webnovel

Sampai Kapan?

"Assalamualaikum,maa!"

"Wa'alaikumsalam, eh udah pulang ,gimana dikantor ada masalah enggak kak?"

"Ada dikit tadi ma, udah ditanganin juga bareng sama direktur direktur, tapi lumayan menguras tenaga dan pikiran"

"Makanya cepetan nikah dong ,biar ada yang bantuin kamu ngurus perusahaan"

"Mama!"

Namaku Na'ifah Khansa Az-zahra,teman teman memanggilku Khansa,tapi untuk orang orang terdekatku terutama keluargaku memanggilku Sasa. Anak pertama dari keluarga Abidzar,adikku perempuan,namanya Bila dan sekarang sudah bertunangan. Bekerja di perusahaan peninggalan papa tak membuat aku lupa dan menjadi sombong,tapi semua orang menganggapku sombong dan arogan karena sikapku yang dingin seperti es di hadapan mereka. Hari hariku hanya ku isi dengan kerja dan menemani mama ,tak pernah lagi terlintas di pikiranku aku akan menikah. Bukan karena aku gak laku atau gak ada yang mau sama aku, tapi karena aku menolak semua lelaki yang mendekatiku, bahkan mama sampai jengah melihatku tak nikah nikah. Pertanyaan kapan nikah, udah ada calon apa belom dan bla bla bla yang selalu mereka berikan padaku tiap hari sampai aku bosan meladeninya.

"Kamu tuh nya kalau mama bahas nikah selalu aja marah , emang kenapa sih kamu gak nikah nikah? adik kamu aja udah tunangan dan bulan depan bakalan nikah, lah kamu calon aja gak ada, sampai kapan kamu gak mau nikah?"

"Udah ya ma, nanti kalau udah ada calonnya aku juga bakal nikah kok ma, mama tenang aja ya!"

"Gimana mama mau tenang kalau kamu gak nikah nikah ,usia kamu itu udah hampir kepala tiga, mama risau tetangga bilang kamu bakal jadi perawan tua, yang bilang kamu terlalu milih milih , mama kan gak mau kamu dibilang gitu"

"Ma , yang ngejalanin kan Sasa , jadi Sasa tau mana yang terbaik buat Sasa"

"Mama itu juga iri kak , lihat temen temen mama pamerin cucunya yang unyu unyu, ganteng, cantik, mama kan juga pingin "

"Bentar lagi Bila juga bakal nikah dan pasti kasih mama cucu, jadi mama minta aja sama Bila jangan sama aku. Lagian ya, yang namanya iri itu gak boleh ,mama tahu kan, terus mama mau mamerin cucu mama juga setelah mama punya cucu, gak boleh mama, tahu kan kalau begitu itu ada larangannya atau perlu aku bacain dalilnya?"

"Iya mama tahu, tapi mama kan juga pingin, mama udah tua, mama pingin lihat cucu mama, terutama dari kamu sebelum mama meninggal"

"Mama apa sih kok bawa bawa meninggal segala?"

"Lagian kamu sih gak mau nikah"

"Udah ma, aku capek bahas nikah"

"Assalamualaikum,mamaaa , kakaaak"

"Wa'alaikum salam"

Alifia Salsabila Az-zahra,adikku satu satunya yang manja dan cerewet, tapi tak membuat aku benci padanya malah makin sayang. Dia bekerja di restoran yang papa berikan untuknya. Walaupun dia di luar terlihat tegas dan arogan , tapi di keluarga kami dia tetaplah anak kecil yang manja dan cerewet, terutama untukku dia akan tetap jadi adik kecilku yang selalu manja dan membuatku tersenyum,walau kadang membuatku jengkel dan marah juga. Meski sebentar lagi dia akan menikah, tapi tak sedikitpun mengurangi sikap manjanya.

"Ma, besok kan hari sabtu, resto tutup. Jadi,besok aku mau fhiting baju pengantin ya?"

"Iya terserah kamu aja"

"Mama ikut ya? temenin aku milih, selera mama kan bagus dalam hal busana"

"Iya, kalau mama besok gak sibuk "

"Ma , kak,

makan malam yuk, Bila laper!" Bila yang merasa lapar mengajak mama dan kakaknya untuk makan.

"Iya, ayo ! mama tadi udah masak , mungkin masih anget sekarang"

"Sip deh ma!"

"Kapan kak Sasa nyusul aku ke pelaminan?" Tanya Bila tiba tiba di sela makannya, membuat Khansa terbatuk batuk.

"Ih kakak, sampek batuk gitu aku tanyain, jangan jangan udah ada nih ya, tapi gak bilang bilang, tahu gak kak Sasa sekarang udah kayak kepergok mama pacaran aja"

"Sudah, sudah ini minum dulu Sasa" Zahra, mamanya pun melerai mereka karena kasihan pada anak sulungnya yang tersedak karena di goda terus oleh adiknya.

"Udah deh dek, kamu tuh ya, gak usah nanyain kakak nikah, kakak masih belum pingin nikah"

"Keburu jadi perawan tua lo nanti kak"

"Bila! jaga lisanmu,lisanmu itu harimaumu, ucapan yang kamu lontarkan itu adalah sebuah do'a, dan Allah itu maha mengabulkan do'a hambanya" Zahra marah melihat putri bungsunya sudah keterlaluan bercanda. Ia tak masalah jika anaknya bercanda, tapi tidak dengan mengolok olok , apalagi sampai bilang perawan tua, sebagai ibu ia tentu khawatir kalau putrinya benar benar menjadi perawan tua.

"Iya ma, maafin Bila, Bila udah keterlaluan bercandanya"

"Jangan minta maaf sama mama, minta maaf sama kakakmu karena ia yang kamu sakiti hatinya"

"Kak Sasa maafin aku ya, aku udah keterlaluan godain kak Sasa , aku janji akan berusaha menjaga lisanku agar tak menyakiti orang lain"

"Iya dek, tapi jangan ulangi lagi ya, jangan tanya perihal nikah lagi ke kakak, kakak gak suka kalau kamu bahas kakak nikah"

"Iya kak"

"Udah ya ma, dek, Sasa ke kamar dulu,Sasa udah ngantuk jadi mau tidur, selamat malam ma,dek"

"Selamat malam juga"

Khansa pun segera pergi dari ruang makan dan menuju kamarnya, ia paling sensitif jika di tanya tentang nikah. Ia berfikir,andai dulu ia tak mudah percaya pada laki laki itu, andai ia tak jatuh cinta pada laki laki itu, beribu kata andai bermunculan di benak Khansa, membuat kepalanya terasa berat dan akhirnya terlelap di kasur empuk miliknya.