buat sang raja iblis itu.

Senyum licik terlihat di wajah iblis itu. Dia terlihat puas akan jawaban Randy.

"Menganggumkan sekali, kupikir awalnya kau hanyalah bocah bodoh yang mudah terpengaruh. Tapi saat setelah mendengar pidatomu tadi, rupanya kau bukanlah seseorang yang biasanya mereka sebut pahlawan. Melainkan hanya orang yang ingin bertarung demi memenuhi hasratnya saja." Senyum licik terlihat sangat puas dengan jawaban bocah itu. "Kau benar-benar bukanlah malaikat melainkan iblis, ya?"

Randy menatap ke bawah dengan tatapan serius. "Aku bukan malaikat ataupun iblis. Aku hanya manusia!"

"Kenapa kau bilang begitu? Bukannya manusia merupakan penjelmaan salah satu dari iblis atau malaikat?" Dalor menatap bocah yang berdiri tidak sopan itu dengan penuh tanya.

"Manusia bukanlah salah satu dari kalian! Manusia bukanlah malaikat yang selalu menurut apa kata tuannya, bukan juga iblis yang selalu acuh pada tuannya." Randy menutup matanya sambil menghayati.

"Manusia adalah makhluk yang melebihi itu! Mereka punya kedua sifat yang tidak kau miliki maupun malaikat sekalipun! Mereka punya sesuatu yang disebut hati!" Matanya membuka dan menatap tajam iblis itu.

"Sebaik apapun orang, mereka tetap memiliki sifat jahat yang bisa merugikan orang lain. Begitu juga sebaliknya, sekejam apapun manusia, dia juga punya hati yang tulus meskipun secuil!" Randy memekik keras ke Dalor lalu kembali duduk bersamanya.

Dalor tidak bisa berkata apa-apa dengan pernyataan Randy. Mulutnya sedikit kepleset dan tertawa keras. "Hahahahahhaha!"

"Kenapa kau tertawa?" Randy menatap aneh.

"Yah habisnya elu ngingetin gue sama seseorang yang dulu pernah gue kenal!" Dalor masih tertawa lepas.

"Orang yang pernah kau kenal?"

"Dulu sekali, saat 2000 tahun yang lalu. Seseorang dengan tampang biasa-biasa aja. Dia pernah jadi tuhan setelah merebut status itu dari nenek tua. Tapi setelah pertarungan itu dia menolak dirinya disebut tuhan karena dia bilang dia adalah manusia. Dan manusia tidak boleh lepas dari kodratnya, dia hanya menyebut dirinya sebagai high king! Raja terkuat di semesta." Dalor menceritakan kisah semasa sebelum dia di segel.

"Dan kata-kata elu mirip sepertinya, apakah elu itu renkarnasinya? Tentu saja gak mungkin, elu berbeda bahkan gak cocok bila disebut renkarnasinya!" Dalor menertawai bocah itu.

"Orang itu, meskipun sudah ada di tempat paling atas, tapi dia tidak mau dipanggil lebih dari manusia biasa. Sungguh orang yang benar-benar paham apa itu hidup." Randy memegang dagunya dengan kesalutan setelah mendengar kisah orang itu.

"Sudah, saat ini elu udah enakan, bukan?" Dalor menanyai mental bocah itu.

"Hmm(mengangguk)... Aku sudah enakan." Randy menatap tegas iblis itu.

"Kau bisa bangun sekarang. Mereka berdua sedang menunggumu." Dalor mengijinkan bocah itu untuk pergi. "Tunggu, aku lupa satu hal. Bila kau merasa kesulitan, jangan sungkan untuk meminta bantuan di sekitarmu. Bukan hanya pada J dan W, kau juga punya teman yang bahkan bisa membantu di dunia nyata, kan?" Dalor memberi Randy nasihat sebelum akhirnya mereka terpisah.

Sebuah cahaya mendatangi Randy. Dia menutup matanya karena sakit akan cahaya itu.

Di sebuah rumah sakit, seseorang terbaring di sana. Di luar terdengar suara tangisan yang sangat kencang dari beberapa orang wanita.

Randy perlahan membuka matanya. Seorang yang mungkin merupakan dokter melihat kaget anak itu. Dia mundur sampai terjungkal jatuh dan kabur dari ruangan itu.

"Se-setan!" Dia mengatakan sesuatu yang menakutkan saat berlari keluar.

Sontak suara tangisan berhenti dan melihat ke arah pintu kamar itu. Tapi sepertinya mereka hanya melihat hal itu sebagai hal biasa.

Randy tidak paham apa yang baru saja terjadi. Tapi dia mencoba melihati sekitar. Sayangnya tempat ini cukup gelap untuk melihat, satu-satunya tempat yang bisa dia lihat hanyalah pintu bekas orang itu keluar.

Randy turun dari kasurnya dan berjalan keluar dari pintu itu. Dia menatapi banyak orang berdiri di depan pintu itu.

"Aku sudah mengkonfirmasi, itu memang benar anakku!" Ucap seorang wanita tua yang menangis.

"I-ibu?" Randy memanggil orang yang mungkin merupakan ibunya.

Sontak orang-orang yang ada di sana terkejut tidak percaya. Mereka bahkan mulai mengambil langkah mundur untuk kabur.

Orang yang di depannya memanglah ibunya. Tapi ada yang aneh dengan pandangan mereka. Kecuali sang ibu.

Dia dengan cepat memeluk anaknya dengan erat. "Kau beneran Randy, kan?!"

Randy kebingungan dengan apa yang terjadi. Dia melihat ke arah Farida dan Ilham. Dan anehnya, ada ketua OSIS, idol kelas, dan si pemalu.

Tidak ada yang menjelaskan dengan benar. Randy mencoba melihat kebelakang, dan melihat tanda yang ada di pintu ruangan itu.

Kamar Mayat

"Hah?!" Randy menatap terkejut.