webnovel

Kembalinya Putra Kesayangan (5)

Editor: Wave Literature

Pemandangan yang sangat menakjubkan.

Ji Anning menatap air mancur dengan pikiran yang melayang-layang. Tiba-tiba Ji Jingfeng menatap Ji Anning dan berkata, "Adik ipar sudah kembali."

Ji Anning akhirnya tersadar dari lamunannya, ia mengerutkan bibirnya dan tersenyum. Ia tidak terkejut, karena ia baru saja melihatnya.

Ia juga bisa menebak lewat air mancur yang dinyalakan ini. Jika ia tidak kembali, bagaimana mungkin air mancur ini akan dinyalakan lagi?

Ji Anning kembali mengalihkan pandangannya pada air mancur yang menyembur tinggi ke atas, melihat aliran air mancur itu lama-kelamaan membuat matanya terasa sedikit sakit dan pandangannya tidak fokus.

Mobil perlahan berhenti di gerbang mansion. Kepala pelayan sudah menunggu sejak tadi. Ji Jingfeng membuka sabuk pengaman lalu keluar dari mobil, dan melemparkan kunci mobil kepada kepala pelayan.

Kemudian ia pun berbalik dan mengulurkan tangannya untuk membantu Ji Anning turun dari mobil.

Telapak tangan yang hangat dan lembut membuat Ji Anning tertegun, dan mendongakkan kepala ke atas untuk melihat Ji Jingfeng.

Ji Jingfeng mengangkat alisnya dan bertanya, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa." Ji Anning menggelengkan kepalanya, dalam hati ia memarahi diri sendiri karena terlalu terpesona pada Ji Jingfeng.

Bukankah satu hal yang normal bagi mereka untuk berpegangan tangan seperti ini? Namun Ji Anning malah gugup dan bingung bagaimana merespon tindakan Ji Jingfeng.

Mereka melangkah bersama memasuki gerbang. Ji Anning merasakan suasana hangat rumah yang sudah lama tidak ia kunjungi ini. Namun saat itu tidak ada seorang pun di ruang tamu.

Atau mungkin... Itu hanya suasana hatinya yang membuatnya merasa demikian.

"Semua orang mungkin sedang sarapan di ruang makan. Ayo kita pergi ke sana."

Mereka berdua mengganti sepatu, setelah itu Ji Jingfeng menggandeng tangan Ji Anning lagi. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan menuju ruang makan.

Ji Anning mengerutkan keningnya, ia melepaskan genggaman tangan Ji Jingfeng dengan reflek, kemudian ia berkata, "Jing Feng, aku tidak lapar, aku sudah janjian sama teman satu kelas denganku untuk memberikan laporan ke sekolah hari ini. Aku takut terlambat, jadi aku ingin bersiap-siap dulu."

Ji Chicheng telah kembali. Saat ini, seluruh anggota keluarga pasti sedang berkumpul dan menunggunya di ruang makan. Memikirkan kejadian buruk kemarin malam, Ji Anning semakin takut dan ia tidak punya keberanian untuk bertemu dengan anggota keluarganya.

Mendengar alasan dari Ji Anning, Ji Jingfeng merasa tidak keberatan, "Kalau begitu kamu pergilah untuk bersiap-siap. Aku akan membantumu menjelaskan kepada Kakek kenapa kamu tidak bisa hadir."

"Terima kasih."

Ji Anning tersenyum canggung, kemudian ia pun mengangguk dan berterima kasih pada Ji Jingfeng. Ji Anning pun melihatnya dan menunggunya hingga Ji Jingfeng memasuki ruang makan. Setelah Ji Jingfeng masuk, ia baru bisa menghela napas dan merasa lega, setelah itu berbalik untuk naik ke lantai dua.

Di sudut yang tidak terlihat, ketika Ji Anning berbalik, ada seorang pria yang mengamati Ji Anning yang berjalan perlahan naik ke lantai atas, pria tersebut memandang Ji Anning dengan malas.

Ia melangkahkan kakinya dan akan berjalan keluar dari sudut yang tak terlihat itu, matanya bersinar, dan sosok mungil keluar dari kamar kedua, berjalan dengan marah menuju tangga.

Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, ia terus melihat ke arah Ji Anning yang akan naik ke lantai atas. Bibirnya tersenyum, seolah-olah menunggu pertunjukan menarik yang akan berlangsung, perlahan ia melangkah mundur untuk kembali ke sudut gelap yang tidak terlihat.

…...

"Ji Anning!"

Ji Anning melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya dari sisi atas tangga dengan suara lantang yang memekakkan telinga.

Bahu Ji Anning terasa lemas dan tidak berdaya, ia memasang wajah cemberut. Kemudian ia pun mengangkat kepalanya dan tersenyum, "Ruoqian."

Seorang gadis berusia sekitar 15 sampai 16 tahun turun dari lantai atas, dengan agresif ia berjalan mendekati Ji Anning. Gadis tersebut memandangnya dengan serius, "Apakah kamu sudah menyelesaikan PR musim panasku?"