webnovel

Mengingat Kembali 'Mimpi Buruk' (10)

Editor: Wave Literature

Ia mengangkat kepalanya, menangis dan tertawa secara bersamaan. Kemudian ia tersenyum sinis.

Tuhan benar-benar bisa mempermainkan manusia, apa maksudnya semua ini?

Keperawanannya telah diambil oleh pria asing yang tidak dikenalnya, dan kini ia dipaksa untuk berhubungan lagi dengannya. Ia merasa tubuhnya kini telah kotor, dan sekarang ia malah melihat Ji Jingfeng tidak setia lagi padanya.

Apakah itu untuk menghiburnya atau justru sebuah hukuman untuknya?

Sungguh ironis.

"An An."

Ji Jingfeng masih terus mengejarnya. Kemudian setelah sampai di tepi luar air mancur ia berhenti melangkahkan kakinya sejenak untuk menenangkan diri. Setelah itu ia pun terus berjalan menuju Ji Anning.

"Jangan kemari…" Ji Anning yang tadinya memberlakangi Ji Jingfeng dengan cepat ia berbalik dan memandang Ji Jingfeng yang hendak mendekatinya, kemudian ia pun melangkah mundur sembari berkata, "Biarkan aku sendiri, beri aku waktu untuk menenangkan diri, jangan mendekat."

Untuk pertama kalinya, ia merasa takdir benar-benar tidak adil baginya.

Ji Jingfeng yang pernah menyelamatkannya bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya, karena itulah Ji Anning memutuskan untuk tetap berada di sisinya seumur hidup. Tetapi ia tidak menyangka ternyata Ji Jingfeng sama sekali tidak menghargai perasaannya.

Ia benar-benar berpura-pura bersama Ji Anning hanya untuk menangkal kejadian buruk yang bisa terjadi padanya.

Melihat keintimannya dengan Bai Guo, jelas-jelas mereka telah lama menjalin hubungan rahasia itu.

Ji Jingfeng dan Bai Guo tumbuh besar bersama, mereka juga teman masa kecil. Jika kini mereka bersama, mereka juga akan menjadi kekasih masa kecil.

Ji Anning selama ini tinggal dan tumbuh besar di dalam keluarga Ji, memang sejak awal ia hadir di keluarga Ji itu sebagai 'obat' untuk Ji Jingfeng. Dan hal ini juga akan terus berlangsung sampai akhir hayat, obat takhayul dari mulut seorang peramal yang bisa menyelamatkan Ji Jingfeng.

Sebenarnya Ji Anning juga sudah sangat paham akan semua hal ini di dalam hatinya, bahkan termasuk ketika Ji Jingfeng rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkannya, dan itulah alasan terbesar Ji Anning masih bertahan tetap berada di keluarga Ji hingga saat ini.

Tapi melihat kejadian barusan tiba-tiba ia merasa tidak ingin, ia tidak ingin diperlakukan seperti ini dan perasaannya menjadi hancur.

Matanya sengaja ditutup oleh pria yang tidak dikenalnya itu dan ia diperkosa dengan kasar. Dan kini ia melihat secara langsung perzinahan yang dilakukan oleh kekasih masa kecilnya dan wanita lain.

Tetapi kini ia merasa tidak memiliki kepercayaan diri, tidak punya posisi, tidak punya hak untuk menyalahkan, dan bahkan tidak yakin bisa marah pada mereka.

Bukankah ini sebuah hukuman?

Ji Anning mundur ke tengah air mancur, ia bersandar pada bebatuan. Seolah tidak ada lagi cara yang bisa ia lakukan untuk kembali, ia berjongkok sambil menundukkan kepalanya, memeluk lutut dan menangis.

Kali ini, sarkasme dan penghinaan dari pria sombong itu tidak akan memberi pengaruh apapun padanya.

Ia hanya ingin menangis, ia ingin menangis sekeras-kerasnya, menguras semua air mata yang telah ia tahan selama bertahun-tahun.

Orang sering berkata, menangislah… menangislah agar kamu merasa lega.

"An An…" Ji Jingfeng melangkahkan kakinya perlahan.

Ia menatap Ji Anning dan memanggilnya dengan lembut, nada suara dan tatapan matanya penuh rasa bersalah dan permintaan maaf.

Ji Anning mengangkat wajahnya, air matanya yang keluar bercampur dengan air mancur yang membasahi wajahnya. Penglihatannya kini menjadi kabur, ia hanya melihat tubuh Ji Jingfeng yang tinggi sedang berdiri di depannya namun ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Sepertinya ia juga tidak pernah benar-benar memperhatikannya dengan jelas.

Sambil menangis ia pun berkata, "Jingfeng, pergilah, biarkan aku menenangkan diriku sendiri. Aku tidak ingin melihatmu sekarang."

Ji Anning tidak hanya tidak ingin bertemu dengannya, ia juga tidak ingin bertemu siapapun saat ini.

Mendengar Ji Anning berkata seperti itu kepadanya, tangan Ji Jingfeng yang tergantung di sebelah kakinya tampak mengepal dengan erat. Sebenarnya ia ingin melangkah lagi untuk mendekat padanya, tetapi Ji Anning mencegahnya untuk melangkah mendekatinya.

Ia takut Ji Anning akan lari lagi, takut ia akan lari pulang dalam keadaan seperti ini.

Mungkin ibunya akan merasa terpukul karena perbuatan yang telah dilakukan Ji Jingfeng, namun pada akhirnya ibunya tetap akan memaafkannya. Tetapi berbeda dengan kakek, tidak semudah itu untuk menjelaskan pada kakek dan ia pasti akan lelah dengan Bai Guo.

Ji Jingfeng berpikir sejenak, kemudian ia pun sedikit membungkukkan badannya dan mencoba untuk mendekati Ji Anning, "Kamu bisa sakit jika seperti ini."

Ji Anning hanya menunduk, tidak peduli dengan apa yang ia katakan, ia meringkukkan lehernya dan terus menangis.

Melihat ia tidak merespon sama sekali, Ji Jingfeng mencoba mengulurkan tangan lalu menariknya, "Ayo kita pergi cari tempat. Kamu ganti baju dulu, setelah itu tolong dengarkan penjelasanku, oke?"

Namun sebelum tangannya menyentuh lengan Ji Anning, tiba-tiba Ji Anning mengulurkan tangan dan mendorong tangan Ji Jingfeng, "Aku benar-benar tidak membutuhkan penjelasanmu, dan kamu juga tidak perlu menjelaskannya padaku."